Anda ingat kisah Hachiko ?

Kisah mengharukan dari Jepang tentang seekor anjing yang selalu mengantar tuannya, Profesor Hidesaburō Ueno ke stasiun kereta untuk mengajar ilmu pertanian di Universitas Kekaisaran Tokyo. Lalu Hachiko menjemput Ueno setiap sore di stasiun tersebut.
Sampai suatu ketika Prof Ueno mendapat musibah, terkena serangan jantung, sehingga tidak bisa lagi melakukan rutinitas pergi dan pulang di stasiun.
Tapi Hachiko tetap setia menunggu di tempat yang sama setiap sore hari, sampai ia meninggal 8 Maret 1935.
Kisah Hachiko sangat menyentuh. Dan mengundang seorang pematung bernama Teru Andō tersentuh dengan kisah Hachikō. Andō ingin membuat patung Hachikō.

Kisah lengkapnya silahkan baca di wikipedia :

Tapi saya hendak mengundang simpati anda, pembaca semua, mengenai kisah mirip Hachiko.
Tapi ini bukan mengenai seekor anjing, tapi seekor kucing.
Jika anda yang bertempat tinggal di Jakarta, tentu tahu gedung Kompas Gramedia, di bilangan Palmerah, Jakarta Selatan.
Di belakang kompleks Kompas tersebut ada jalan namanya Jl. Gelora 10.
Nah di ujung gang jalan Gelora 10 tersebut, senantiasa ada seekor kucing yang menunggu tuannya pulang. Kucing tersebut kucing yang biasa saja, berwarna putih kuning. Tapi perilaku unik yang dimiliki kucing itu yang menarik perhatian saya.
Adapun pemiliknya adalah seorang wanita beretnis Tionghoa. Setiap ibu tersebut pulang, sang kucing yang sudah menunggu di ujung gang selalu menyambutnya dengan riang gembira, sambil mengeong-ngeong.
Suatu peristiwa yang sangat langka, melihat interaksi antara kucing dan pemiliknya tersebut.

Saya sendiri cuma sempat 2 X menyaksikan si mpus menyambut sang tuan yang dicintainya tersebut, sebelum yang ketiga yang akan saya ceritakan berikut.

Pada tanggal 4 Oktober 2012 jam 8 malam, saya lewat jalan itu lagi. Saya melihat kucing itu, sedang menunggu tuannya seperti biasa. Tapi ada pemandangan yang rada aneh buat saya. Dia terlihat kurus dan menggigil. Memang kebetulan baru saja hujan.
Akhirnya saya temani kucing tersebut sampai tuannya datang.
Saya beri makan, kue yang kebetulan saya bawa, tapi dia tidak mau.
Dia terus saja melihat ke ujung gang, berharap bahwa orang berikut yang datang adalah tuannya.
Tapi sampai jam 11 malam, saya menemani dia, yang kami nantikan tidak kunjung tiba.

Bukan saya berpikir jahat atau buruk.
Tapi mengingat kisah Hachiko dan melihat kondisi sang kucing saat ini, saya terpaksa berpikir yang tidak-tidak.
Jangan-jangan tuannya memang tak akan pernah kembali.

Maaf kalau saya berpikir sejauh ini, teman-teman.

Tapi saya menulis ini cuma mencoba mengungkapkan simpati anda pada kucing yang setia tersebut.
Bagi anda yang care pada kisah yang saya ceritakan ini, pecinta hewan, khususnya kucing, dan tinggal di Jakarta, tolong kabarkan tulisan saya ini pada teman-teman anda.
Atau mungkin anda punya teman wartawan yang bisa menulis kisah ini di medianya.
Saya berharap ada yang bersedia mengadopsi kucing setia tersebut.
Saya sudah tanya ke orang sekitar sana, tapi tak ada seorangpun yang tahu keberadaan wanita pemilik kucing itu.

Maaf saya gagal memotret kucing itu, karena hape saya tidak bisa memotret malam hari.

Saya cuma orang biasa yang kebetulan kaskuser.
Cuma bisa menginformasikan pada anda semua, cat lovers.

Salam.