agent meeeAvatar border
TS
agent meee
FR : Backpacking to Laos in 5 Days
Agan - agan sekalian,, ijinkan saya membagi pengalaman jalan-jalan murah ke Laos beberapa hari yang lalu ya. Mumpung masih anget di ingatan nih. Perjalanan saya kali ini memakan waktu 5 hari (sebenernya pengen lebih, apa daya jatah cuti n dompet gak mengijinkan), hanya ekplorasi Luang Prabang dan Vientiane saja dengan total jenderal biaya USD 200 (termasuk visa, tapi tidak termasuk tiket AirAsia Jkt - KL pp dan KL - VTE pp hasil berburu di ajang freeseat tahun lalu).

Catatan:
1 USD = Rp 8.840 = 8.020 KIP


Berikut ceritanya:

4 Maret 2011
Perjalanan dimulai dengan acara bermacet2 ria sepanjang perjalanan ke Bandara Soetta. Boarding pukul 20.30 mengharuskan saya untuk sudah tiba seharusnya pukul 19.30. Dengan doa yg khusyu' akhirnya saya tiba di Soetta 19.50 fyuuu... syukur masih bisa check in, gan. akhirnya terbang juga menuju Kuala Lumpur.
Yang bisa dipetik dari peristiwa ini adalah, jangan malas menggunakan fasilitas web check in atau mobile check in. Bisa mempermudah kita di saat kepepet seperti ini. Klo sudah check in, plg gak gak perlu takut antrian panjang.
Begitu sampai di LCCT, saya naik shuttle bus ke KLIA untuk tidur. Kenapa KLIA? Karena lebih bersih, sepi dan sejuk (serta gratis tentunya).. hehehehe… Sebelum tidur, saya makan nasi goreng dulu (yg ini bekal dari Jakarta emoticon-Big Grin )

5 Maret 2011
Bangun tidur, beberes langsung capcus ke LCCT dengan shuttle bus. Pukul 11.30 terbang menuju Viantiane selama 3 jam. Vientiane memiliki zona waktu yang sama dengan Jakarta, 1 jam lebih lambat dari Kuala Lumpur.
Sesampainya di Wattay International Airport, saya mengantri untuk membeli VoA yang ternyata naik menjadi 30USD dari asumsi 27USD. Well, dan per hari ini, saat saya menulis FR ini, saya baru tau klo menlu kita Marty Natalegawa baru saja menandatangani MOU bebas visa dengan Menlu Laos 13 Januari lalu. Haiyyaaaaaa…
Begitu keluar dari airport, yang terasa adalah.. alangkah panasnya. Ya, Maret – April adalah musim kemarau di Laos. Angin jarang berhembus, dan pohon-pohon kering kerontang, plus langit yang berkabut asap. Setelah keluar kira2 400 meter dari bandara, kami mencegat tuktuk aka bajaj. First attempt failed. Supir tuktuk tidak mengerti bahasa inggris sama sekali. Sabarrrrrr… Second try, setelah mengucap kata sakti “bus to Luang Prabang” akhirnya saya naik tuktuk menuju Nothern Bus Station. Biayanya 50rb Kip.
15 menit kemudian saya tiba di Nothern Bus Station dan langsung membeli tiket bis VIP to Luang Prabang seharga 130rb KIP.
Pukul 20.00 bis berangkat dengan waktu tempuh 9 – 10 jam. Jadi singkat kata, saya beristirahat di kursi bis deh 
Kesan pertama yang saya rasakan di hari pertama saya di Laos adalah, orangnya santai2,, tidak grabak grubuk, kotanya bersih dan banyak banget turisnya. Two thumbs up.

6 Maret 2011
Tiba di Luang Prabang pukul 06.00. Karena bis dilarang masuk hingga tengah kota, maka saya naik tuktuk lagi bersama dengan beberapa turis menuju pusat kota. Tarifnya 15rb Kip/org. Ternyata gak jauh amat kok, gak sampe 10 menit udah nyampe. Langsung deh keliling cari guest house. Sebenernya sudah ada beberapa guesthouse dalam daftar saya, tetapi kebanyakan sudah full, bahkan ada juga yg sudah tidak beroperasi.
Syukurlah Luang Prabang bukan kota yg besar, lebih mirip Ubud malah. Sehingga tak berapa lama, berbekal kenekatan, saya sudah nangkring di kamar Namsok Guest House. Tarif dibandrol 100rb Kip/hari, guest house non AC ini menawarkan kamar yang bersih dengan kamar mandi di dalam yang juga bersih. Salah satu yg paling worth the money sepanjang sejarah backpacking saya. Hanya saja, (setelah beberapa kali acara mandi) saya baru tau kalau mandi paling enak di Luang Prabang adalah di pagi hari jam 05.30 hehehe… di saat air mengalir deras. Kalau siang, debit air berkurang drastis. Heuuu..
Setelah istirahat sejenak, saya langsung menuju Luang Prabang National Museum tiketnya 30rb KIP. Isinya istana raja Sisavangvong + perabotannya, Wat Kham dan koleksi mobil raja (yg terakhir gak menarik emoticon-Stick Out Tongue).
Setelah itu makan siang di resto India yg ada di Sakkarine Rd, menunya halal. Saya pilih nasi goreng udang (dengan udang yg benar2 banyak) seharga 25rb Kip.
Sore pukul 16.30 saya mulai mendaki Mount Phousy (yang oleh banyak orang dieja mount pussy.. heheheh..) Tiket masuk 20rb Kip. Hampir 200 anak tangga curam membuat saya terengah-engah. Tapi pemandangan di puncaknya sangat indah. Kita bisa memandangi hampir seluruh penjuru Luang Prabang. Dan seperti kebanyakan pasangan remaja serta turis yang memadati Mt Phousy, saya pun duduk menunggu sunset. Indah dan romantis..

18.30 turun dari Mt. Phousy dengan tertatih-tatih karena gelap. Turis tolol.. Tersihir sunset di puncak sampe lupa turun. Hahahah.. Syukur disana aman lho.
Dan saya langsung disambut keramaian Luang Prabang Night Market persis di bawah Mt. Phousy. Ajegileee… berbagai kerajinan tangan dan oleh2 khas Laos tersaji di depan mata, gaaannn… kalau gak kuat iman saya bisa jatuh bangkrut di hari pertama.
Akhirnya saya memutuskan makan malam saja di salah satu lorong Night Market. Menunya ayam dan ikan bakar dengan salad pepaya. Rasanya bener2 nendang. Ikan segar tanpa bau tanah or amis, dan salad pepayanya pedas gurih serta segar. Kalo agan-agan ada yg orang Lampung, pasti langsung ingat seruit deh. Total jendral 45rb Kip.
Pulang dan tidur pulas

7 Maret 2011
05.00 dibangunkan oleh alarm sialan yang mengingatkan saya untuk mengejar prosesi morning alm. Sebuah ritual harian yang dikerjakan oleh umat Budha (di Thailand, prosesi ini juga ada). Para worshipper berbaris bersila di sepanjang jalan menunggu para biksu menerima persembahan mereka. Tapi bangun jam 5 ternyata percuma, karena prosesi dimulai hamper setengah 7. Alamak jaaaannnn,,, pantes si penjaga guest house terheran2 melihat saya bangun pagi buta. Dikirain mau ke sawah kali ya? emoticon-Big Grin
07.30 menyebrangi Nam Khan (Sungai Khan) via jembatan bambu menuju Ban Xang Hong Village. Ini desa pusat kerajinan tenun dan sa paper, gan. Sa paper itu seperti kertas daur ulang, tapi bahannya kulit pohon mulberry. Tenunannya sendiri dari sutra yang ulatnya mereka budidayakan sendiri. Hasil kerajinannya macem2,, yang mereka jual di Night Market itu kebanyakan berasal dari desa ini. Cuma, mending beli di Night Market aja deh. Lebih murah. Jauh.. Percaya deh 


12.30 setelah mandi (hehe,, td keliling2 ternyata belum mandi, gaaannn..) saya naik tuktuk dengan tarif 150rb/tuktuk pp menuju salah satu objek wisata andalan Luang Prabang yaitu Tat Khuang Si (air terjun Khuang Si). Perjalanan memakan waktu 30menit menempuh jarak 30km yang naik turun dan berkelok kelok. Syukurnya saya membatalkan rencana kemari dengan naik sepeda emoticon-Stick Out Tongue
Tat Khuang Si (biaya masuk untuk warga asing 20rb Kip/org) ternyata sudah rame dengan turis dalam aneka warna bikini. Yes,, that bikinis!! Sexy…
Karena gak niat bermain air, akhirnya saya memutuskan untuk mendaki puncak bukit, dan mancari sumber air terjun Khuang Si ini, gan. Perjalanan berat karena terjal dan licin serta tanpa fasilitas pengamanan apapun. Pp menghabiskan waktu 1,5jam. Kalau mau naik, lebih baik gunakan sepatu dengan sol yang mencengkram deh.
Begitu tiba kembali di Luang Prabang, saya langsung makan di tempat kemarin dan langsung berkutat di Night Market. Ternyata barang-barangnya murah-murah, gan. Kualitas oleh-olehnya gak main-main. Salut deh ama warga lokalnya.
Tak lupa saya mencicipi Lao Coffee. Tidak seperti Vietnamese Coffee yg aromanya kuat, Lao coffee aromanya lembut. Dan yang penting, ramah di perut saya yang notabene penderita maag akut.
Pulang dengan senyum terkembang tapi dompet menciut, saya langsung tidur pulas.

8 Maret 2011
Bangun agak siang dan langsung check out, hari ini saya memutuskan menyewa sepeda (20rb Kip). Setelah sarapan foe (sejenis Pho – bihun dalam kuah bening ala Vietnam) dan lagi-lagi secangkir Lao Coffee 15rb Kip, saya menuju warnet untuk web check-in dan membeli tiket bis VIP ke Vientiane untuk malam nanti.
Setelah urusan kelar, saya bersepeda keliling outer Luang Prabang. Termasuk ke Shanti Chedi (yang bangunannya terlihat dari puncak Mt. Phousy)
Jika saya datang di musim hujan, Luang Prabang pasti akan terlihat seperti permata yang hijau gemerlapan mengingat masih banyak pohon disana sini.
20.00 saya meninggalkan Luang Prabang.. Semoga saya bisa kembali lagi ke kota cantik ini.

9 Maret 2011
05.30 tiba kembali di Nothern Bus Station, Vientiane. Saya menyewa tuktuk seharga 25rb kip/org untuk mambawa saya ke pusat backpacker Vientiane di distrik Namphu. Dan memutuskan untuk menginap di Youth Inn Guest House di kamar AC seharga 100rb Kip/hari.
Dengan sepeda sewaan yang tarifnya lebih murah dibanding di Luang Prabang (hanya 10rb Kip/hr) saya berkeliling landmark Vientiane yaitu Wat Phrakeow, Wat Si Saket dan Pha Tat Luang (masing-masing tiket masuk 5rbkip/org). Bangunan tempat ibadah ini mirip dengan saudaranya di Thailand ternyata, dengan beberapa detil khas Laos tentunya.
Tak lupa saya mampir ke Talat Sao Market untuk membeli sedikit souvenir (lagi). Yang mengecewakan, ternyata barang2 di Luang Prabang tidak saya temui disini. Huaaawwww,, tau gitu saya sapu abis di Luang Prabang deh. Tapi souvenir di Talat Sao juga tidak saya jumpai di Luang Prabang.
Sore hari saya habiskan di Patuxai, monument separuh selesai yang mirip Arc de Triomphe di Paris. Ternyata penjajahan Prancis di Laos memberikan banyak pengaruh di arsitektur kota-kotanya.

10 Maret 2011
Dengan sisa waktu yang ada saya menghabiskan pagi di sepanjang sungai Mekong, serta sekali lagi berkeliling Vientiane dengan sepeda sewaan. Ternyata kotanya memang tidak besar.
13.30 mengucap selamat tinggal pada Laos. Terima kasih atas keramahtamahannya. Je’ t aime..

Oya gan, foto menyusul ya emoticon-Wink
0
9.7K
65
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Mancanegara
MancanegaraKASKUS Official
5.9KThread2.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.