"Cieeee....!! Tuan putri sudah datang ...," ucap Mbak Vana terdengar cukup menyebalkan jika aku baru saja bermain dengan Mamed. "Apaan sih mbak?" "Kencan kemana kali ini, wahai tuan putri??" "Gak ada sih mbak, cuma main ke kolam renang" Mama Papa langsung
Panas upacara bendera masih bisa kutahan dengan baik. Tapi hal yang cukup menjengkelkan kembali datang saat Pak guru yang menambah durasi dengan memanggil nama siswa berprestasi. Dan disaat inilah perasaanku mulai tak enak. Ada ketakutan tersendiri ketika Pak guru didepan mengumumkan 2 siswa dengan
Ia menepati janji untuk datang meskipun dengan tampilan cukup norak. "Kok belum siap?" "Santai aja dulu," jawabku merapikan rambut. Ia duduk diam seperti anak kucing, tak biasanya ia seperti ini. "Tumben diam, bisu kah?" ujarku. "Takut," jawabnya. "Ha?!&
"Kak Ness ... Sorry ya, aku gak belain kamu," kata Mamed. "Hmm ...," jawabku singkat. "Tadi aku baru balik dari kantin, eh kamu sudah ribut sama Rena." "Hmm ...." "Aku gak sempat misah, Kak Ness," ucapnya tanpa jeda. "Hmm ...." "
Setelah beberapa hari kembali hibernasi aku bisa memasuki sekolah lagi dengan keadaan bugar dan siap membalas dendam pada Rena sialan itu!. Harus bisa balas dendam apa pun yang terjadi, Rena harus ditumbangkan. "Kita balas kapan?" tanya Diana. "Jam istirahat pertama." Maka, saat
Kecelakaan tak bisa dihindari! Aku tersadar saat sudah berada di klinik, begitu juga dengan Mamed. Ia sudah di duduk di kursi sehabis ditangani oleh perawat. Hidungnya disumpal tisu. Ia tersenyum lebar, selebar landas pacu yang menunjukan giginya dihiasi bercak darah. Senyuman lebar seolah tersirat
Perjalanan menuju pantai cukup menyebalkan. Jok layaknya seluncuran anak TK ini sangat amat licin. Ingin sekali ku pukul otak udang itu. Ajakan ke pantai membuatku senang bukan main, tapi menjadi hancur karena jok yang ia modifikasi sedemikian rupa tidak nyaman. Entah ia dapat ide ini dari mana? M
Cinta kasih di hari natal tiba, Mamed terlihat kikuk berada di rumahku. Pertama kali ia menghadiri perayaan Natal. Meskipun hanya sekedar makan-makan. "Diana ..." Panggilnya. Diana menghampiri, bocah itu berkata pelan nyaris berbisik tapi aku bisa mendengar dengan cukup jelas. "Kit...
Beberapa hari kemudian ia kembali masuk. Walau masih dengan tangan yang sakit. Cukup disesalkan kali ini aku harus berjibaku dengan menjadi wasit permainan basket antar kelas. Tiap helaan napas hanya berisi khawatir ia masih belum sepenuhnya sehat, apalagi ini di sekolah. Bel pulang berdendang merd
"Masih sakit?" tanyaku. "Menurutmu??" Terdengar seperti setan yang belum mendapatkan jatah tumbal. Mungkin Mamed menahan rasa sakit saat bermain basket kemarin. "Makanya, jangan jadi orang cabul," hardikku. "Aku bukan orang cabul ... Kau saja yang merasa dicabuli,
"Kamu cantik, Kak Ness!" ucapnya dengan sedikit keraguan. Ku tatap tajam-tajam mata itu, apa yang ia mau sebenarnya? Tetapi jika boleh jujur, aku mulai terbawa ketika ia mengatakan hal cantik. Di sisi lain, hal itu cukup mengganggu konsentrasi! terlebih pada hari ini, hari terakhir ujian.
Ujian Tengah kami hadapi sebagai murid sekolah. Tapi suasana hati hari ini sangat tidak bersahabat ketika menjumpai bocah itu duduk tersenyum. Entah jodoh atau bukan, kami duduk bersama. Karena ini ujian dan kami tidak boleh bertukar tempat duduk, maka aku harus menikmati hal konyol ini. beberapa k
Bentar bentar, gw gelar tiker dl met smbl bikin kopi:travel enakin ndditt... mau kopi juga?? Lanjoetken gan yoi!! Widih comeback ni om, gelar tiker dulu ah comeback gegara kangen kaskus... hehe bikin tenda dulu disini butuh yg anget juga mbak??
Kedekatan kita berdua membawa aktivitas negatif dari berbagai kalangan. Ditambah sebagai primadona sekolah aku memang patut untuk menjadi idola. Setidaknya itu klaim dari kebanggaan diri ini... Hehehe. Kami memilih memisahkan diri setelah asyik berbincang di tempat biasa. Tatkala menyapu pandangan
"Gak mau mampir??" Aku menawarinya. Ia tampak berpikir, layaknya Koala yang melihat daun eucalyptus dalam piring. Begitu juga dengan dirinya, Mampir sejenak atau tidak adalah keputusan besar baginya dan harus berhati-hati dalam memilih. "Mau mampir atau enggak??" "Ok!&q...
Aksi merengek-rengek yang kulakukan sama sekali tak membuahkan hasil selain kena kopi anget! Hal itu membuatku sedih bukan main. Dengan suasana hati yang tidak baik aku berangkat sekolah. Memilih tak menghiraukan Omelan Papa cukup membantu, mata Papa fokus dengan jalan dan tangannya meremas roda ...
"Kak Ness ... Makasih, ya." "Iya ... sama-sama," jawabku Ia membayar apa yang ku comot dari kopsis sebagai bentuk terima kasihnya. Rasanya menyesal memiliki keinginan menendangnya, karena nyatanya ia begitu baik. Mungkin sifat layaknya dedemit sudah hilang. Ia sudah berubah. T...
"Itu adik mu, Zi??" tanyaku penasaran. "Iya ..." jawabnya singkat Seorang bocah menggigit peluru dan tangannya yang memompa senapan angin. Lebih terlihat seperti anak jalanan daripada seorang bocah rumahan. Tapi memang ia bukanlah anak rumahan. Senapan angin itu terlihat cukup
Aku tahu kamu sayang aku dan kamu tahu aku sayang kamu. Kita tak akan pernah berhenti untuk saling menyayangi selamanya, kita hanya berhenti untuk menunjukkan rasa sayang itu secara nyata. Kita ganti dengan bait doa. Dalam sujud panjangmu selalu kau selipkan namaku dan dalam lantunan doaku, yaki...