Negara Islam Irak, front politik Al-Qaeda di negara itu, baru-baru ini merilis sebuah video merinci serangan canggih pada bulan Maret yang termasuk puluhan pejuang berpakaian seperti komando polisi di kota barat Haditha di provinsi Anbar. Selama serangan itu, menewaskan 27 pejuang polisi Irak, termasuk dua komandan polisi.

Al Furqan, cabang media resmi dari Negara Islam Irak, merilis video pada forum internet jihad pada 16 Agustus. Video ini lebih dari 49 menit panjang dan diambil dalam format HD, menurut SITE Intelligence Group, yang memperoleh dan menerjemahkan video. Sebuah versi pendek dari video, yang terlihat di atas, diterbitkan pada LiveLeak.

Rincian video lengkap nampak operasi yang sangat berani dan canggih. Puluhan pejuang (militan di Irak sebelumnya menyatakan bahwa lebih dari 90 pejuang berpartisipasi dalam operasi, dan berdasarkan video, klaim tampaknya benar) mengenakan seragam polisi SWAT, termasuk helm dan rompi tahan peluru, dan puluhan militan naik truk pickup dengan lampu kilat kepolisian, melaju ke Haditha dan Barwana sekitarnya, bertarget lima lokasi, melucuti senjata polisi setempat, dan mengeksekusi mereka.

Video dimulai dengan pelatihan koperasi militan di gurun di "Camp Sheikhein" yang disebut di provinsi Anbar. Para pejuang terlihat melakukan tembakan menggunakan peluru tajam berlatih dan praktek sasaran. Pelatihan ini diakhiri dengan pawai malam di padang gurun.







Tim Serangan tersebut kemudian diberi pengarahan tentang serangan yang direncanakan. Kelompok ini "dibagi menjadi empat batalyon:. Batalyon dari Abu Bakr al Siddiq, Batalyon Omar bin al Khattab, Batalyon Utsman bin Affan, dan Ali bin Batalyon dari Abu Thalib The batalyon dinamai sahabat Nabi Mohammed.

Meeting singkat menjelaskan operasi dan menggunakan papan tulis untuk menjelaskan gerakan mereka. Lima sasaran hendak terpukul oleh tiga batalyon sementara batalion keempat, Ali bin Abu Thalib, adalah untuk memberikan jaminan keamanan di jalan-jalan di luar kota.



Malam itu, para militan, menyamar sebagai komando polisi, masuk dalam truk pickup, beberapa diantara mereka ada yang memiliki senapan mesin berat dipasang di tempat bak belakang. Lampu sirine berkedip, pejuang melewati jalan raya gurun sebelum mereka mencapai target mereka: Polisi barak, pos pemeriksaan, dan dua senior yang komandan polisi Irak.







Para polisi Irak tampaknya terkejut oleh penggerebekan dan mematuhi semua instruksi militan, dengan jelas percaya mereka adalah pasukan komando INP.

Para pejuang kemudian*memborgol polisi, menyeret mereka di luar posisi mereka, dan membariskan mereka di tanah. Para pejuang kemudian berjalan menyusuri garis, dan menembak polisi di kepala dengan pistol teredam.



Para pejuang ditampilkan menangkap dan mengeksekusi dua komandan polisi senior, Muhammad Hussein al Shufayr al Jughayfi dan Khalid al Jughayfi.





Serangan 5 Maret di Haditha itu direncanakan* dan dijalankan*dengan baik*, dan jelas dirancang untuk menunjukkan kekacauan dan ketidakpercayaan di jajaran pasukan keamanan Irak.