Denny Indrayana memang banyak musuh. Berada di dalam lingkaran istana nampaknya dimanfaatkan betul oleh guru besar muda Fakultas Hukum UGM ini untuk melawan mafia, sekelas ikan paus alias big fish. Jika semasa di Jogja dulu pernah menjebak oknum jaksa pemeras. Kini beda dan tak tanggung-tanggung. Jika dilihat dari awal Satgas berdiri, Denny yang menjadi salah satu motor Satgas telah membawa Satgas berhadap-hadapan dengan lawan-lawan besar. Setidaknya saya mencatat beberapa musuh yang telah dihadapi:

Pertama, kasus penggelapan pajak asian agri. Kasus penggelapan pajak ini merugikan Negara 1,4 triliun. Penegak hukum memang keterlaluan. Sudah empat tahun perkara ini mondar-mandir bak setrika, tak kunjung P-21 alias berkas lengkap. Satgas mencoba turun melalui gelar perkara yang diikuti ditjen pajak dan kejaksaan. Hasilnya, dari 13 berkas perkara, sudah 1 perkara dinyatakan P-21 pasca satgas turun tangan. Sukanto Tanoto, pemilik asian agri yang dikenal sebagai orang terkaya versi majalah Forbes pada tahun 2006 dan 2008 ini tentu berang dan menjadikan mantan direktur LSM Indonesian Court Monitoring ini sebagai musuh.

Kedua, kasus narkoba susandhi sukatma alias aan. Satgas menuding ada mafia big fish dibalik kasus ’sederhana’ Aan. Wajar saja, Aan adalah mantan orang kepercayaan David Tjiu yang berafiliasi dengan Tommy Winata, Bos Artha Graha. Denny juga menuding Komjen GM (bintang 3 mabes Polri) menghambat kasus Aan. Aan bebas di PN Jaksel. Sayangnya, di level banding, Aan kembali kalah. Beranak pinaklah lawan mantan direktur pusat kajian antikorupsi UGM ini. OMG!!!

Ketiga, kasus rekening gendut perwira Polri. Denny tak henti-hentinya ‘menyerang’ oknum perwira Polri. Buntut manuver serangan, dalam sebuah seminar, denny mengaku handphone-nya disadap pihak tertentu yang tidak suka manuvernya dalam kasus rekening gendut. Kapolri kala itu, Bambang Hendarso Danuri juga kena getahnya pasca sms denny kepada wartawan bahwa Kapolri BHD ditegur oleh Presiden SBY terkait penanganan rekening gendut yang tak kunjung tuntas. Ah Denny, ingat nyawamu hanya satu dan umur serta karirmu masih panjang!

Keempat, Kasus Gayus. Mungkin ini yang paling berat. Jika sebelumnya hanya pengusaha saja, dan aparat saja. Kali ini musuhnya pengusaha merangkap ketua umum partai Golkar. Pada suatu ketika, Ical mengatakan pada Denny akan menyelesaikannya secara politik. Ical juga menuding Denny orangnya Sri Mulyani. Jika memang begitu, agaknya Denny bakal menjadi “the next sri mulyani” nih. Benar saja, Ical menepati janjinya, Tv One miliknya sudah mulai ramai menghantam peraih Australian alumni award ini. Amunisi lain pun sudah disiapkan, mulai dari Panja DPR hingga demo-demo bayaran. Ical sudah berpengalaman menyingkirkan Sri Mulyani dengan mengandalkan Tv One dan dukungan Golkar. Saya yakin, Ical akan mengulanginya pada Denny. Bakal Seru Nih!

Weleh2, banyak betul musuhmu Den. Bayangkan jika mereka berkoalisi menghantam Denny, bisa wassalam tuh. Denny rupanya tak ciut. Dalam akun twitternya, dia kembali mengumandangkan perang dengan mengatakan dalam bahasa banjar “haram manyarah lawan mafia”. Peraih award Tokoh hukum 2010 versi majalah Gatra ini memang nekat. Padahal tanpa dukungan partai politik sekalipun. Dari sekian banyak staf khusus presiden, mungkin hanya denny yang selama ini berteriak lantang. Hmmmm…

Ada satu harapan tersisa ditengah minimnya dukungan politik. Di jagad twitter, dukungan tokoh2 mulai mengalir: Saldi Isra, Goenawan Mohamad, Wimar Witoelar, Faisal Basri, Anies Baswedan, Teten Masduki, dan lain-lain adalah beberapa nama yang mendukung langkah Denny.




Selama ini ane ikut ikutan membenci Deny Indrayana tanpa alasan yg jelas, secara tdk ane sadari otak ane telah di cuci oleh TV OON. Dimana TV OON selalu mengundang nara sumber yg selalu menghujat Deny Indrayana.
Pada saat ini ternyata media memang tdk bisa netral, selalu berpihak kepada pemesan.
Satu pelajaran yg bisa ane ungkapkan disini informasi dari TV OON jgn langsung ditelan bulat bulat.