TS
resthuVfans
[Orific] Opposite Attract
Permisi agan" penulis senior semua, ane disini sebagai newbie mencoba menulis cerita
setelah sekian lama jadi silent reader (post pun nggak) ane mutusin untuk posting karya ane disini
setelah sekian lama jadi silent reader (post pun nggak) ane mutusin untuk posting karya ane disini
Spoiler for Opposite Attract:
“Farchan, Farchan, bangun, kau tertidur ya ?”
Suara seseorang membangunkanku dari tidurku. Aku yang baru saja bangun tidak sempat mengetahui suasana di sekitarku hanya bisa mengutarakan suara
“Huh ?”
“Kau tertidur di jam pelajaran ya ? dimana sopan santunmu, guru sedang mengajar kau malah tertidur”
Ah, ternyata aku ketiduran di kelas, bukan masalah besar untukku sih, toh aku sudah tahu apa yang akan dipelajari hari ini. Bicara soal pelajaran, guru yang satu ini sangat menyebalkan, pendapatku ini didukung oleh seluruh anggota kelasku, apalagi guruku ini suka memanggil nama seseorang yang dia anggap tidak menyimak apa yang ia sampaikan seperti aku barusan. Pak Rahmat namanya, Matematika pelajarannya, satu kelas membencinya
“Sekarang coba selesaikan soal di papan tulis” ujarnya seraya menyodorkanku sebuah spidol hitam. Aku mengambil spidol itu dari tangan Pak Rahmat dan segera maju ke depan, sejenak aku memandangi whiteboard ada persis di depanku. Sejujurnya aku tahu jawaban dari “Seorang ibu membeli buah A dengan harga Rp 15.000/ kg dan buah B Rp 30.000/ kg, ibu tersebut harus membayar Rp 450.000. Jika banyak buah yang tersedia 20 kg, maka buah A dan buah B yang harus dibeli ibu tersebut adalah”. Tapi di kepalaku muncul satu ide agar Pak Rahmat naik pitam lagi, dengan rapi aku menulis sebuah kalimat
“Pak saya tidak tahu jawabannya, sekarang bisa saya cuci muka terlebih dulu, siapa tahu dengan begitu saya bisa mendapat ilham untuk menjawabnya” itulah jawaban yang ku tulis di sebelah tanda ‘=’, lalu aku segera bergegas ke luar kelas
“FARCHAAAAAN” terdengar suara petir menggelegar, maksudku Pak Rahmat marah, aku tidak peduli, yang penting aku bisa kabur dari lubang neraka itu
Setelah berjalan-jalan sebentar, akhirnya aku sampai di tempat favoritku untuk bersantai, di bawah pohon jambu air di belakang sekolah. Hanya sedikit orang yang tahu tempat ini, aku pun menemukannya secara tidak sengaja, suatu hari aku sedang bosan seperti hari ini, lalu tiba-tiba aku sampai di sini, jadilah ini tempat favoritku untuk bersantai
Sebenarnya aku bukanlah tipe anak yang suka meninggalkan kelas, tapi karena aku sudah tahu pelajaran hari ini, bolehlah sekali-kali aku bolos, Aku ini orang yang bisa dibilang biasa saja, nilai tidak mencolok, bukan anak kesayangan guru, bahkan aku ini tidak punya teman, setidaknya itu yang ada di pikiranku, aku tidak tahu apakah ada salah seorang dari kelasku yang menganggapku sebagai teman, melihat bagaimana aku jarang berinteraksi dengan mereka
Tapi tidak apa-apa, aku sudah terbiasa dengan keadaan ini, menjalani segala sesuatu sendiri, tanpa ada yang menemani, oh, betapa kosongnya hatiku ini, andai saja ada seseorang yang dapat mengisi kekosongan di hatiku, maka aku akan memberikan segalanya untuk dia
Huh, secara tidak sadar aku masuk ke dalam mode puitis. Aku segera mengosongkan pikiranku dari hal-hal puitis. Melanjutkan deskripsi tentang diriku, aku tidak punya bakat di bidang apa-apa, ya mungkin dalam bahasa jepang aku sedikit lebih baik dari yang lain, sayangnya di sekolahku ini tidak ada pelajaran bahasa jepang, aku belajar bahasa jepang sendiri, tepatnya dari buku-buku pembelajaran bahasa asing yang banyak dijual di toko buku
*RING RING RING RING RING RING*
Bel istirahat telah berbunyi, berarti sekarang pukul sepuluh, aku segera beranjak dari bawah pohon menuju dahan yang ada di atas pohon, mungkin tidur nyenyak bisa mengosongkan pikiranku dari segala hal, dasar guru menyebalkan, pakai membangunkanku saat aku tidur segala
Saat aku hendak memejamkan mataku, aku melihat ada seorang murid perempuan datang ke pohon yang aku tumpangi ini, ia menengok ke kanan dan kiri, lalu mengucapkan sesuatu, aku tidak bisa mendengar beberapa kalimat awal yang ia ucapkan, tapi aku tahu akhir kalimat yang ia ucapkan
“….. Ternyata ada tempat seperti ini” hanya itu yang dapat aku dengar, perempuan itu lalu duduk bersandar persis di bawah dahan yang aku tiduri. Ah, aku baru sadar, dia adalah murid kelasku, kalau tidak salah namanya Hilda, kudengar dia adalah primadona murid kelas tiga dari sekolahku, karena kecantikannya katanya melebihi Pevita Pearce, sikapnya yang ramah, dan otaknya yang pintar
Aku sih tidak seratus persen setuju dengan apa yang kudengar. Cantik itu subjektif, tidak ada tolak ukur yang menyebutkan kalau seseorang cantik atau tidak, setiap orangtua pasti mengatakan pada anak perempuannya kalau mereka cantik, begitupun para suami terhadap istrinya, walau kecantikan mereka sudah habis dimakan usia, tetapi suami mereka akan mengatakan kalau mereka cantik, kecuali kalau suami mereka selingkuh tentunya
Lalu sikapnya yang ramah, aku belum bisa mengomentari apa-apa tentang yang satu ini, karena aku sendiri belum pernah berinteraksi dengannya. Yang terakhir tentang otaknya, bisa kubilang kemampuan otaknya lebih hebat dari otakku
Melanjutkan observasiku terhadap Hilda, sekarang ia sedang mengeluarkan sebuah Tupperware berisi makanan, sepertinya itu adalah bekalnya, ayo lihat, di dalam Tupperware nya ada seporsi spaghetti, memang orang elit dan orang biasa berbeda kelas ya?
*KRUUUUUK* Terdengar suara aneh
“Siapa disana !” Uh oh, perutku bunyi, gawat, aku harus tunggu sampai ia menyelesaian bekalnya, atau aku akan ketahuan sedang ada di atas sini
“Oh, hanya suara angin” Fyuh, ia tidak sadar kalau ada aku di atas sini, bagus. Sekarang kembali ke masalah awal, apa yang akan kulakukan terhadap perutku yang berbunyi ini, sebaiknya kutahan saja sampai istirahat kedua mulai
Aku pun beralih memandangi dedaunan yang ada di pohon jambu ini sambil berniat menghabiskan waktu
*CTEK* Eh? Suara apa itu? Aku segera menoleh ke kanan dan ke kiri mencoba mencari sumber suara itu, tapi entah kenapa perasaanku tidak enak
*CTEK* Suara itu ada lagi, darimana asalnya?
Aku tak sempat menyelesaikan pikiranku karena dahan yang aku tumpangi patah
*BRUK*
“Aw, sial, dahannya pakai patah segala” Ujarku pada diriku sendiri, tapi sepertinya aku dipandangi oleh seseorang, perasaanku benar saja karena tepat di depanku ada Hilda yang sepertinya masih kaget karena sedari tadi aku ada tepat di atasnya, dan melihat semua gerak-geriknya saat ia makan
Omong-omong posisi jatuhku hanya kurang lebih satu setengah meter dari posisi Hilda yang masih diam membatu
“Uh, aku bisa jelaskan semuanya” Aku menyelamatkan Hilda dari penggunaan energi yang tidak efisien dengan menjawab hal yang pasti jadi pertanyaan
“Kalau begitu tolong jelaskan” Balas Hilda yang sepertinya sudah tidak kaget lagi. Sekarang aku bingung mau bilang apa, apa sebaiknya aku berbohong? Apa sebaiknya aku jujur kalau aku sudah di sini dari tadi? Atau…. AHA!!
“Setelah aku bolos pelajaran, aku langsung ke sini karena ini tempat favoritku, lalu aku melanjutkan tidurku” Nah, dengan begini aku tidak bohong, tidak pula aku jujur, hehehe
“Kau yakin kau tidak menyadari aku ada di sini?”
“Apa maksudmu?” Sejujurnya aku tidak mengerti kata-katanya
“Maksudku…. Ah sudahlah lupakan saja”
“OK” jawabku dengan mudah. Kupandangi lagi wajahnya, tampaknya ia sedang berfikir sesuatu, setelah beberapa menit, ia bicara
“Hei, kau Farchan dari kelasku kan?” Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja aku teman sekelasmu. Tapi aku tidak bisa menyalahkan dia sepenuhnya, aku memang jarang berinteraksi dengan teman sekelasku
“Iya, memang kenapa?”
“Tidak, omong-omong, kau tidak sakit jatuh dari dahan pohon yang lumayan tinggi seperti itu?” Setelah ia sebut kata jatuh sepertinya aku baru sadar kalau sedari tadi aku menahan rasa sakit di lengan kiriku yang pertama kali menyentuh tanah saat aku jatuh tadi
“Ahahaha, tentu saja tid-AWW” Aku mencoba untuk terlihat kuat di depan seorang perempuan, tapi yang kudapatkan adalah sebuah cubitan tepat di lengan atas bagian kiriku. Ya, Hilda sekarang tengah mencubitku
“Argh, apa yang kau lakukan!?”
“Mencoba mengetes apa kau berbohong atau tidak, laki-laki biasanya sok kuat di depan perempuan, dan dari reaksimu, aku bisa menarik kesimpulan kalau kau tidak baik-baik saja, lebih baik sekarang kita ke ruang UKS dan merawat tangan kirimu yang kelihatan kurang baik setelah kucubit” Dia benar, lengan kiriku sekarang berdenyut-denyut, tapi aku tidak bisa sepenuhnya menyalahkan dia, dia hanya mengetesku, akulah yang salah
“Sebelumnya maafkan aku karena sudah mencubitmu” dia minta maaf dengan wajah yang sangat murung, tampaknya ia benar-benar merasa bersalah
“Eh? Itu bukan salahmu, maksudku itu salahku yang pura-pura bersiap kuat di depanmu kan?” Tampak sedikit rasa kaget dari wajahnya. Lalu ia tersenyum
“Baiklah, sekarang mari ke ruang UKS, kau akan kuantarkan”
“Tidak usah, aku bisa sendiri lanjutkan saja makanmu”
“Baiklah kalau itu maumu”
Aku pun segera pergi ke ruang UKS, kebetulan disana sedang kosong, maka aku merawat lenganku dengan sendirinya. Setelah aku selesai merawat lenganku, aku teringat akan percakapan antara aku dan Hilda beberapa menit yang lalu, satu hal yang pasti, orang-orang benar, Hilda itu seorang yang baik. Aku tak bisa tidak tesenyum ketika memikirkan hal itu
Suara seseorang membangunkanku dari tidurku. Aku yang baru saja bangun tidak sempat mengetahui suasana di sekitarku hanya bisa mengutarakan suara
“Huh ?”
“Kau tertidur di jam pelajaran ya ? dimana sopan santunmu, guru sedang mengajar kau malah tertidur”
Ah, ternyata aku ketiduran di kelas, bukan masalah besar untukku sih, toh aku sudah tahu apa yang akan dipelajari hari ini. Bicara soal pelajaran, guru yang satu ini sangat menyebalkan, pendapatku ini didukung oleh seluruh anggota kelasku, apalagi guruku ini suka memanggil nama seseorang yang dia anggap tidak menyimak apa yang ia sampaikan seperti aku barusan. Pak Rahmat namanya, Matematika pelajarannya, satu kelas membencinya
“Sekarang coba selesaikan soal di papan tulis” ujarnya seraya menyodorkanku sebuah spidol hitam. Aku mengambil spidol itu dari tangan Pak Rahmat dan segera maju ke depan, sejenak aku memandangi whiteboard ada persis di depanku. Sejujurnya aku tahu jawaban dari “Seorang ibu membeli buah A dengan harga Rp 15.000/ kg dan buah B Rp 30.000/ kg, ibu tersebut harus membayar Rp 450.000. Jika banyak buah yang tersedia 20 kg, maka buah A dan buah B yang harus dibeli ibu tersebut adalah”. Tapi di kepalaku muncul satu ide agar Pak Rahmat naik pitam lagi, dengan rapi aku menulis sebuah kalimat
“Pak saya tidak tahu jawabannya, sekarang bisa saya cuci muka terlebih dulu, siapa tahu dengan begitu saya bisa mendapat ilham untuk menjawabnya” itulah jawaban yang ku tulis di sebelah tanda ‘=’, lalu aku segera bergegas ke luar kelas
“FARCHAAAAAN” terdengar suara petir menggelegar, maksudku Pak Rahmat marah, aku tidak peduli, yang penting aku bisa kabur dari lubang neraka itu
Setelah berjalan-jalan sebentar, akhirnya aku sampai di tempat favoritku untuk bersantai, di bawah pohon jambu air di belakang sekolah. Hanya sedikit orang yang tahu tempat ini, aku pun menemukannya secara tidak sengaja, suatu hari aku sedang bosan seperti hari ini, lalu tiba-tiba aku sampai di sini, jadilah ini tempat favoritku untuk bersantai
Sebenarnya aku bukanlah tipe anak yang suka meninggalkan kelas, tapi karena aku sudah tahu pelajaran hari ini, bolehlah sekali-kali aku bolos, Aku ini orang yang bisa dibilang biasa saja, nilai tidak mencolok, bukan anak kesayangan guru, bahkan aku ini tidak punya teman, setidaknya itu yang ada di pikiranku, aku tidak tahu apakah ada salah seorang dari kelasku yang menganggapku sebagai teman, melihat bagaimana aku jarang berinteraksi dengan mereka
Tapi tidak apa-apa, aku sudah terbiasa dengan keadaan ini, menjalani segala sesuatu sendiri, tanpa ada yang menemani, oh, betapa kosongnya hatiku ini, andai saja ada seseorang yang dapat mengisi kekosongan di hatiku, maka aku akan memberikan segalanya untuk dia
Huh, secara tidak sadar aku masuk ke dalam mode puitis. Aku segera mengosongkan pikiranku dari hal-hal puitis. Melanjutkan deskripsi tentang diriku, aku tidak punya bakat di bidang apa-apa, ya mungkin dalam bahasa jepang aku sedikit lebih baik dari yang lain, sayangnya di sekolahku ini tidak ada pelajaran bahasa jepang, aku belajar bahasa jepang sendiri, tepatnya dari buku-buku pembelajaran bahasa asing yang banyak dijual di toko buku
*RING RING RING RING RING RING*
Bel istirahat telah berbunyi, berarti sekarang pukul sepuluh, aku segera beranjak dari bawah pohon menuju dahan yang ada di atas pohon, mungkin tidur nyenyak bisa mengosongkan pikiranku dari segala hal, dasar guru menyebalkan, pakai membangunkanku saat aku tidur segala
Saat aku hendak memejamkan mataku, aku melihat ada seorang murid perempuan datang ke pohon yang aku tumpangi ini, ia menengok ke kanan dan kiri, lalu mengucapkan sesuatu, aku tidak bisa mendengar beberapa kalimat awal yang ia ucapkan, tapi aku tahu akhir kalimat yang ia ucapkan
“….. Ternyata ada tempat seperti ini” hanya itu yang dapat aku dengar, perempuan itu lalu duduk bersandar persis di bawah dahan yang aku tiduri. Ah, aku baru sadar, dia adalah murid kelasku, kalau tidak salah namanya Hilda, kudengar dia adalah primadona murid kelas tiga dari sekolahku, karena kecantikannya katanya melebihi Pevita Pearce, sikapnya yang ramah, dan otaknya yang pintar
Aku sih tidak seratus persen setuju dengan apa yang kudengar. Cantik itu subjektif, tidak ada tolak ukur yang menyebutkan kalau seseorang cantik atau tidak, setiap orangtua pasti mengatakan pada anak perempuannya kalau mereka cantik, begitupun para suami terhadap istrinya, walau kecantikan mereka sudah habis dimakan usia, tetapi suami mereka akan mengatakan kalau mereka cantik, kecuali kalau suami mereka selingkuh tentunya
Lalu sikapnya yang ramah, aku belum bisa mengomentari apa-apa tentang yang satu ini, karena aku sendiri belum pernah berinteraksi dengannya. Yang terakhir tentang otaknya, bisa kubilang kemampuan otaknya lebih hebat dari otakku
Melanjutkan observasiku terhadap Hilda, sekarang ia sedang mengeluarkan sebuah Tupperware berisi makanan, sepertinya itu adalah bekalnya, ayo lihat, di dalam Tupperware nya ada seporsi spaghetti, memang orang elit dan orang biasa berbeda kelas ya?
*KRUUUUUK* Terdengar suara aneh
“Siapa disana !” Uh oh, perutku bunyi, gawat, aku harus tunggu sampai ia menyelesaian bekalnya, atau aku akan ketahuan sedang ada di atas sini
“Oh, hanya suara angin” Fyuh, ia tidak sadar kalau ada aku di atas sini, bagus. Sekarang kembali ke masalah awal, apa yang akan kulakukan terhadap perutku yang berbunyi ini, sebaiknya kutahan saja sampai istirahat kedua mulai
Aku pun beralih memandangi dedaunan yang ada di pohon jambu ini sambil berniat menghabiskan waktu
*CTEK* Eh? Suara apa itu? Aku segera menoleh ke kanan dan ke kiri mencoba mencari sumber suara itu, tapi entah kenapa perasaanku tidak enak
*CTEK* Suara itu ada lagi, darimana asalnya?
Aku tak sempat menyelesaikan pikiranku karena dahan yang aku tumpangi patah
*BRUK*
“Aw, sial, dahannya pakai patah segala” Ujarku pada diriku sendiri, tapi sepertinya aku dipandangi oleh seseorang, perasaanku benar saja karena tepat di depanku ada Hilda yang sepertinya masih kaget karena sedari tadi aku ada tepat di atasnya, dan melihat semua gerak-geriknya saat ia makan
Omong-omong posisi jatuhku hanya kurang lebih satu setengah meter dari posisi Hilda yang masih diam membatu
“Uh, aku bisa jelaskan semuanya” Aku menyelamatkan Hilda dari penggunaan energi yang tidak efisien dengan menjawab hal yang pasti jadi pertanyaan
“Kalau begitu tolong jelaskan” Balas Hilda yang sepertinya sudah tidak kaget lagi. Sekarang aku bingung mau bilang apa, apa sebaiknya aku berbohong? Apa sebaiknya aku jujur kalau aku sudah di sini dari tadi? Atau…. AHA!!
“Setelah aku bolos pelajaran, aku langsung ke sini karena ini tempat favoritku, lalu aku melanjutkan tidurku” Nah, dengan begini aku tidak bohong, tidak pula aku jujur, hehehe
“Kau yakin kau tidak menyadari aku ada di sini?”
“Apa maksudmu?” Sejujurnya aku tidak mengerti kata-katanya
“Maksudku…. Ah sudahlah lupakan saja”
“OK” jawabku dengan mudah. Kupandangi lagi wajahnya, tampaknya ia sedang berfikir sesuatu, setelah beberapa menit, ia bicara
“Hei, kau Farchan dari kelasku kan?” Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja aku teman sekelasmu. Tapi aku tidak bisa menyalahkan dia sepenuhnya, aku memang jarang berinteraksi dengan teman sekelasku
“Iya, memang kenapa?”
“Tidak, omong-omong, kau tidak sakit jatuh dari dahan pohon yang lumayan tinggi seperti itu?” Setelah ia sebut kata jatuh sepertinya aku baru sadar kalau sedari tadi aku menahan rasa sakit di lengan kiriku yang pertama kali menyentuh tanah saat aku jatuh tadi
“Ahahaha, tentu saja tid-AWW” Aku mencoba untuk terlihat kuat di depan seorang perempuan, tapi yang kudapatkan adalah sebuah cubitan tepat di lengan atas bagian kiriku. Ya, Hilda sekarang tengah mencubitku
“Argh, apa yang kau lakukan!?”
“Mencoba mengetes apa kau berbohong atau tidak, laki-laki biasanya sok kuat di depan perempuan, dan dari reaksimu, aku bisa menarik kesimpulan kalau kau tidak baik-baik saja, lebih baik sekarang kita ke ruang UKS dan merawat tangan kirimu yang kelihatan kurang baik setelah kucubit” Dia benar, lengan kiriku sekarang berdenyut-denyut, tapi aku tidak bisa sepenuhnya menyalahkan dia, dia hanya mengetesku, akulah yang salah
“Sebelumnya maafkan aku karena sudah mencubitmu” dia minta maaf dengan wajah yang sangat murung, tampaknya ia benar-benar merasa bersalah
“Eh? Itu bukan salahmu, maksudku itu salahku yang pura-pura bersiap kuat di depanmu kan?” Tampak sedikit rasa kaget dari wajahnya. Lalu ia tersenyum
“Baiklah, sekarang mari ke ruang UKS, kau akan kuantarkan”
“Tidak usah, aku bisa sendiri lanjutkan saja makanmu”
“Baiklah kalau itu maumu”
Aku pun segera pergi ke ruang UKS, kebetulan disana sedang kosong, maka aku merawat lenganku dengan sendirinya. Setelah aku selesai merawat lenganku, aku teringat akan percakapan antara aku dan Hilda beberapa menit yang lalu, satu hal yang pasti, orang-orang benar, Hilda itu seorang yang baik. Aku tak bisa tidak tesenyum ketika memikirkan hal itu
Diubah oleh resthuVfans 30-10-2012 12:48
0
1.5K
Kutip
10
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Fanstuff
1.9KThread•261Anggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru