Chapter 23 POV Bu Sayem ------------------------ "Apa Mas Boy mau berjanji enggak akan ninggalin aku setelah aku bercerita?" tanyaku penuh harap. Aku takut kehilangan Mas Boyo. Suamiku itu mengangguk pelan. Raut wajahnya menggambarkan kebingungan. Entahlah! Aku masih saja tak sanggup m
Chapter 22 POV BU SAYEM ------------------------------ Aku menggeleng kuat dan mendorong tubuh Arin jauh. Seketika api dari tubuh Arin menyulut emosiku. Ditambah lagi cercaan dari luar. "Usir anak sialan itu dari kampung ini!" teriakan seorang perempuan dari arah luar, diiringi dengan
Chapter 21 POV Bu Sayem --------------------------------- Perasaanku malah tak enak. Aku segera menutup wajahku dengan kerudung. Apa yang mereka tonton dan kenapa menyebut nama anakku? "Duh, kalo ini jadi anakku, udah kuusir. Masa anak SD bisa begini. Harus diusir dari kampung! Kalo dibiari
Chapter 20 POV DEWI ---------------------------------- Pagi ini hari pertama Mas Jono berdagang sayuran. Aneka ikan dan segala macam bumbu dapur, sudah penuh di gerobak dorongnya. Aku bahagia, tetapi sedikit gelisah juga. Aku yakin rezeki sudah diatur Allah, tetapi yang namanya manusia, selalu sa
Chapter 19 POV BU SAYEM ------------------------------- Seorang perempuan mengendarai motor dengan pakaian dinas berwarna cokelat memasuki pelataran rumahku. Gurunya Arin. Mendadak perasaanku tidak enak. Aku mengulas senyum getir saat guru Arin memasuki teras warungku. "Assalamu'alaikum, Bu
Chapter 18 POV BU SAYEM --------------------------- Aku meninggalkan kamar Arin, dua menit kemudian aku kembali dengan sebatang linggis. Dengan menggunakan benda yang berada dalam genggamanku ini, aku mengetuk pintu kamar Arin. Tak ada respon. "Say! Jangan dirusak pintunya. Selain pintu ya
Chapter 17 POV BU SAYEM ------------------------------------------ "Kemana kamu, Rin? Hapemu juga enggak bisa ditelepon. Mama udah nyariin kamu dari tadi, loh." Aku gelisah setengah mati. Aku jadi kepikiran omongan Mas Boyo tadi. Jangan sampai! Amit-amit! Aku berdiri di jembatan depan
Chapter 16 POV BU SAYEM ------------------------------------- Memang si Dewi itu selalu saja menaikan emosiku. Ingin sekali tangan ini meremas mulutnya dan langsung kusiram bubuk lada biar semakin yahut. Setiap bertemu, pastilah darahku naik ke ubun-ubun dan langsung mendidih, hingga tumpah melal
Chapter 20 Lama sekali aku memutar otak untuk mengingat sosok Ayu, hingga akhirnya aku ingat kalau dia adalah wanita yang berbicara di lobi hotel saat kami hendak melakukan bulan madu beberapa tahun lalu. Aku sempat bertanya siapa sosok wanita yang menyapanya,Mas Fian menjawab kalau itu mantan pac
Chapter 19 "Yaelah, emangnya gue cowok apaan?" godanya sembari mendelik nakal ke arahku "Cowok gemesin." "Ow-ow, kebukti dong ya sekarang kalau Mas ini gemesin." "Iyaa, tapi nyebelin!" "Nyebelin kenapa?" "Nyebelin kalau udah marah-marah. K
Chapter 18 Sejenak mas Fian menghela napasnya lagi, aku tahu semua ini berat ia ceritakan karena harus membuka kembali lembaran kisah kelam yang pernah terjadi di dalam kehidupannya. Aku mengusap-usap dadanya, kurasakan ada rasa sedih dan marah yang ia tahan di hatinya. Ia tersenyum memandangku d
Chapter 17 "Selamat tidur, Sayang," bisiknya sembari mencium kening ini. "Selamat tidur juga, Bandot Tua," jawabku sambil menahan tawa. Matanya yang semula akan terpejam pun seketika terbuka dan mendelik tidak terima ke arahku. Habis lah aku dikelitikinya. "Jahat banget
Chapter 16 "Aku talak kamu, Dek," ungkapnya dengan sorot mata yang tajam. "Maafin aku, Mas, aku khilaf." "Sudah habis kesabaranku, Dek. Kurang apa selama dua tahun pernikahan ini sikapku padamu?" "Tidak ada yang kurang, Mas. Memang akunya yang salah dan tidak t
Chapter 15 POV DEWI --------------------------------- "Argh!" teriakku dan Mas Jono berbarengan. Tiba-tiba tubuh kami basah, tetapi bukan karena hujan. Aku menoleh ke arah datangnya air. Kulihat Bu sayem sedang memegang gayung hijau dan ember kecil dengan warna senada. Jelmaan hantu ga
Chapter 14 POV BU SAYEM ----------------------------------- Pukul dua dini hari. Aku segera bangun dan berangkat belanja untuk isian pasar besar yang letaknya jauh dari kampung ini. Kira-kira memakan waktu hampir satu jam. Aku merangkap dua jaketku, kaos kaki, sarung tangan dan kerudung yang juga
Chapter 13 POV DEWI ---------------------------------------------------------- "Sayang!" Suara itu milik Mas Jono, tetapi aku tak bisa menyahuti. Aku susah bangun. Astaghfirullah! Ada apa ini? Samar kudengar Mas Jono membisikkanku ayat Kursi, perlahan aku bisa menggerakkan tubuhku. Ras
Chapter 12 POV DEWI Usai menidurkan Yumna, aku pun membantu Mbak Roro yang sedang memasak di dapur. Lumayan terbantu kalau ada Mbak Roro, ini sudah yang ketiga kalinya Mbak Roro datamg dan menginap di sini. Biasanya Mas Jobo membeli nasi goreng untuk makan malam kami, karena aku sering ikut ketidu