Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

AysellAvatar border
TS
Aysell
Kisah Seorang Raja Dari Papua (Irian)
Raja Papua (Irian) yang Suka Berdakwah

Mulanya ia seorang pendeta. Bermodal ilmu yang ia timba dari pendeta Jostri Ayome di Jayapura selama empat tahun, Ia resmi dilantik menjadi pendeta pada tahun 90-an, dan mulai rajin berceramah di gereja.

Alasannya menjadi pendeta sederhana saja. Sebagai seorang kepala suku, ia merasa bertanggungjawab menyelamatkan ideologi rakyatnya.

“Rakyat harus beragama dan mengenal Tuhan. Jadi, saya harus belajar agama sebagai tanggung jawab tadi,” kata Ismail Saul Yenu, sang pendeta itu.

Banyak yang heran mengapa Yenu menjadi pendeta. Sebab di Papua tak banyak kepala suku bisa merangkap menjadi pendeta.

Yenu tahu, posisinya sebagai kepala suku akan memudahkan nya mengambil hati rakyat untuk masuk Kristen. Dugaannya benar ! Banyak warga Papua, baik pendatang maupun penduduk asli, termasuk lima keluarga Muslim, masuk Kristen. Kebanyakan mereka adalah transmigran yang hidup di hutan.

“Waktu itu ada yang sakit dan berhasil saya sembuhkan dengan doa. Karena itu mereka masuk Kristen,” cerita Yenu tentang keluarga Muslim ini. Namun, perjalanan hidup berkata lain. Yenu sang kepala suku mendapat hidayah dan sempat menunaikan ibadah haji. Sepulang dari haji ia disambut oleh rakyatnya dengan teriakan, ”Raja sudah datang.. raja sudah datang !” Uniknya, yang menyambut bukan hanya kaum Muslim saja, tapi banyak juga orang Kristen.

Spoiler for Yenu Sang Raja:


Berikut penuturannya asal mula ia masuk Islam kepada hidayatullah ("majalah"), ketika menemui pria asal Irian ini di rumahnya di Fakfak, Papua Barat. :

(hidayatullah): "Mengapa Anda tertarik dengan Islam?"

(Ismail Saul Yenu): "Meski saya ini dulunya pendeta, tapi diam-diam saya suka mengamati perilaku orang Islam. Saya tertarik melihat orang Islam rajin shalat dan berdoa. Mereka shalat lima kali dalam sehari.

Ini berbeda dengan cara non-Muslim. Mereka hanya berdoa sekali sepekan, atau jika ada acara sembahyang keluarga. Ini menunjukkan kalau orang Islam itu punya Tuhan yang luar biasa. Saya lalu bertanya, mengapa mereka bisa berdoa sedang saya tidak? Dari sinilah saya mulai tertarik dengan Islam."

(hidayatullah): "Apakah Anda punya pengalaman berkesan tentang Islam ketika masih beragama Nasrani?"

(Ismail Saul Yenu): "Ya. Ketika tahun 70-an, di daerah saya ada program ABRI masuk desa yang dipimpin Jenderal M Yusuf. Semua orang berkumpul, mulai dari militer sampai sipil."

"Sebagian besar tentara adalah orang Islam. Sedang orang Nasrani kebanyakan sipil. Ketika apel siaga, Pak Yusuf bertanya, mana orang Islam yang siap membantu rakyat? Serempak orang Islam berdiri, sedang kami orang Nasrani cuma duduk saja.
Lalu Jenderal Yusuf bertanya kepada saya tentang agama yang saya anut. Saya jawab Nasrani. Tapi beliau bilang, ”Dari pada kamu nanti hanya di luar, tak dapat jatah surga, lebih baik ikut begabung dengan mereka (orang Muslim).” Akhirnya entah mengapa saya ikut berdiri juga."

(hidayatullah): "Setelah tertarik dengan Islam, siapa yang membimbing Anda memeluk agama ini?"

(Ismail Saul Yenu): "Saya mencari kebenaran itu sendiri. Saya pernah mencarinya ke Manokwari (Papua Barat), hingga ke Jakarta. Di Jakarta saya bertemu banyak rekan-rekan sesama Muslim, termasuk Ustadz Fadzlan. Saya banyak dibantu oleh mereka."

(hidayatullah): "Kapan Anda bersyahadat?"

(Ismail Saul Yenu): "Tahun 2002, di Masjid Agung al-Azhar, Kebayoran, Jakarta. Saya dibimbing oleh seorang imam masjid di sana . Esok harinya saya langsung minta dikhitan (disunat). Padahal umur saya sudah 68 tahun. Mana ada di dunia ini orang yang sunat umur 68 tahun kecuali Ismail Yenu (saya). He he he."

(hidayatullah): "Bagaimana cerita Anda pergi haji?"

(Ismail Saul Yenu): "Esok hari setelah saya dikhitan (disunat), saya telepon Dr Amin Rais (tokoh Muhammadiyah) dan minta dihajikan. Saya juga cerita keadaan masyarakat Irian. Saya katakan bahwa saya tak mampu pulang dan berdakwah di tengah masyarakat Irian jika belum naik haji. Sebab, biasanya masyarakat tak langsung percaya kalau langsung mendakwahi."

"Alhasil, Amien Rais menelepon Din Syamsuddin (Ketua Muhammadiyah), menanyakan apakah ada "kursi kosong" ke Baitullah. ternyata Alhamdulillah, ada jamaah calon haji yang batal berangkat di salah satu kloter dan saya jadi diikutkan di kloter tersebut."

(hidayatullah): "Bagaimana perasaan Anda ketika itu?"

(Ismail Saul Yenu): "Saya merenung, mengapa baru beberapa hari menjadi muallaf, langsung mendapatkan panggilan agung dari-Nya untuk naik haji? Ini karena kebesaran dan izin Allah semata."

"Tiga hari berikutnya saya berangkat haji. Padahal waktu itu bekas khitan (sunat) saya belum kering betul. Saya pergi ke dokter praktik dan beli kondom."(hihihi..^_^)

"Sebelum berangkat, seluruh calon haji diperiksa. Rupanya saya ketahuan membawa kondom. Setelah ditanya, saya jawab kalau bekas khitan saya masih basah. Karena petugas pemeriksa tak percaya, saya diperiksa lagi oleh dokter."

(hidayatullah): "Ada kenangan menarik sewaktu naik haji?"

(Ismail Saul Yenu): "Di Arafah, kami berdoa mulai pagi hingga siang hari. Padahal, udara dan cuaca ketika itu sangat panas. Seakan-akan tubuh ini terpanggang teriknya matahari."

"Tiba-tiba, entah dari mana datangnya, ada yang menyiram tubuh saya hingga basah kuyup. Pakaian saya basah semua. Saking basahnya, sampai-sampai saya berdoa sambil menghirup air."

"Seketika itu juga saya jadi adem, tak merasa panas lagi. Padahal saat itu jumlah manusia berlapis-lapis. Rasanya tak mungkin kalau ada orang yang datang menyiram saya."

"Sewaktu di Masjid al-Haram, ada seorang perempuan besar duduk di sebelah saya. Padahal, jamaah pria tak boleh bercampur dengan jamaah wanita ! Saking besarnya, tinggi pinggul wanita itu mencapai bahu saya. Saya merasa ngeri sekali."

"Usai berdoa, saya terfikir mau menegur dia. Begitu menoleh, eh, si wanita tadi sudah lenyap entah ke mana. Padahal tubuhnya besar sekali."

"Di Masjid Nabawi, suasana sangat padat. Tak ada lagi ruang kosong di dalam masjid. Begitu masuk, rupanya ada tempat lowong yang kira-kira muat untuk dua orang."

"Saya jadi heran mengapa tak ada yang melihat tempat tersebut. Padahal sejak tadi jamaah sudah berebutan tempat."

"Sementara saya shalat, tiba-tiba ada orang datang dengan jubah yang sangat bagus. Kainnya sangat lembut. Kualitas baju saya kalah jauh dibanding dia. Padahal baju saya masih baru, istilahnya baru saja beli."

"Seperti kejadian pertama, begitu saya mau menegur, orang yang dimaksud sudah lenyap entah ke mana."

(hidayatullah): "Apa makna dari semua kejadian tersebut buat Anda?"

(Ismail Saul Yenu): "Keyakinan saya semakin bertambah. Allah Subhanahu Wata’ala tak akan pernah lalai memantau segala kelakuan hamba-Nya. Keyakinan saya makin mantap jika agama Islam ini benar-benar agama Allah. Kita tak boleh main-main dengan agama ini. Rekan sesama Muslim, termasuk Ustadz Fadzlan, Saya banyak dibantu oleh mereka."

(hidayatullah): "Bagaimana tanggapan keluarga Anda sepulang dari haji?"

(Ismail Saul Yenu): "Tiba di rumah saya langsung disambut bagai raja oleh masyarakat setempat dengan upacara adat. Saya diminta menginjak 120 buah piring yang ditaruh di jalan menuju rumah."

(hidayatullah): "Apa yang Anda lakukan setelah masuk Islam?"

(Ismail Saul Yenu): "Saya pernah mendatangi gereja saat sang pendeta khutbah. Tanpa tedeng aling-aling, sambil mengenakan gamis dan pakaian haji, saya langsung meminta sang pendeta berhenti berkhutbah. Saya ajak mereka semua masuk Islam. Saya berani melakukan itu karena dulu mereka adalah jamaah saya ! termasuk lima keluarga murtad yang pernah saya baptis."

(hidayatullah): "Bagaimana tanggapan keluarga setelah Anda menjadi Muslim?"

(Ismail Saul Yenu): "Saya katakan, 'Maaf, saya tak seperti dulu lagi'. Kalau mama masih suka pake baju singlet atau celana pendek, berarti tak boleh mendekat. Silakan pergi tukar baju dulu. Kepala juga harus ditutup pakai kerudung. Kalau tidak begitu, maaf saja."

(hidayatullah): "Setelah Anda memeluk Islam, apakah orang-orang yang pernah Anda murtadkan ikut kembali memeluk Islam?"

(Ismail Saul Yenu): "Sebagian besar mereka masuk Islam lagi. Memang ada sebagian kecil yang tetap bertahan (dengan agamanya), namun jumlahnya tak banyak. Malah ada yang beranggapan, waktu masih pendeta saja doa saya dikabulkan oleh Tuhan, apalagi sekarang setelah masuk Islam dan pulang dari Tanah Suci."

"Tapi saya katakan kepada mereka bahwa segala sesuatu itu hanya Allah yang mengatur. Manusia cuma bisa berkehendak saja." **
----
sumber: http://www.hidayatullah.com/dev/read...berdakwah.html(Raja Papua yang Suka Berdakwah)

أَلَم تَرَ كَيفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصلُها ثابِتٌ وَفَرعُها فِى السَّماءِ

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, [Qs. 14. Ibrahim : 24]

وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبيثَةٍ اجتُثَّت مِن فَوقِ الأَرضِ ما لَها مِن قَرارٍ

Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun.
[Qs. 14. Ibrahim : 26]
Mozank Manis Hanya Ingin Berbagi
0
2.7K
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.