- Beranda
- The Lounge
Frederich Silaban Sang Arsitektur Mesjid Istiqlal Jakarta Ternyata Beragama Kristen
...
TS
putracoy
Frederich Silaban Sang Arsitektur Mesjid Istiqlal Jakarta Ternyata Beragama Kristen
Ars. Frederich Silaban
Quote:
Profile Singkat Ars. Frederich Silaban
Ars. Frederich Silaban agama Kristen (lahir di Bonandolok, Sumatera Utara, 16 Desember 1912 meninggal di Jakarta, 14 Mei 1984 pada umur 71 tahun) adalah seorang opzichter/arsitek generasi awal di negeri Indonesia. Dia merupakan seorang arsitek otodidak. Pendidikan formalnya hanya setingkat STM (Sekolah Teknik Menengah) namun ketekunannya membuahkan beberapa kemenangan sayembara perancangan arsitektur, sehingga dunia profesipun mengakuinya sebagai arsitek. Dan seiring perjalanan waktu, ia terkenal dengan berbagai karya besarnya di dunia arsitektur dan rancang bangun dimana beberapa hasil karyanya menjadi simbol kebanggaan bagi daerah tersebut.
Ars. Frederich Silaban agama Kristen (lahir di Bonandolok, Sumatera Utara, 16 Desember 1912 meninggal di Jakarta, 14 Mei 1984 pada umur 71 tahun) adalah seorang opzichter/arsitek generasi awal di negeri Indonesia. Dia merupakan seorang arsitek otodidak. Pendidikan formalnya hanya setingkat STM (Sekolah Teknik Menengah) namun ketekunannya membuahkan beberapa kemenangan sayembara perancangan arsitektur, sehingga dunia profesipun mengakuinya sebagai arsitek. Dan seiring perjalanan waktu, ia terkenal dengan berbagai karya besarnya di dunia arsitektur dan rancang bangun dimana beberapa hasil karyanya menjadi simbol kebanggaan bagi daerah tersebut.
Mesjid Istiqlal Jakarta
Quote:
Profile Tentang Mesjid Istiqlal Jakarta :
Letak \tJakarta, Indonesia
Situs web \tmasjidistiqlal.or.id
Deskripsi arsitektur
Arsitek \tFrederich Silaban
Jenis arsitektur \tMasjid
Gaya arsitektur \tmodern internasional
Pembukaan tanah \t24 Agustus 1951
Tahun selesai \t22 Februari 1978
Dibuka \t22 Februari 1978
Renovasi \t1999
Biaya pembangunan \t7 triliun rupiah dan USD 12 juta[1]
Spesifikasi
Kapasitas \t200.000 jamaah
Kubah \t2
Diameter kubah (luar) \t45 meter
Menara \t1
Tinggi menara \t90 mete
Letak \tJakarta, Indonesia
Situs web \tmasjidistiqlal.or.id
Deskripsi arsitektur
Arsitek \tFrederich Silaban
Jenis arsitektur \tMasjid
Gaya arsitektur \tmodern internasional
Pembukaan tanah \t24 Agustus 1951
Tahun selesai \t22 Februari 1978
Dibuka \t22 Februari 1978
Renovasi \t1999
Biaya pembangunan \t7 triliun rupiah dan USD 12 juta[1]
Spesifikasi
Kapasitas \t200.000 jamaah
Kubah \t2
Diameter kubah (luar) \t45 meter
Menara \t1
Tinggi menara \t90 mete
Sejarah Frederich Silaban Terpilih Sebagai Perancang Mesjid Istiqlal Jakarta.
Quote:
Pada tahun 1955 Panitia Pembangunan Masjid Istiqlal mengadakan sayembara rancangan gambar atau arsitektur masjid Istiqlal yang jurinya diketuai oleh Presiden Soekarno dengan hadiah berupa uang sebesar Rp. 75.000; serta emas murni seberat 75 gram. Sebanyak 27 peserta mengikuti sayembara, namun dari seluruh peserta hanya 5 peserta yang memenuhi syarat.
Dewan Juri sayembara rancang bangun Masjid Istiqlal, terdiri dari para Arsitek dan Ulama terkenal. Susunan Dewan Juri adalah Presiden Soekarno sebagai ketua, dengan anggotanya Ir. Roeseno, Ir. Djuanda, Ir. Suwardi, Ir. R. Ukar Bratakusumah, Rd. Soeratmoko, H. Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), H. Abu Bakar Aceh, dan Oemar Husein Amin.
Sayembara berlangsung mulai tanggal 22 Februari 1955 sampai dengan 30 Mei 1955. Sambutan masyarakat sangat menggembirakan, tergambar dari banyaknya peminat hingga mencapai 30 peserta. Dari jumlah tersebut, terdapat 27 peserta yang menyerahkan sketsa dan maketnya, dan hanya 22 peserta yang memenuhi persyaratan lomba.
Setelah dewan juri menilai dan mengevaluasi, akhirnya ditetapkanlah 5 (lima) peserta sebagai nominator. Lima peserta tersebut adalah:
Pembangunan Dan Arsitekur
Pemancangan tiang pertama dilakukan oleh Presiden Ir. Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1961 bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, disaksikan oleh ribuan umat Islam.
Selanjutnya pelaksanaan pembangunan masjid ini tidak berjalan lancar. Sejak direncanakan pada tahun 1950 sampai dengan 1965 tidak mengalami banyak kemajuan. Proyek ini tersendat, karena situasi politik yang kurang kondusif. Pada masa itu, berlaku demokrasi parlementer, partai-partai politik saling bertikai untuk memperjuangkan kepentingannya masing-masing. Kondisi ini memuncak pada tahun 1965 saat meletus peristiwa G30S/PKI, sehingga pembangunan masjid terhenti sama sekali. Setelah situasi politik mereda,pada tahun 1966, Menteri Agama KH. M. Dahlan mempelopori kembali pembangunan masjid ini. Kepengurusan dipegang oleh KH. Idham Chalid yang bertindak sebagai Koordinator Panitia Nasional Pembangunan Masjid Istiqlal.
Tujuh belas tahun kemudian, Masjid Istiqlal selesai dibangun. Dimulai pada tanggal 24 Agustus 1961, dan diresmikan penggunaannya oleh Presiden Soeharto pada tanggal 22 Februari 1978,[6] ditandai dengan prasasti yang dipasang di area tangga pintu As-Salam. Biaya pembangunan diperoleh terutama dari APBN sebesar Rp. 7.000.000.000,- (tujuh milyar rupiah) dan US$. 12.000.000 (dua belas juta dollar AS).
Sebagai masjid negara Indonesia, Masjid Istiqlal diharapkan dapat menampung jamaah dalam jumlah yang besar. Karena itu arsitekturnya menerapkan prinsip minimalis, dengan mempertimbangkan keberadaannya di kawasan beriklim tropis. Masjid dirancang agar udara dapat bebas bersirkulasi sehingga ruangan tetap sejuk, sementara jemaah terbebas dari panas matahari dan hujan. Ruangan shalat yang berada di lantai utama dan terbuka sekelilingnya diapit oleh plaza atau pelataran terbuka di kiri-kanan bangunan utama dengan tiang-tiang dengan bukaan lowong yang lebar di antaranya, dimaksudkan untuk memudahkan sirkulasi udara dan penerangan yang alami.
Dewan Juri sayembara rancang bangun Masjid Istiqlal, terdiri dari para Arsitek dan Ulama terkenal. Susunan Dewan Juri adalah Presiden Soekarno sebagai ketua, dengan anggotanya Ir. Roeseno, Ir. Djuanda, Ir. Suwardi, Ir. R. Ukar Bratakusumah, Rd. Soeratmoko, H. Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), H. Abu Bakar Aceh, dan Oemar Husein Amin.
Sayembara berlangsung mulai tanggal 22 Februari 1955 sampai dengan 30 Mei 1955. Sambutan masyarakat sangat menggembirakan, tergambar dari banyaknya peminat hingga mencapai 30 peserta. Dari jumlah tersebut, terdapat 27 peserta yang menyerahkan sketsa dan maketnya, dan hanya 22 peserta yang memenuhi persyaratan lomba.
Setelah dewan juri menilai dan mengevaluasi, akhirnya ditetapkanlah 5 (lima) peserta sebagai nominator. Lima peserta tersebut adalah:
- Pemenang Pertama: Fredrerich Silaban dengan disain bersandi Ketuhanan
- Pemenang Kedua: R. Utoyo dengan disain bersandi Istighfar
- Pemenang Ketiga: Hans Gronewegen dengan disain bersandi Salam
- Pemenang Keempat: 5 orang mahasiswa ITB dengan disain bersandi Ilham
- Pemenang Kelima: adalah 3 orang mahasiswa ITB dengan disain bersandi Khatulistiwa dan NV. Associatie dengan sandi Lima Arab
Pembangunan Dan Arsitekur
Pemancangan tiang pertama dilakukan oleh Presiden Ir. Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1961 bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, disaksikan oleh ribuan umat Islam.
Selanjutnya pelaksanaan pembangunan masjid ini tidak berjalan lancar. Sejak direncanakan pada tahun 1950 sampai dengan 1965 tidak mengalami banyak kemajuan. Proyek ini tersendat, karena situasi politik yang kurang kondusif. Pada masa itu, berlaku demokrasi parlementer, partai-partai politik saling bertikai untuk memperjuangkan kepentingannya masing-masing. Kondisi ini memuncak pada tahun 1965 saat meletus peristiwa G30S/PKI, sehingga pembangunan masjid terhenti sama sekali. Setelah situasi politik mereda,pada tahun 1966, Menteri Agama KH. M. Dahlan mempelopori kembali pembangunan masjid ini. Kepengurusan dipegang oleh KH. Idham Chalid yang bertindak sebagai Koordinator Panitia Nasional Pembangunan Masjid Istiqlal.
Tujuh belas tahun kemudian, Masjid Istiqlal selesai dibangun. Dimulai pada tanggal 24 Agustus 1961, dan diresmikan penggunaannya oleh Presiden Soeharto pada tanggal 22 Februari 1978,[6] ditandai dengan prasasti yang dipasang di area tangga pintu As-Salam. Biaya pembangunan diperoleh terutama dari APBN sebesar Rp. 7.000.000.000,- (tujuh milyar rupiah) dan US$. 12.000.000 (dua belas juta dollar AS).
Sebagai masjid negara Indonesia, Masjid Istiqlal diharapkan dapat menampung jamaah dalam jumlah yang besar. Karena itu arsitekturnya menerapkan prinsip minimalis, dengan mempertimbangkan keberadaannya di kawasan beriklim tropis. Masjid dirancang agar udara dapat bebas bersirkulasi sehingga ruangan tetap sejuk, sementara jemaah terbebas dari panas matahari dan hujan. Ruangan shalat yang berada di lantai utama dan terbuka sekelilingnya diapit oleh plaza atau pelataran terbuka di kiri-kanan bangunan utama dengan tiang-tiang dengan bukaan lowong yang lebar di antaranya, dimaksudkan untuk memudahkan sirkulasi udara dan penerangan yang alami.
PESAN DARI TS :
ARTICLE/THREAD INI BUKAN UNTUK AJANG SHARA..!!!
TUJUAN ARTICLE :
MENGENAL SEJARAH TENTUNYA TIDAK MEMANDANG PERBEDAAN..!!
ARTICLE/THREAD INI BUKAN UNTUK AJANG SHARA..!!!
TUJUAN ARTICLE :
MENGENAL SEJARAH TENTUNYA TIDAK MEMANDANG PERBEDAAN..!!
Referensi:
Spoiler for sumber:
0
8.4K
Kutip
35
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
925.1KThread•90.8KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya