Aku kaget melihat wanita yang akan beliau jodohkan pada putranya itu. Wajah wanita itu sangat mirip dengan mendiang istri Mamed. Sempat kukira ibu Mamed memiliki Jutsu Edo Tensei, walaupun terkesan konyol tapi aku benar benar kaget. Seperti istri Mamed kembali hidup dan kembali mencintai apa yang a
"Mau ke Bali??" "Tentu saja!" ucapku penuh semangat. Segera aku mencari waktu agar bisa liburan ke Bali. Dan saat waktu sudah kudapat, kini saatnya meminta ijin pada keluarga. "Cie... Kenapa cynn?" tanya Mike. "Aku mau liburan, tapi bingung gimana ngomongnya
Mau tak mau aku harus melepasnya untuk kembali bekerja. Sedih? Tak perlu dipertegas!. Tetapi Mamed memberi hadiah ulang tahun untukku walaupun jatuhnya terlambat. Dan sebentar lagi ialah ulang tahunnya, bingung melanda karena apa yang akan kuberi sebagai hadiah. Karena bingung yang tak berkesudahan
Kereta baru saja berangkat, tapi aku sudah kangen pada Mamed. Ada hal yang harus aku lakukan dan kembali ke Surabaya. Ternyata menjalani profesi seperti ini membutuhkan kerja keras ekstra. Tetapi sisi baiknya, Mamed mendapatkan pekerjaan lebih layak. Aku cukup khawatir jika ia kembali menjadi me...
Aku tak boleh menangis! Aku harus menanganinya walau didera air mata. "Suka hadiahnya, Kak Ness?" ucapnya dengan sisa tenaga. Aku tak ingin menanggapi, terlalu takut jika aku menangisi Mamed. "Setidaknya aku terhindar dari masakanmu, Kak Ness," ucapnya sebelum kembali pingsan. H
Mamed membuang putung rokok disela jemari. Kulihatnya menghela nafas panjang, mencoba tegar akan hadiah dari tuhan serta meminta penjelasan atas apa yang terjadi. "Are you okay?" tanyaku dengan lembut sentuhan di bahu. "Aku baik-baik aja, cuma eedang berbincang dengan tuhan," ja
Kosong sepi, itulah yang mungkin Mamed rasakan setiap kali membuka mata di pagi hari. membuka ingatan, melayang mundur beberapa langkah, mendapati dirinya sendiri mengingat kepergiannya. Tatap lekat matanya pada bingkai seolah mengajaknya berbicara. anehnya ia akan menatap balik bingkai beberapa sa
Waktu masih berjalan untukku... Akhirnya Mamed tahu jalan keluar dari masalah yang ia hadapi. Entah aku harus bagaimana, aku harus bahagia atau harus sedih. Pasalnya, keluarga yang ia bangun sangat amat harmonis dan tentu saja membuatku iri. Dan siapa yang harus aku ajak berkeluarga?. Sepertinya a
"Rissa... Apa yang kau harapkan dari perbedaan?" tanya Mbak Vana yang membelai rambutku. Aku tak ingin menjawab dan tetap ingin menangisi kesialan yang terjadi! Mengapa manusia harus membuat perbedaan atas nama tuhan yang sama sekali tak mereka ketahui wujudnya itu. Untuk saat ini aku m
Apa yang bisa kulakukan untuk menutupi kesedihan ini? Tidak ada!. Aku hanya mencoba kuat untuk menahan tangis, tak ingin aku ada air mata yang jatuh. Tetapi, mau tak mau pertahanan yang aku bangun harus jebol. Tangisan yang aku tumpahkan harus berakhir saat kegiatan ku kembali seperti semula, aku h
Malam ini ia menggenggam erat menyematkan jemari, nyaman kembali kurasakan dalam tiap detik. Kurasa ia semakin jauh dariku atau hanya aku saja yang merasa demikian. "Kak Ness ...." Aku menoleh padanya yang melekat pada gelapnya langit malam. "Aku rindu," ucapnya. Aku hanya b
"Kenapa, Kak Ness?" tanya Mamed. Aku hanya menggeleng, ia tak tahu kejutan apa yang ibunya berikan nanti. Sebisa mungkin aku bersikap normal. "Besok aku kembali ke Surabaya." "Buru-buru banget," ucapnya. "Urusanku masih belum selesai, masih banyak yang harus kulak
"Rissa..." "Iya, Bu," jawabku. "Kapan kamu lulus kuliah?" tanya ibu Mamed. "Sebentar lagi," jawabku. Kali ini aku ada di rumah Mamed, tentu saja untuk menunggunya malam ini. Hari ini adalah ulang tahunku, aku ingin mengadakan pesta di rumahnya. Hanya aku
"Sudah dapat ide buat kuliah dimana??" "Entahlah Kak Ness" jawabnya santai. Ia bersantai sejenak, ia baru saja pulang membawa berita kelulusan dari sekolah. Khawatir yang ada dalam otakku hanyalah sebatas imajinasi, tak ada Corat-coret atau pawai motor khas anak putih abu-abu
"Masih betah disana??" Tanyaku. "Harus betah dong, meskipun ada kangennya sedikit" ucapnya. Sudah dua bulan Mamed berada di Bali, ia sudah berangkat setelah seminggu ia pulang dari Surabaya untuk menemui ku. Banyak waktu yang kami habiskan untuk melepas rindu melalui panggilan...
Ada drama dari Mamed yang merajuk, entah mengapa bisa aku melupakannya dan meninggalkan dirinya tepat di tengah Tunjungan Plaza. Ia punya urusan tersendiri di Surabaya dan ketika urusannya berakhir, ia mengajakku ke Tunjungan Plaza. Namun, aku harus mengurusi urusan lain saat bersamanya. Baru per...