Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • PARAH!! Tempat Perundingan Kemerdekaan RI Sekarang Jadi Tempat pramuriaan!!

juvensammyAvatar border
TS
juvensammy
PARAH!! Tempat Perundingan Kemerdekaan RI Sekarang Jadi Tempat pramuriaan!!
Alat kontrasepsi berbungkus merah muda tergeletak di meja kamar yang berjarak sekitar 200 langkah dari komplek Istana Negara Republik Indonesia. Televisi layar datar buatan Korea, pendingin udara keluaran Jepang, sebotol air mineral produksi perusahaan Prancis yang terletak di samping ranjang buatan dalam negeri, jadi penyambut tamu kamar itu.

Ruangan kamar terasa hening. Berbeda dengan lantai di bawahnya, di mana ratusan masyarakat berjejal untuk membeli kebutuhan pokok sehari-hari. Banyak balita dan lansia menjejahkan kaki di swalayan besar asal Prancis itu, tanpa tahu keberadaan kamar yang menyiagakan kontrasepsi bagi sang penghuni.

Keheningan kamar dan hiruk pikuk swalayan, bercampur menjadi satu di sebuah gedung pusat perbelanjaan besar di Jalan Gajah Mada no 3-5, Duta Merlin, Jakarta Pusat. Pemandangan gedung swalayan Duta Merlin ini sekilas mampu dijangkau oleh mata telanjang dari gerbang Sekeretariat Negara di komplek istana kepresiden. Cukup menyeberang dari depan gerbang Sekretariat Negara, melintasi lampu lalu lintas Harmoni, melewati Gedung BTN, serta ruko di Duta Merlin Paza, maka sampailah pengunjung di depan gedung swalayan.

Namun untuk mengetahui keberadaan kamar berisi alat kontrasepsi, pengunjung harus terlebuh dahulu memasuki elevator yang terletak di muka swalayan. Tombol elevator yang menunjukkan 3B, akan membawa pengunjung meninggalkan suasana di seputaran Istana Negara Republik Indonesia, menuju kawasan prostitusi di kamar-kamar berisi alat kontrasepsi. Inilah tempat prositusi berkedok griya pijat, spa, karaoke, dan hotel berinisial V Spa.

Sekitar 63 tahun yang lalu, gedung di belakang kawasan istana itu melahirkan sejarah besar bagi bangsa Indonesia. Di tempat yang kini tergeletak alat kontrasepsi, terjadi perjanjian Roem-Roijen. Inilah perjanjian awal yang menyepakati pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh Belanda

Bunyi menggema dari pintu kamar berukuran sekitar 3X3 meter yang awalnya hening.

“Tok..tok..tok,” bunyi itu diikuti sapaan akrab dari seorang wanita.

“Permisi Mas,” begitu suara yang terdengar sayup-sayup dari luar kamar.

Tanpa perlu kata balasan, wanita itu lalu membuka gagang pintu. Cahaya kamar saat itu redup. Redupnya cahaya juga ditunjang ornamen kamar yang serba hitam. Meja, ranjang, dan lapisan dinding seluruhnya berwarna gelap.

Namun kesan feminim juga tergambar dari corak bunga berwarna merah muda di dinding. Penerangan redup dan pendingin udara sejuk, membuat pengunjung segera melupakan terik siang di sekitar kawasan Duta Merlin.

Cahaya yang redup itupun menutupi jarak pandang dari ranjang menuju wajah sang wanita pelantun salam. Si wanita melangkah maju. Dengan sepatu berhak tinggi, dia melaju menyapa setiap tamu. “Halo selamat siang mas,” begitu sapaan yang diucapkan sang wanita.

Tangannya menjulur, mengajak berjabat tangan. Dari jarak dekat barulah tampak seorang wanita berkulit putih dengan rambut lurus terurai. Dialah si pelantun salam yang menghadirkan bunyi dari kamar yang hanya beberapa meter dari pusat kekuasaan Republik Indonesia.

“Saya Siska. Sudah cocok atau mau tukar?” tanya Siska kali ini dengan nada yang lugas namun senyumnya tetap mengembang seperti sejak awal memasuki kamar.

Ketika mendengar kata cocok, sang wanita langsung membalikkan badan. Mendadak menuju arah pintu. Tangannya menjulur ke arah gagang pintu. Bukan untuk pergi, tapi untuk memutar tombol kunci. Kamar tertutup rapat. Hanya ada tamu, Siska, dan tuhan.

Sudah tahun kelima Siska keluar-masuk kamar prostitusi di Jakarta sebagai seorang pemijat plus wanita penghibur. Mei 2007 menjadi awal debutnya “naik-turun” ranjang di ibu kota. Tahun 2007 yang bertepatan dengan Pilkada DKI Jakarta, Siska datang untuk pertama kali dari kampungnya di Pekalongan Jawa Tengah.

Sebulan sebelum bulan mengarungi kerasnya ibu kota, Siska masih layaknya seorang gadis desa yang bekerja di dapur membantu orang tua. Sampai suatu ketika seorang karibnya berjunjung ke rumah Siska yang terletak di daerah Kramatsari. “Mau ikut kerja di Jakarta?” ajak sang karib pada Siska.

Siska saat itu ragu karena sang karib mengajak bekerja di tempat hiburan malam di Kelapa Gading. Butuh beberapa hari baginya yang saat itu masih berusia 20 tahun untuk mengiyakan ajakan sang karib. Kata “ya” itulah yang akhirnya mengantarkannya ke kamar prostitusi.

Sudah dua tahun terakhir ini, Siska menjadi putri di belakang kawasan istana yang menyambangi tiap kamar berisi alat kontrasepsi. Selain kontrasepsi, kamar yang sehari-hari disambangi Siska dilengkapi botol bir yang dijual pada pengunjung.

Botol bir tergeletak di meja hitam, berseberangan dengan meja berisi kontrasepsi. Kedua meja itu mengapit ranjang tempat Siska sehari-hari bekerja. Total ada sekitar 30 kamar di lantai 3B V Spa. Setiap kamar dilengkapi sebuah toilet transparan berlapis kaca.

Di kamar ini praktik pijat “plus” prostitusi berlangsung sejak tahun 2007. “Kamarnya semua sama seperti ini. Mau pijat atau yang sewa cewek (wanita penghibur) di depan, kamarnya 'tetep' sama,” ujar Siska menerangkan.

Seperti diungkapkan Siska, pijat hanya salah satu menu yang ditawarkan pada pengunjung begitu pertama kali menjajahkan kaki di V Spa. Menu tawaran lain terpampang jelas ketika elevator meninggalkan lantai swalayan menuju lantai 3B.

Begitu pintu elevator terbuka di lantai 3B, tiga orang wanita yang berdiri di meja lobi langsung menyambut pengunjung. “Selamat siang,” ucap salah satu petugas resepsionis dari balik meja hitam.

Selain meja di ruangan muka, Lobi V Spa dilengkapi dua sofa bagi pengunjung. Lobi seluas sekitar 4x6 meter itu menjadi gerbang awal menuju lokalisasi wanita penghibur yang berada di dalamnya.

Dari dalam lobi, aroma prostitusi masih sulit terendus lewat pandangan mata. Bahkan lobi V Spa lebih menyerupai kesan sebuah lobi hotel berbintang. Ada respsionis yang memakai seragam kerja, komputer, dan alat pembayaran elektronik yang lazim dijumpai di lobi penginapan papan atas.

Ketika berinteraksi dengan resepsionis, barulah terkuak bisnis prostitusi di belakang kawasan istana itu. Resepsionis akan langsung menerangkan daftar harga yang terpanpang di meja lobi. Angka Rp 250 ribu, Rp 840 ribu, hingga Rp 1.400.000 terpampang jelas di di meja hitam panjang.

“Ini kalau pijat yang Rp 250 ribu, ceweknya tidak bisa diplih dan bisanya cuma pijat. Tapi kalau Rp 840 ribu ini bisa semua (hubungan suami istri) dan ceweknya bisa dipilih di dalam,” ujar seorang resepsionis menjelaskan secara gamblang paket yang tersaji.

Setelah memastikan jenis transaksi, pengunjung baru diperkenankan memasuki lokasi utama lokasi berlabel griya pijat dan tempat hiburan itu. Ada dua koridor yang memisahkan tujuan pengunjung setelah melalui lobi. Arah kiri membawa pengunjung ke lokalisasi pekerja seks impor. Sedangkan arah lurus, yang dipisahkan oleh pintu kaca, membawa pengunjung memasuki kamar ganti pakaian.

Ruang ganti berisi ratusan loker berwarna hitam, tempat menyimpan pakaian. Inilah tempat yang biasa digunakan oleh pengunjung yang datang untuk pijat dan menikmati fasilitas spa.

Setelah mengganti pakaian di kamar ganti, bunyi gemercik air langsung menjamah telinga. Bunyi ini berasal dari tiga kolam yang tersaji di belakang loker ganti pakaian. Dua kolam air panas berukuran sekitar 2X3 meter jadi pemanja tiap pengunjung. Kolam itu berlapiskan marmer hitam dengan kilatan lampu dari dalam air.

Air dengan suhu di bawah 10 derajat celcius, jadi menu yang tersaji di kolam paling kiri. Namun bukan kolam yang jadi magnet utama ruangan besar di tengah lantai 3B. Karena di depan kolamlah, putri-putri “dipampang” sebagai pusat perhatian.

Inilah wanita penghibur yang sering disebut sebagai lady escort (Lc) yang menjajahkan jasa layaanan seksual di kamar hening berornamen serba hitam. “Ayo mau pilih yang mana. Montok apa yang tinggi,” kata salah satu Mami, sebutan bagi wanita yang menjadi perantara antara tamu dan wanita penghibur.

Tawaran dari Mami ini pun kerap disambut oleh tamu pria yang memadati kolam. “Di sini memang terkenalnya ‘cewek’ nya cantik-cantik. Walau memang agak mahal dibanding tempat yang lain di sekitar Mangga Besar,” ujar salah satu pengunjung yang mengaku bernama Adi.

Sambil menjalankan tugasnya dari balik dinding gelap kamar, Siska menerangkan perbedaan antara Lc dengan dirinya yang pemijat. Lc di V Spa, kata dia, cenderung berganti personel di setiap tahun.

Namun jasa pemijat, seperti Siska, lebih bertahan lama sebagai penghuni tetap V Spa. “Kalau Lc memang tugasnyahanya main (berhubungan suami istri), bukan pijat. Kalau saya yang memang dilatih untuk pijat,” aku Siska.

Siska mengaku sempat terbersit kekhawatiran jika sewaktu-waktu praktik di tempat kerjanya terbongkar olah aparat berwajib. Namun sejauh ini kekhawatirannya belum terbukti.

Sekalipun usahanya terletak hanya 100 meter dari kantor aparat yang paling berwajib di negeri ini, lokasi prostitusi itu tetap beroperasi dengan nyaman. Bahkan sejak pukul satu siang, prostitusi di lantai atas gedung swalayan itu telah membuka usahanya. “Last ordernya (praktik terakhirnya) jam 12 malam,” jelas Siska.
0
6.7K
21
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.3KThread83.9KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.