Tiga hari ane berada dikawasan kawah Ijen, tujuan sih cuma hunting poto doang. Slama berada di kawasan Kawah Ijen, ada beberapa penambang belerang menyarankan kepada ane untuk mencoba mengambil gambar foto pada malam hari di kawah Ijen, kata mereka akan terlihat api berwarna biru seperti api kompor gas yang kluar dari celah-celah bebatuan kawah.
Akhirnya rasa penasaran membuat ane untuk mencoba pendakian malam hari ke kawah Ijen
Alarm hp berbunyi tepat pukul 23.30 wib, males banget tuk bangun mengingat suhu cuaca malam itu dingin banget, Ane paksa tuk keluar dari selimut, perlengkapan udah disiapkan dari sore. Keluar kamar penginapan, langsung terasa suhu yg sangat dingin ditambah lagi dgn hembusan angin. Stelah tahu dari petugas pos, suhu mencapai 2ºc.. brrr.. pantesan dingin banget.
Tepat jam 12 mlm mulai berjalan memasuki jalur pendakian, malam itu terang bulan, langit cerah & bintang bertebaran.
Suasana sepi.. deg-degan.. tengah malem.. sendirian.. ditengah hutan pula..
Setelah berjalan sekitar 15 menit berpapasan dengan para pemikul belerang, para pemikul belerang mulai melakukan aktivitasnya sejak jam 10 malam, mereka mulai mendaki menuju kawah. Agak tenang juga jalan sendirian krn sering bertemu dgn para penambang belerang. Sekitar 1 jam berjalan, sampailah di Pos Bunder, warung tutup ga bisa minum air hangat deh... istirahat sebentar & mencari pak Jumanto yg akan menemani ane selama berada di kawah Ijen malam ini.
Pak Jumanto adalah salah satu petugas dari 15 orang Penjaga Sulfur Belerang yang ditunjuk oleh perusahaan, tugas penjaga sulfur adalah untuk memadamkan api yg keluar dari kawah agar tidak membakar belerang. Waktu kerjanya petugas sulfur selama 15 hari setiap bulannya dalam 24 jam dengan sistim shift, bergantian berada di kawah siang maupun malam. Upah para petugas sulfur selama 15 hari adalah Rp.600ribu. Untuk mendapatkan penghasilan tambahan, mereka kadang2 juga menjadi penambang belerang.
Setelah bertemu dgn pak Jumanto, perjalanan dilanjutkan menuju kawah Ijen, sekitar jam 2 pagi sampai di tepi kawah ijen angin kencang sekali menambah dingin malam itu. Menurut pak Jumanto bila cuaca tidak terang bulan maka akan terlihat cahaya2 dari obor yg dibawa oleh para pemikul belerang di sepanjang jalur menuju kawah.
Sekitar jam 2.30 pagi, sampai di kawah Ijen, Subhanallah... benar terlihat api berwarna biru keluar dari celah-celah bebatuan kawah, sumber api ini ada di beberapa titik. Suaranya seperti suara kompor minyak tukang nasi goreng yg keliling, menderu. Api ini tidak akan terlihat pada siang hari, hanya suaranya saja yang terdengar.
Kemudian pak Jumanto menyarankan untuk lokasi motret jgn terlalu dekat ke kawah mengingat asap belerang pagi itu sangat tebal & menyesakkan tenggorokan.
Setelah mendapatkan lokasi yg dimana arah angin tidak akan menuju ke arah ane, mulai memasang tripod, kamera sudah siap dgn memory kosong 2 giga, baterai kamera full semua setelah di charge di warung Paltuding.
Selama memotret aktivitas para penambang, kadang2 angin mengarah ke ane dgn membawa asap belerang... uh..!! sangat menyesakkan tenggorokan.. otomatis malam itu suara bukan hanya terdengar dari api kawah saja, tetapi dari suara batuk para penambang belerang.. "jualan obat batuk disini pasti laku" kata pak Jumanto.
Berada di kawah Ijen sampai jam 7 pagi, stelah pak Jumanto menganjurkan ane tuk segera naik menuju tepi kaldera, karena asap belerang mulai mengarah ke jalur pendakian.
waktu itu ane berangkat dari jakarta, karena jalan sendirian & bawa peralatan kamera, jadilah ane berangkat naek kereta eksekutif
demi keamanan..
KA : Jkt gambir - Sby Gubeng = eks Rp. 280.000 eko Rp.36.000
KA : Sby gubeng - Banyuwangi = eks Rp 85.000 bisnis Rp.60.000
Angkot : Banyuwangi - Licin (Pangkalan truk belerang) = Rp 4.000
Truk : pangkalan - Paltuding = Rp 10.000, ojek sekitar Rp. 50.000
turunnya via Bondowoso
Ojek : Paltuding - sempol = Rp 20.000
Angkot elf : Sempol - Term Bondowoso = Rp. 35.000
dari Bondowoso langsung ke Bromo, balik ke Jakarta via Malang naek KA Gajayana.