Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

cettAvatar border
TS
cett
Kegagalan Jokowi di Solo
Sekedar kasih Info gan, mohon maap kalo emoticon-Blue Repost

1. Pengelolaan anggaran di kota solo buruk sekali.

Klaim PKMS Rp 3,5 M Belum Dibayar Pemkot

Solo, CyberNews. Pihak RSUD Dr Moewardi, Solo, mempertanyakan klaim Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta (PMKS) Pemkot yang belum dibayar sejak bulan April lalu. Selama lima bulan itu, beban tanggungan yang harus dibayar instansi tersebut sebesar Rp 3,5 miliar.

Menurut Kasi Penatausahaan Pendapatan RSUD Dr Moewardi, Ida Witiasati, kasus ini mengingatkan peristiwa pada 2010 lalu. Kala itu, Pemkot juga memiliki klaim PKMS yang belum terbayarkan, bahkan selama enam bulan. "Idealnya, setiap bulan harus dibayar karena untuk biaya operasional di rumah sakit," kata Ida.

Untuk setiap bulan, ujar perempuan berjilbab ini, pasien yang memanfaatkan program PKMS di rumah sakit milik Pemprov Jateng tersebut sekitar 200 orang. Mereka adalah pasien miskin yang belum memiliki kartu Jamkesmas dan Jamkesda.

"Setiap bulan, rata-rata beban tangungan yang harus dibayar Pemkot sebesar Rp 700 juta. Jadi, kalau dikalikan selama lima bulan, sejak April sampai Agustus 2011, jumlahnya mencapai Rp 3,5 miliar," ungkapnya.

Kendati demikian, pihak rumah sakit belum akan menagih ke Pemkot secara langsung. Dimungkinkan, lanjutnya, APBD yang dimiliki pemerintah untuk pos tersebut belum ada. "Kalau ditagih langsung, etikanya tidak bagus. Mungkin kalau terlalu lama tidak segera dibayar, baru akan kami kirim surat penagihan," kata Ida.

Untuk menutupi biaya operasional pasien PKMS, pihak RSUD memiliki dana bantuan sosial dari Pemprov Jateng. Dana tersebut rutin diberikan selama satu tahun sekali. Nominalnya berbeda, tergantung permintaan pihak RSUD dan persetujuan Pemprov dan DPRD Jateng. Sayang, dana itu juga sudah habis sejak Juli lalu.

"Pada 2011 ini, kami mengajukan Rp 3,5 miliar ke Pemrov untuk mengcover pasien miskin non-Jamkesda. Tapi, dana itu sudah habis sejak Juli. Bisa dibilang, bulan Juli-Agustus kami devisit anggaran untuk pasien miskin, karena PKMS belum dibayar dan bantuan Pemprov juga sudah habis," ungkapnya.

http://www.suaramerdeka.com/v1/index...Dibayar-Pemkot

52 Ruas Jalan di Solo Rusak Parah, DPU Pusing
Dhefi Nugroho - Timlo.net
Sabtu, 4 Februari 2012 | 02:09 WIB

Solo – Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Solo dipusingkan dengan rusaknya sejumlah ruas jalan di Kota Solo. Besarnya anggaran APBD 2012 untuk perbaikan dan pemeliharaan jalan raya dinilai tidak cukup untuk mengcover seluruh jalan yang rusak. Tercatat, saat ini sekitar 52 ruas jalan di Kota Solo mengalami kerusakan yang cukup parah. Namun DPU belum bisa berbuat banyak, karena anggaran yang disediakan dari APBD dirasa belum mencukupi untuk melakukan perbaikan jalan tersebut.

Kepala DPU Kota Solo, Agus Djoko Wittiarso mengatakan, anggaran yang disediakan untuk pemeliharaan jalan dalam APBD hanya Rp 4 Miliar saja. Padahal, tingkat kebutuhan tahun ini sebesar Rp 7,5 Miliar. Sedangkan penyebab utama rusaknya sejumlah ruas jalan ada 2 hal. “kualitas fisik jalan yang kurang memadai menahan tonase besar, serta pengeroposan oleh air hujan,” kata Agus kepada wartawan, Jumat (3/2).

Ia menyampaikan, salah satu cara untuk mengurangi resiko kerusakan jalan adalah dengan menaikkan kelas jalan di beberapa ruas jalan, di antaranya pada Jalan Pattimura, Jalan Dr Soeharso, Jl Tangkuban Perahu dan Jl Monginsidi. Untuk menaikkan kelas jalan tersebut, menurutnya dibutuhkan anggaran sebesar Rp 32 Miliar. Saat ini, DPU tengah mengupayakan bantuan dari Pemerintah Propinsi.

Pihaknya sendiri baru mengkomunikasikannya dengan Dinas Perhubungan (Dishub) Propinsi Jawa Tengah. Ia juga meminta kepada Pemprov agar lebih responsif dan memberikan prioritas kucuran dana untuk peningkatan kelas jalan di Kota Solo.
http://www.timlo.net/baca/19336/perb...njal-anggaran/

2. banjir yang masih suka menggenangi kota solo
SOLO - Banjir akibat luapan Sungai Bengawan Solo tidak hanya menggenangi rumah warga namun juga jalan utama di Kabupaten Sukoharjo.

Hingga siang ini jalan penghubung Kota Solo dengan Sukoharjo, tepatnya di Kecamatan Mojolaban masih tergenang air. Meski demikian, genangan air berangsur surut dan para pengendara sudah memberanikan diri menerabas genangan.

Mereka nekat menerabas air, pasalnya jika harus memutar jarak yang ditempuh bisa dua kali lipat.

Meski air surut di jalan, namun tidak dengan di permukiman. Warga berangsur meninggalkan rumah mereka, bahkan ada yang menggunakan pos keamanan lingkungan sebagai tempat mengungsi. Mereka rela bercampur dengan ternak yang turut dibawa mengungsi.

Di RW 04, Desa Kadokan, Kecamatan Grogol, Sukoharjo, sebagian besar warga dari 300 kepala keluarga sudah mengungsi. Desa Kadokan termasuk yang terparah terkena dampak luapan karena berada di bantaran Sungai Bengawan Solo.

Ketua RW 04 Priono mengaku, banjir sempat mengisolir permukiman, sehingga warga harus memutar atau mencari jalan dengan menyusuri tanggul.

Meski banjir kali ini tidak sebesar pada 2007, namun luapan air dari Bengawan Solo ditambah kiriman dari Kota Solo menyebabkan ketinggian air di beberapa kawasan di Sukoharjo mencapai satu meter.

(Septyantoro Aji Nugroho/Sindo TV/ton)
http://news.okezone.com/read/2012/01...ngga-sukoharjo

SOLO-Buruknya sistem drainase di kawasan Solo utara beberapa kali menimbulkan genangan cukup parah di kawasan Solo Utara, selama musim penghujan ini. Berdasar pengamatan Espos genangan air selalu muncul bila hujan deras mengguyur di jalan Kampung Mipitan.

Ironisnya genangan air yang berasal dari luapan saluran air itu mencapai ketinggian 50 sentimeter atau lutut orang dewasa. Akibatnya saat hujan deras, jalan kampung yang menghubungkan Mojosongo dengan Jebres timur itu sering terputus selama beberapa menit. Kondisi itu diakui Ketua RT 003/RW 029 Mipitan, Sugianto kepada Espos, Senin (16/1/2012).

Menurut dia genangan air muncul karena saluran drainase overload. Air yang datang jauh lebih banyak dari kapasitas tampung saluran drainase. Saluran drainase di lingkungan RT 003/029 Mipitan juga menampung buangan air hujan dari daerah RT 007/RW 029, RT 005/RW 029 dan RT 004/RW 029.

“Saluran air kurang dalam dan lebar. Di samping itu saluran yang melintasi permukiman relokasi hingga sungai terlalu kecil,” katanya. Dia mengusulkan pelebaran dan pendalaman saluran air untuk mengatasi persoalan genangan.

Persoalan genangan air hujan juga selalu muncul di sebagian Jl Kol Sugiyono tepatnya dari Palang Joglo hingga Pos TPR di Kadipiro. Kondisi serupa terjadi di Jl Sumpah Pemuda tepatnya depan Kampus Unisri.Situasi berbahaya karena genangan air hujan terjadi di Jl Jaya Wijaya dan Jl Tangkuban Perahu di Kelurahan Mojosongo.

Kabid Drainase DPU Solo, Budi Santosa mengakui masih terjadi genangan air bila hujan turun. Namun menurut dia lama genangan relatif singkat, tidak lebih dari satu jam. Untuk mengurangi genangan perlu penambahan lubang inlet hingga mendekati jumlah ideal. JIBI/SOLOPOS/Kurniawan
http://www.solopos.com/2012/01/16/dr...rgenang-156316

3. kemiskinan di kota solo meningkat
Solo-
Kendati menjadi fenomena makro di Tanah Air, peningkatan jumlah penduduk miskin Kota Solo dari tahun ke tahun patut menjadi perhatian. Apalagi peningkatan penduduk miskin mencapai ribuan jiwa tiap tahunnya.

Sekretaris TKPKD Solo, Samuel Rory, Jumat (3/2/2012) menyampaikan peningkatan penduduk miskin sepanjang tahun lalu di kisaran empat persen dari tahun sebelumnya.

Pernyataan Samuel berbeda dengan keterangan sebelumnya dimana prediksi peningkatan penduduk miskin tahun 2011 di kisaran tujuh hingga 10 persen.

Sedangkan mengenai karakteristik penduduk miskin, menurut Samuel TKPKD belum melakukan maping sempurna lantaran keterbatasan dana. Berikut data penduduk miskin versi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Solo.
Data penduduk miskin Kota Solo versi TKPKD
1. Tahun 2009: 107.000 jiwa
2. Tahun 2010: 125.000 jiwa
3. Tahun 2011: sekitar 130.000 jiwa
Peningkatan penduduk miskin
1. Dari tahun 2009 ke tahun 2010: 18.000 jiwa atau 16,8%
2. Dari tahun 2010 ke tahun 2011: 5.000 jiwa atau 4%
5 Kelurahan berpenduduk miskin paling banyak tahun 2010
1. Sudiroprajan, Jebres
2. Sangkrah, Pasar Kliwon
3. Kepatihan Wetan, Jebres
4. Semanggi, Pasar Kliwon
5. Ketelan, Banjarsari

http://tkpkd.org/IndexNews.asp?Wilay...&Nomor=0&Hal=0
0
7.8K
96
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.2KThread83.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.