Kita semua sudah tahu semenjak Foke kalah pilkada DKI putaran 1, timses, simpatisan, dan anteknya Foke jadi “gethol” bergerilya di dunia maya. Mereka diberi nama Tim Nasi Bungkus, entah siapa yang memberi nama seperti itu, tetapi saya selalu tertawa mendengarnya karena nama yang aneh dan lucu..hehehe

Foke kerahkan cyber-troops dan orang bayaran untuk memperbaiki citra Foke yang sudah hancur lebur di dunia maya. Kita juga ingat saat pilkada putaran 1, sangat sedikit orang di dunia maya yang “waras” mau mendukung Foke. Tetapi saat menjelang pilkada putaran 2, mulai muncul orang-orang yang mendukung Foke. Tetapi itu sudah terlambat, orang dunia maya kebanyakan cerdas dan melek informasi, citra Foke sudah hancur di mata mereka. Mau dilabur emas seperti apapun si Foke itu, kalau di dunia maya, Foke akan tetap dihujat sana sini karena ya tau sendiri lah siapa Foke itu..hehehe..

Tak ayal, Tim Nasi Bungkus pun jadi bulan-bulanan di dunia maya maupun media sosial, mereka biasanya gunakan teknik Hit and Run (Serang dan Kabur) untuk menghindari keroyokan dari penghujat Foke lainnya. Teknik Hit and Run dari Tim Nasi Bungkus adalah bukti bahwa mereka memang tidak berniat untuk berdiskusi mengenai kedua pasang Cagub DKI, itu karena mereka pasti akan kalah telak sebab selama Foke menjadi Gubernur DKI, Foke tidak memiliki prestasi apapun sehingga Tim Nasi Bungkus merasa kesulitan membela Foke. Biasanya Tim Nasi Bungkus jualannya cuma isu SARA, tidak ada yang lain, itu karena Foke tidak memiliki prestasi yang bisa dijual. Jauh berbeda dengan tim kotak-kotak pendukung Jokowi-Ahok di dunia maya, mereka punya segudang prestasi Jokowi, bisa dengan mudah memenangkan pertarungan dunia maya.

Sayangnya Tim Nasi Bungkus, preman internet bayaran Foke ternyata terdapat perpecahan internal. Tim yang selama ini menghujat segala cara untuk menjatuhkan reputasi Jokowi-Ahok, menjadi terpecah karena di beberapa media menceritakan tentang keberhasilan Jokowi.

Sebagian dari mereka mulai malas untuk memberikan info di internet. Itu dikarenakan di setiap tanggal 26 setiap bulan, mereka dijanjikan akan diberikan bayaran sebesar Rp 650.000 oleh Timses Foke (original) melalui kader simpatisan di setiap region daerah. Seperti Ciledug, Cibubur, dan Cikarang.

Ada 4 orang di antaranya adalah teman kantor saya yang mengetahui bahwa setiap hari ditugaskan untuk memberitakan minimum 100 komentar negatif ke cagub lain. Namun setelah hampir 1 bulan lebih berjalan, dana yang dijanjikan tidak pernah masuk ke rekening ataupun dibayar cash. Setelah ditanyakan perihal kepada kepala kader timses region langsung dijawab, nanti dirapel atau ditransfer akhir bulan atau 3 hari setelah pilgub ke 2 dimulai.

Terbongkar sudah siapa di balik dan motif Tim Nasi Bungkus. Mereka sudah mulai malas memberikan koment, karena sesungguhnya mereka hanyalah orang-orang bayaran yang tinggal di luar Jakarta. Mereka sering merepost dari twitter, membuat akun minimum setiap hari 35 akun baru, untuk 1 personal di FB, Twitt, Hi5, Detik, Tribun, Kompas, Kaskus, sampai anonim di fokevsjokowi.com, inilah motifasi tim sukses bayaran yang umumnya. Mereka pun sudah mulai muak dibohongi.