“Jadi dia bekerja di rumah sakitmu, Wi?” tanya Darma di rumah makan saat mereka memutuskan makan malam di luar sebelum pulang. “Ya. Baru tadi siang. Aku juga lumayan terkejut melihatnya.” “Sudah banyak berubah dari pertama kali aku lihat dia.” “Tambah ganteng?” gurau Dewi. Darma h...
Dewi terperanjat melihat dokter baru yang diperkenalkan siang itu di rumah sakit tempatnya bekerja. Ia tidak mungkin salah lihat! Senyum khas dengan dagu terbelah itu hanya milik Fandi! Dewi masih tertegun tidak percaya saat Fandi menghampirinya, “Hai, Wi! Nggak nyangka ketemu kamu di sini.” ...
Jam dua malam itu, Dewi tengah duduk sembari membaca buku di ruang praktiknya saat seorang perawat tergesa-gesa masuk ke ruangannya. Dewi tahu pasti ada pasien darurat. Ia sudah bersiap berdiri dan meraih stetoskop di atas mejanya. “Dok, pasiennya Dokter Sumitro minta pulang paksa.” ujar sust...
Darma tengah memandangi dirinya sendiri di depan cermin saat Dewi masuk ke kamar mereka. Dewi tersenyum geli melihat tingkah suaminya. “Mas ngapain sih ngaca begitu? Mau ikut kompetisi cowok-cowok berotot kayak di tivi?” Darma mengalihkan sejenak pandangannya dari cermin dan menatap istrinya ...
oke om ling . japri tapi apaan om ane gaptek bener nih ga tau japri? ane tunggu ebooknya kurang peminatnya ini cerita padahal bagus bangett Japri=jatah pribadi gan. :cd Gaya penulisan yang indah dan normatif. Ane bantu rate 5. Thanks banget gan. :salaman eitzzzz ane mauu om, minat k
kalo begitu ane setuju om ling. tapi ane ga bisa bikin ebook uey. tar ane ebookin tp gak dishare gan, trit seperti ini gak menarik minat baca di sfth. Via japri aja nanti ya.
Manado hanya kota kecil, walaupun statusnya ibu kota Sulawesi Utara. Suasana-nya tidak sesibuk suasana di Jakarta, yang banyak digandrungi para gila kerja. Tidak pernah tidak macet karena semua orang berlomba mencapai tempat tujuan dengan waktu sesingkat-singkatnya dengan kendaraan pribadi. Tidak...
Dewi terjaga saat dirasanya suaminya tengah mencumbu bahunya dengan mesra. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya sembari beringsut menegakkan posisi tidurnya. “Mas..” ujarnya sembari membelai kepala suaminya yang sudah rebahan di atas pangkuannya. Darma meraih tangan istrinya menggenggamnya erat la...
Malamnya mereka memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar hotel sembari mencari rumah makan. Dewi ingin sekali mencoba makanan laut dengan dabu-dabu iris yang terkenal di Manado tentu saja dengan sayur pakis atau sayur kangkung yang dicampur bunga pepaya. Mereka memilih sebuah rumah makan di dae...
Darma langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur di hotel tempat mereka menginap begitu masuk kamar. Lelah rasanya menempuh perjalanan tiga jam lewat udara. Padahal sebenarnya di pesawat tidak melakukan sesuatu yang melelahkan, tapi tubuhnya terasa lelah sekali. Dewi menghampirinya setelah...
Rumah kecil di pinggiran Jakarta itu dibeli dengan uang tabungan mereka berdua, tapi dibeli atas nama Dewi, “Supaya, kalau aku mau nikah lagi, kamu bisa mengingatkan kalau rumah ini milikmu.” Begitu canda Darma saat Dewi menanyakan kenapa bukan atas nama Darma saja surat-surat rumah itu. Ruma...
Dewi menyendokkan nasi ke piring suaminya dan mengambilkan lauk untuknya. Hampir setiap malam Dewi memang selalu menyempatkan diri makan malam bersama suaminya, kecuali kalau memang Dewi kebagian tugas untuk jaga malam di rumah sakit, terpaksa tidak bisa menemani Darma makan. Makanan yang terhida...
Setelah Dewi akhirnya menyelesaikan sekolahnya dan meraih gelar dokter, ia dan Darma langsung merencanakan pernikahan mereka. Darma sudah berjanji padanya sejak awal, akan ditunggunya dulu hingga Dewi menyelesaikan sekolahnya baru akan memikirkan mengenai pernikahan mereka. Pernikahan mereka dise...
“Mudah-mudahan cuma satu kali ini kamu di Sukabumi, Wi.” harap Darma sungguh-sungguh sepulangnya dari acara perpisahan Dewi. Dewi mengerutkan keningnya, “Memangnya kenapa?” “Makan hati kelamaan saingan dengan doktermu.” Dewi tersenyum kecil, “Aku senang Mas datang.” Kali ini Darma...
Dokter Pram tersenyum getir saat dilihatnya Dewi datang ke acara perpisahan itu dengan menggandeng laki-laki yang pernah dilihatnya datang ke kost Dewi tempo hari lalu. Dewi sudah menentukan pilihannya, dan sesuai janjinya, ia akan mundur. Pelan-pelan akan menghapus kenangannya bersama Dewi selam...
“Datanglah kemari Sabtu ini, Mas.” pinta Dewi saat malam itu menelepon kekasihnya. “Buat apa?” “Aku ada acara dengan kawan-kawanku.” “Kau yang ada acara dengan teman-temanmu, kenapa aku harus ikut?” “Semua kawanku mengajak pasangannya.” Dewi mendengar suara tawa Darma dari pon...
“Keluar makan, Wi?” tanya Fandi saat malam itu ia sengaja datang ke kost Dewi. Siang tadi mereka semua sudah menjalani ujian pasien dan sudah dinyatakan lulus dari bagian Penyakit Dalam. Tidak seperti hari-hari biasanya yang begitu sibuk, malam ini semua co-asisten punya jam bersantai lebih p...
Dokter Pram bisa merasakan perubahan sikap Dewi terhadapnya. Dewi seperti menjaga jarak dengannya setiap kali mereka berdekatan. Ia akan memilih berdiri paling jauh dari dokter Pram kalau mereka pergi visit pasien. Dewi akan memilih mendampingi dokter lain kalau ada pasien yang perlu ditangani, d...
Dewi mengajak Darma pergi ke sebuah rumah makan tidak jauh dari tempat kost-nya. Ia tidak berminat makan. Selera makannya sudah turun sampai ke titik nadir. Dewi hanya memesan segelas jus jeruk dan roti bakar. Roti itu malah hanya menjadi santapan angin malam. “Jadi dia itu tamu kamu atau tamu ...
Ketika Darma sampai di depan kost Dewi, ia langsung bertemu dengan dokter Pram dan Winda. Winda -lah yang pertama-tama mengulurkan tangan dan menyalaminya, “Pacarnya Dewi ya?” Darma mengangguk. “Dewi lagi di kamarnya. Tunggu di sini sebentar ya, nanti saya panggilkan.” ujar Winda sembari ...