Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Andrew.GundulAvatar border
TS
Andrew.Gundul
Ki Kebo Iwa, Panglima Perang Yang Diperdaya Kelicikan Gajah Mada
Agan pernah mendengar tentang Ki Kebo Iwa ? Kalau agan berasal dari Bali mungkin pernah mendengarnya. Bagi agan yang belum, ane coba mendeskripsikan apa yang pernah ane dengar dari orang-orang tua dulu.

Ki Kebo Iwa, mungkin ini merupakan panggilan kebesaran yang dianugrahkan kepada mahapatih untuk kerajaan Bedahulu (sekarang berada di wilayah Kabupaten Gianyar - Bali). Sebab nama ini tidak mencerminkan nama yang umum digunakan di Bali yang diawali dengan klan seperti Ki Gusti lalu nomor urut dalam keluarga seperti Putu lalu diikuti nama keluarga misalnya Sudharsana. Tetapi justru nama ini mencerminkan kepangkatan yakni Kebo dan diikuti dengan Iwa yang dalam bahasa daerah Bali berarti paman. Kebo Iwa bisa diartikan paman yang berpangkat Kebo.

Ki Kebo Iwa yang juga mempunyai sebutan lain yakni Ki Kebo Taruna (taruna = perjaka) adalah panglima perang kerajaan Bedahulu masa Prabu Sri Asta Sura Ratna Bumi Banten pada awal abad ke-14. Beliau terkenal dengan kesaktiannya. Tidak ada satu pun manusia diatas bumi ini mampu mengalahkannya. Itulah sebabnya tanah Bali (Bedahulu) tidak mampu ditaklukkan oleh pasukan Majapahit yang dipimpin Ki Mahapatih Gajah Mada pada saat itu. Sumpah Palapa yang didengungkan orang nomor dua di tanah Trowulan itu terganjal oleh kesaktian Kebo Iwa.

Menurut cerita orang-orang tua, Kebo Iwa mempunyai perawakan yang sangat besar. Badannya kakar dengan tinggi badan yang diluar ukuran umum orang kebanyakan. Untuk membayangkan betapa besarnya postur tubuh beliau, agan bisa membandingkan dengan ukuran keris pusaka yang selalu menemani kemana pun beliau pergi.

Spoiler for keris:


Jika kerisnya saja sebesar itu, agan dapat membayangkan betapa besar postur tubuh Ki Kebo Iwa itu. Itulah sebabnya sampai umur yang telah mencapai kepala 4, Ki Kebo Iwa belum mendapatkan jodoh (istri) untuk menemani hari-hari beliau. Tetu saja sulit untuk mencari seorang wanita dengan postur tubuh mencapai tinggi 3,5 meter atau mungkin lebih untuk dapat bersanding dengan beliau.

Tidak mempunyai istri bukanlah hal yang patut disesali. Tanah dan rakyat Bali membutuhkan jasa beliau untuk melindungi dari mara bahaya terutama serangan dari pasukan luar daerah yang banyak menginginkan tanah Bali menjadi daerah jajahan. Karena itu beliau berkonsentrasi untuk mengabdikan diri kepada tanah kelahirannya.

Sampai suatu saat, Ki Gajah Mada yang berkali-kali gagal menaklukkan tanah Bali berhasil menemukan ide untuk menyingkirkan batu sandungan terbesar dalam karir politiknya itu. Maka dengan berpura-pura sebagai duta negara sahabat, Ki Gajah Mada meluangkan waktu untuk berkunjung ke tempat kediaman (Karang Kepatihan) Ki Kebo Iwa. Beribu sanjungan dan pujian diarahkan kepada orang nomor dua di tanah Bedahulu ini. Tentu untuk menarik simpati orang yang serta merta dipanggil dengan Yayi (adik) itu. Betapa tersanjungnya hati Ki Kebo Iwa dimana seorang pembesar yang disegani di seluruh tanah Asia Tenggara memanggilnya dengan panggilan persaudaraan, yakni adik.

Dibalik penampilan manis Ki Gajah Bada, ternyata dia sudah menyiapkan tipu muslihat yang belum terbaca di benak Ki Kebo Iwa. Maka ketika Ki Gajah Mada menawarkan seorang gadis cantik dari daerah Lemah Tulis yang bernama Ni Lemah Tulis yang konon saat itu sedang menunggu pinangan Ki Kebo Iwa di tanah Jawa sana, Kebo Iwa tanpa rasa curiga dan langsung mengiyakannya.

Dengan restu Maharaja Sri Asta Sura Ratna Bumi Banten atau dikenal juga dengan nama Dalem Bedahulu, Ki Kebo Iwa berangkatlah ke tanah Jawa bersama-sama Ki Gajah Mada serta diikuti oleh beberapa orang pasukan dari masing-masing pihak dengan tujuan Gunung Lemah Tulis dimana sang bidadari sedang menunggu calon pengantin prianya. Namun sesampainya di Alas (Desa) Pulaki, Ki Kebo Iwa merasakan firasat bahwa kepergiannya kali ini bukan untuk meminang seorang istri, melainkan pergi ke alam abadi.

Dengan kemampuan supranatural yang sudah mumpuni, Kebo Iwa jelas-jelas mendapat wangsit alam gaib kalau kepergiannya ke tanah Jawa kali ini direncanakan untuk mencelakainya. Namun sebagai kesatria, beliau pantang untuk menjilat ludahnya. Dari tanah Pulaki inilah beliau memerintahkan seluruh pasukannya untuk kembali ke Bedahulu. Sebuah batu diberikan sebagai simbol kebesaran yang harus dibawa pulang oleh pasukannya ke Bedahulu. Tentu saja apa yang dilakukan Ki Kebo Iwa disambut gembira oleh Ki Gajah Mada. Menghadapi Ki Kebo Iwa Sendirian akan jauh lebih mudah dibandingkan dengan menghadapi Ki Kebo Iwa beserta pasukanya sekaligus.

Setelah seluruh pasukan Ki Kebo Iwa kembali, perjalanan dilanjutkan ke tanah Jawa. Sayang perjalanan itu tidak sampai di Gunung Lemah Tulis seperti yang dijanjikan. Sesampai di Belambangan, Ki Gajah Mada langsung mengutarakan apa yang menjadi tujuannya membawa musuhnya itu ke tanah Jawa. Ki Kebo Iwa pun sudah siap menghadapi, maka dipersilahkan orang yang sempat dianggap kakaknya itu mengambil nyawanya dengan senjata apa saja yang dimilikinya.

Lagi-lagi Ki Gajah Mada merasa malu didepan Ki Kebo Iwa, karena tidak satu pun senjata mampu menembus kulit Ki Kebo Iwa. Bukan hanya Ki Gajah Mada, semua pasukan mencoba untuk mencatat sejarah, tetapi tidak satu pun dari mereka ada yang berhasil. Maka berkata lah Ki Kebo Iwa kepada Ki Gajah Mada di depan pasukan Majapahit. "Yang mulia, kalau saya mau, saya bisa mengalahkan anda hanya dengan sekali sentil. Tetapi sebagai kesatria, saya tidak ingin merusak reputasi saya dengan cara licik seperti ini. Jika nyawa ini bisa mengembalikan kehormatan anda, silahkan bubuhkan kapur sirih ke dalam bola mata saya, maka saya akan pergi ke alam abadi"

Demikianlah akhirnya Ki Kebo Iwa meninggal di tanah Belambangan, jasadnya pun di kremasi di tanah Jawa. Kepergian Ki Kebo Iwa memang membawa kegembiraan bagi tanah Majapahit, tetapi dalam hati kecil Ki Gajah Mada timbul penyesalan yang mendalam serta rasa berdosa yang membebaninya selama hayat. Namun Sumpah Palapa yang pernah diucapkan di alun-alun agung Trowulan membuatnya harus melakukan tindakan tercela ini. Tindakan yang tidak mencerminkan sikap ksatria sama sekali.

Quote:


Ane ketemu sumber yang versi lain gan di internet, klik disinigan ! Ada juga disini gan. Dan disini gan.

Catatan : Berkembangnya berbagai versi di Bali tidak terlepas dari politik devide et impera yang dilakukan oleh pendudukan Majapahit di Bali. Untuk menimbulkan antipati masyarakat Bali terhadap kerajaan Bedahulu dan sekaligus meningkatkan simpati masyarakat Bali terhadap Majapahit maka dikaranglah berbagai versi mengenai Ki Kebo Iwa yang seakan-akan merupakan mahluk raksasa, tamak dan pantas dibinasakan. Selain itu dikarang juga cerita kalau Dalem Bedahulu (bossnya Ki Kebo Iwa) sebenarnya berkepala babi berbadan manusia, karenanya disebut Bedahulu. Beda = beda, Hulu = Kepala.

Politik ini ternyata berhasil, sehingga lambat laun kharisma kerajaan di Bali mulai luntur dan kepanjangan tangan Majapahit mulai mengendalikan Bali. penduduk asli Bali yang sekarang disebut Bali Aga atau Bali Mula mulai mengasingkan diri ke pedalaman (pegunungan), seperti ke Sembiran, Pacung, Pujungan, Belimbing dan Tenganan. Daerah-daerah yang dulunya ditempati oleh para Bali Mula mulai dikuasai oleh imigran dari Majapahit dan menjadi semakin besar jumlahnya ketika keruntuhan Majapahit dimulai pada awal abad ke 15 Masehi.
0
10.2K
39
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.3KThread84.3KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.