TS
garayy
[all about] Dieng Abode of The Gods
Quote:
Kawah purba Gunung Prau yang sekarang menjadi pemukiman penduduk ini merupakan dataran tertinggi kedua yang dihuni manusia setelah Tibet
Quote:
Spoiler for dieng:
Lukisan Franz Wilhelm Junghuhn
Spoiler for dieng:
Lukisan Raden Saleh
Preambule
Quote:
Geografis
Dataran Tinggi Dieng merupakan dataran tinggi yang tertinggi kedua didunia setelah Tibet / Nepal, dan yang terluas di Pulau Jawa.
Dieng terletak pada posisi geografis 7 12 Lintang Selatan dan 109 54 Bujur Timur, berada pada ketinggian 6.802 kaki atau 2.093 m dpl.
Secara administratif, Dieng mencakup Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara. Dan Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Hingga tahun 1990-an wilayah ini tidak terjangkau listrik dan merupakan salah satu wilayah paling terpencil di Jawa Tengah.
Letaknya yang juga berada di sebelah barat kompleks Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Dieng adalah wilayah vulkanik aktif dan dapat dikatakan merupakan gunung api raksasa. Kawah-kawah kepundan banyak dijumpai di sana. Ketinggian rata-rata adalah sekitar 2.000m di atas permukaan laut.
Suhu di Dieng sejuk mendekati dingin, berkisar 1520 °C di siang hari dan 10 °C di malam hari. Pada musim kemarau (Juli dan Agustus), suhu udara dapat mencapai 0 °C di pagi hari dan memunculkan embun beku yang oleh penduduk setempat disebut bun upas ("embun racun") karena menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian.
Kawasan Dataran Tinggi Dieng merupakan sebuah kompleks gunung berapi dengan kerucut-kerucutnya terdiri dari :
Bisma, Seroja, Binem, Pangonan Merdada, Pagerkandang, Telogo Dringo, Pakuwaja, Kendil Sikuunir dan Prambanan.
Lapangan fumarola terdiri atas Kawah Sikidang, kawah Kumbang, kawah Sibanteng, Kawah Upas, Telogo Terus, Kawah Pagerkandang, Kawah Sipandu, Kawah Siglagah dan Kawah Sileri.
Etimologi
Nama Dieng berasal dari gabungan dua kata Bahasa Kawi: "di" yang berarti "tempat" atau "gunung" dan "Hyang" yang bermakna (Dewa).
Dengan demikian, Dieng berarti daerah pegunungan tempat para dewa dan dewi bersemayam. Nama Dieng berasal dari bahasa Sunda karena diperkirakan pada masa pra-Medang sekitar tahun 600 Masehi, daerah itu berada dalam pengaruh politik Kerajaan Galuh.
'Surga Dieng' yang pada masa kerajaan Chandra Gupta Sidhapala, oleh umat Hindu, diyakini sebagai poros dunia. Ketika itu, Sang Hyang Jagadnata memindahkan 'gunung kosmik' Meru dari India ke Gunung Dieng. Sebagai ibukota kerajaan, ketika itu, Dieng (surga para hyang) tidak hanya menjadi pusat pemerintahan, tapi juga pusat spiritualitas dan peradaban.
Dulu diperkirakan ada 200 candi di seputar Dieng. Tapi karena bencana alam tinggal 8 yang tersisa. Candi-candi ini didirikan oleh Kerajaan Kalingga dari dinasti Sanjaya. Dalam kitab Raja Sanjaya ada disebut-sebut kata Dieng yang dikatakan merupakan tempat paling baik untuk memuja Dewa Siwa. Jadi candi-candi itu dibuat untuk memuja Dewa Siwa. Siwa adalah dewa perusak. Dipuja agar ia tidak merusak kehidupan manusia.
Ditengah-tengah dataran tinggi Dieng dahulu terdapat tempat pemujaan dan asrama pendidikan Hindu tertua di Indonesia.
Sebagai bangunan suci tersebut sampai sekarang dapat kita saksikan dengan adanya candi beserta puing-puing bekas Vihara
Geologi
Dataran Tinggi Dieng merupakan sebuah plateu yang terjadi karena letusan dasyat sebuah gunung berapi. Dengan demikian kondisi geologisnya samapai sekarang masih relative labil bahkan sering terjadi gerakan-geraka tanah.
Beberapa bukti menunjukan hal tsb adalah, peristiwa hilangnya Desa Legetang, terpotongnya jalan antara Banjarnegara Karangkobar dan Sukoharjo Ngadirejo maupun retakan-retakan tanah yang mengeluarkan gas beracun seperti peristiwa Sinila.
Dataran tinggi Dieng (DTD) adalah dataran dengan aktivitas vulkanik di bawah permukaannya, seperti Yellowstone ataupun Dataran Tinggi Tengger. Sesungguhnya ia adalah kaldera dengan gunung-gunung di sekitarnya sebagai tepinya. Terdapat banyak kawah sebagai tempat keluarnya gas, uap air dan berbagai material vulkanik lainnya.
Keadaan ini sangat berbahaya bagi penduduk yang menghuni wilayah itu, terbukti dengan adanya bencana letusan gas Kawah Sinila 1979.
Tidak hanya gas beracun, tetapi juga dapat dimungkinkan terjadi gempa bumi, letusan lumpur, tanah longsor dan banjir.
Selain kawah, terdapat pula danau-danau vulkanik yang berisi air bercampur belerang sehingga memiliki warna khas kuning kehijauan. Secara biologi,
aktivitas vulkanik di Dieng menarik karena ditemukan di air-air panas di dekat kawah beberapa spesies bakteri termofilik ("suka panas") yang dapat dipakai untuk menyingkap kehidupan awal di bumi.
Hidrologi
Di Kawasan Dataran Tinggi Dieng terdapat sumber mata air yang merupakan hulu dari Kali Serayu dengan sumber dari Bisma Lukar yang merupakan hulu dari kali Tulis dgn sumber air dati kaki Gunung Perahu.
Sumber-sumber air di Kawasan Dataran Tinggi Dieng banyak dimanfaatkan oleh penduduk sekitar kawasan utuk pengairan areal pertanian.
Manusia dan Alam
Sumber Daya Manusia (penduduk) di Kawasan Dataran Tinggi Dieng berjurnlah 1.562.004 orang yang menempati areal kawasan seluas ± 1027.21 KM.
Sebagian besar penduduk Kawasan Dataran Tinggi Dieng terdiri dari Suku lawa Pegunungan, yang pada umumnya merupakan memeluk agarna Islam yang patuh dan taat. Meskipun demikian, mereka tidak menutup diri terhadap pengaruh modernisasi dalam kehidupan sehari hari,
hanya mereka masih segan untuk melepaskan cara hidup tradisional seperti dalam acara adat Perkimpoian dan Khitanan.
Sedang letak astronomis ada pada sekitar 7,20º Lintang Selatan dan 109,92 º Bujur Timur dan pada ketinggian ketinggian ± 2.095m dpa.
Mungkin kalau pada Google Earth bisa dimasukkan Latitude: -7,20 dan Longitude: +109,92.
Sebagian besar pendudluk Kawasan Dataran Tinggi Dieng hidup dari hasil pertaniannya. Namun demikian karena pesatnya kemajuan dalam perekonomian sekarang ini, maka sebagian dari mereka sudah mengalihkan mata pencaharian ke bidang lain seperti bidang
perdagangan atau kepegawaian sebagai karyawan di Kantor kantor Pernerintahan. Dengan meningkatnya tingkat kunjungan wisatawan domestik dan wisatawan asing di Kawasan Dataran Tinggi Dieng,
maka pada umumnya penduduk di sekitar daerah wisata ini mendapat keuntungan / penghasilan tambahan dari hasil pertanian ataupun bekerja pada perusahaan perusahaan yang melayani kepentingan wisatawan tersebut, seperti misalnya bekerja di hotel hotel, restoran dan lain-lain.
Dataran Tinggi Dieng merupakan dataran tinggi yang tertinggi kedua didunia setelah Tibet / Nepal, dan yang terluas di Pulau Jawa.
Dieng terletak pada posisi geografis 7 12 Lintang Selatan dan 109 54 Bujur Timur, berada pada ketinggian 6.802 kaki atau 2.093 m dpl.
Secara administratif, Dieng mencakup Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara. Dan Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Hingga tahun 1990-an wilayah ini tidak terjangkau listrik dan merupakan salah satu wilayah paling terpencil di Jawa Tengah.
Letaknya yang juga berada di sebelah barat kompleks Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Dieng adalah wilayah vulkanik aktif dan dapat dikatakan merupakan gunung api raksasa. Kawah-kawah kepundan banyak dijumpai di sana. Ketinggian rata-rata adalah sekitar 2.000m di atas permukaan laut.
Suhu di Dieng sejuk mendekati dingin, berkisar 1520 °C di siang hari dan 10 °C di malam hari. Pada musim kemarau (Juli dan Agustus), suhu udara dapat mencapai 0 °C di pagi hari dan memunculkan embun beku yang oleh penduduk setempat disebut bun upas ("embun racun") karena menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian.
Kawasan Dataran Tinggi Dieng merupakan sebuah kompleks gunung berapi dengan kerucut-kerucutnya terdiri dari :
Bisma, Seroja, Binem, Pangonan Merdada, Pagerkandang, Telogo Dringo, Pakuwaja, Kendil Sikuunir dan Prambanan.
Lapangan fumarola terdiri atas Kawah Sikidang, kawah Kumbang, kawah Sibanteng, Kawah Upas, Telogo Terus, Kawah Pagerkandang, Kawah Sipandu, Kawah Siglagah dan Kawah Sileri.
Etimologi
Nama Dieng berasal dari gabungan dua kata Bahasa Kawi: "di" yang berarti "tempat" atau "gunung" dan "Hyang" yang bermakna (Dewa).
Dengan demikian, Dieng berarti daerah pegunungan tempat para dewa dan dewi bersemayam. Nama Dieng berasal dari bahasa Sunda karena diperkirakan pada masa pra-Medang sekitar tahun 600 Masehi, daerah itu berada dalam pengaruh politik Kerajaan Galuh.
'Surga Dieng' yang pada masa kerajaan Chandra Gupta Sidhapala, oleh umat Hindu, diyakini sebagai poros dunia. Ketika itu, Sang Hyang Jagadnata memindahkan 'gunung kosmik' Meru dari India ke Gunung Dieng. Sebagai ibukota kerajaan, ketika itu, Dieng (surga para hyang) tidak hanya menjadi pusat pemerintahan, tapi juga pusat spiritualitas dan peradaban.
Dulu diperkirakan ada 200 candi di seputar Dieng. Tapi karena bencana alam tinggal 8 yang tersisa. Candi-candi ini didirikan oleh Kerajaan Kalingga dari dinasti Sanjaya. Dalam kitab Raja Sanjaya ada disebut-sebut kata Dieng yang dikatakan merupakan tempat paling baik untuk memuja Dewa Siwa. Jadi candi-candi itu dibuat untuk memuja Dewa Siwa. Siwa adalah dewa perusak. Dipuja agar ia tidak merusak kehidupan manusia.
Ditengah-tengah dataran tinggi Dieng dahulu terdapat tempat pemujaan dan asrama pendidikan Hindu tertua di Indonesia.
Sebagai bangunan suci tersebut sampai sekarang dapat kita saksikan dengan adanya candi beserta puing-puing bekas Vihara
Geologi
Dataran Tinggi Dieng merupakan sebuah plateu yang terjadi karena letusan dasyat sebuah gunung berapi. Dengan demikian kondisi geologisnya samapai sekarang masih relative labil bahkan sering terjadi gerakan-geraka tanah.
Beberapa bukti menunjukan hal tsb adalah, peristiwa hilangnya Desa Legetang, terpotongnya jalan antara Banjarnegara Karangkobar dan Sukoharjo Ngadirejo maupun retakan-retakan tanah yang mengeluarkan gas beracun seperti peristiwa Sinila.
Dataran tinggi Dieng (DTD) adalah dataran dengan aktivitas vulkanik di bawah permukaannya, seperti Yellowstone ataupun Dataran Tinggi Tengger. Sesungguhnya ia adalah kaldera dengan gunung-gunung di sekitarnya sebagai tepinya. Terdapat banyak kawah sebagai tempat keluarnya gas, uap air dan berbagai material vulkanik lainnya.
Keadaan ini sangat berbahaya bagi penduduk yang menghuni wilayah itu, terbukti dengan adanya bencana letusan gas Kawah Sinila 1979.
Tidak hanya gas beracun, tetapi juga dapat dimungkinkan terjadi gempa bumi, letusan lumpur, tanah longsor dan banjir.
Selain kawah, terdapat pula danau-danau vulkanik yang berisi air bercampur belerang sehingga memiliki warna khas kuning kehijauan. Secara biologi,
aktivitas vulkanik di Dieng menarik karena ditemukan di air-air panas di dekat kawah beberapa spesies bakteri termofilik ("suka panas") yang dapat dipakai untuk menyingkap kehidupan awal di bumi.
Hidrologi
Di Kawasan Dataran Tinggi Dieng terdapat sumber mata air yang merupakan hulu dari Kali Serayu dengan sumber dari Bisma Lukar yang merupakan hulu dari kali Tulis dgn sumber air dati kaki Gunung Perahu.
Sumber-sumber air di Kawasan Dataran Tinggi Dieng banyak dimanfaatkan oleh penduduk sekitar kawasan utuk pengairan areal pertanian.
Manusia dan Alam
Sumber Daya Manusia (penduduk) di Kawasan Dataran Tinggi Dieng berjurnlah 1.562.004 orang yang menempati areal kawasan seluas ± 1027.21 KM.
Sebagian besar penduduk Kawasan Dataran Tinggi Dieng terdiri dari Suku lawa Pegunungan, yang pada umumnya merupakan memeluk agarna Islam yang patuh dan taat. Meskipun demikian, mereka tidak menutup diri terhadap pengaruh modernisasi dalam kehidupan sehari hari,
hanya mereka masih segan untuk melepaskan cara hidup tradisional seperti dalam acara adat Perkimpoian dan Khitanan.
Sedang letak astronomis ada pada sekitar 7,20º Lintang Selatan dan 109,92 º Bujur Timur dan pada ketinggian ketinggian ± 2.095m dpa.
Mungkin kalau pada Google Earth bisa dimasukkan Latitude: -7,20 dan Longitude: +109,92.
Sebagian besar pendudluk Kawasan Dataran Tinggi Dieng hidup dari hasil pertaniannya. Namun demikian karena pesatnya kemajuan dalam perekonomian sekarang ini, maka sebagian dari mereka sudah mengalihkan mata pencaharian ke bidang lain seperti bidang
perdagangan atau kepegawaian sebagai karyawan di Kantor kantor Pernerintahan. Dengan meningkatnya tingkat kunjungan wisatawan domestik dan wisatawan asing di Kawasan Dataran Tinggi Dieng,
maka pada umumnya penduduk di sekitar daerah wisata ini mendapat keuntungan / penghasilan tambahan dari hasil pertanian ataupun bekerja pada perusahaan perusahaan yang melayani kepentingan wisatawan tersebut, seperti misalnya bekerja di hotel hotel, restoran dan lain-lain.
Obyek Wisata
Candi
Quote:
Berdasarkan temuan Prasasti Situs Dieng diperkirakan dibangun abad VII XIII Masehi. Sebagai kebaktian kepada Dewa Syiwa dan Sakti Syiwa ( istri Syiwa ). Komplek candi dibangun di bekas cekungan sisa kawah. merupakan bangunan Hindu tertua di Jawa Tengah yang dibangun sekitar abad ke tujuh, lebih tua dari prambanan yang dibangun pada abad ke delapan.
Dilihat dari 21 bangunan, situs Dieng dibagi menjadi 5 kelompok.
Empat kelompok merupakan bangunan ceremonial Site ( tempat pemujaan ) yaitu :
Kelompok Candi Arjuna ( Pendawa 5 )
Kelompok Candi Gatut Kaca
Kelompok Candi Bhima
Kelompok Candi Dwarawati / Parikesit
Kelompok Candi Magersari
Kompleks Candi Arjunaterdiri dari 5 candi.
Deret sebelah timur adalah Candi Arjuna, Candi Srikandi, Candi Putadewa dan Candi Sembadra.
Berhadapan dengan Candi Arjuna adalah Candi Semar yang terletak sendiri di sebelah barat.
Pada candi-candi tersebut digambarkan dewa-dewa pendamping Dewa Siwa.
Hanya di candi Srikandi terdapat gambar Dewa Brahma, Siwa dan Wisnu.
Candi Gatotkaca terletak di kaki bukit Pangonan (Bukit tempat penggembalaan)
terdapat Makara yang khas berupa wajah raksasa yang menyeringai tanpa rahang bawah.
Candi Bhima mempunyai penampilan yang khas,
pada bagian atapnya mirip dengan bentuk Shikara seperti mangkuk yang ditelungkupkan.
Candi Dworowati terletak di utara dan didirikan di Bukit Perahu dengan ukuran 5m x 4m dan tinggi 6m.
Dan beberapa candi lain :
Candi Semar
Candi Sembadra
Candi Srikandi
Candi Setyaki
Dilihat dari 21 bangunan, situs Dieng dibagi menjadi 5 kelompok.
Empat kelompok merupakan bangunan ceremonial Site ( tempat pemujaan ) yaitu :
Kelompok Candi Arjuna ( Pendawa 5 )
Kelompok Candi Gatut Kaca
Kelompok Candi Bhima
Kelompok Candi Dwarawati / Parikesit
Kelompok Candi Magersari
Kompleks Candi Arjunaterdiri dari 5 candi.
Deret sebelah timur adalah Candi Arjuna, Candi Srikandi, Candi Putadewa dan Candi Sembadra.
Berhadapan dengan Candi Arjuna adalah Candi Semar yang terletak sendiri di sebelah barat.
Pada candi-candi tersebut digambarkan dewa-dewa pendamping Dewa Siwa.
Hanya di candi Srikandi terdapat gambar Dewa Brahma, Siwa dan Wisnu.
Candi Gatotkaca terletak di kaki bukit Pangonan (Bukit tempat penggembalaan)
terdapat Makara yang khas berupa wajah raksasa yang menyeringai tanpa rahang bawah.
Candi Bhima mempunyai penampilan yang khas,
pada bagian atapnya mirip dengan bentuk Shikara seperti mangkuk yang ditelungkupkan.
Candi Dworowati terletak di utara dan didirikan di Bukit Perahu dengan ukuran 5m x 4m dan tinggi 6m.
Dan beberapa candi lain :
Candi Semar
Candi Sembadra
Candi Srikandi
Candi Setyaki
Quote:
nona212 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
227.6K
Kutip
5.6K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Domestik
10.2KThread•4.1KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya