Chapter 8 Apa yang mereka saksikan sungguh diluar perkiraan. Yusuf dan Busron serentak membelalak saat cahaya senter tepat menyorot pada sosok aneh berupa kepala tertutup rambut gimbal. Dari leher ke bawah menjuntai usus memburai lengkap dengan jeroannya. Sosok itu berada di atas kambing yang kak
Chapter 7 Hati perempuan sangat sulit dibaca. Yusuf masih ingat betul muramnya wajah Cahaya kemarin. Laksana langit tertutup awan hitam. Siap memuntahkan hujan petir bersama angin badai puting beliung. Menyebut nama Hilman saja Cahaya seakan tak sudi. Yusuf sempat berpikir kalau hubungan suami ist
Chapter 6 Kayu bakar itu sudah diikat kuat menyatu dengan tali rapia. Lumayan berat jika dipanggul ke atas pundak. Gagang kapak diselipkan pada ikatan pinggang. Arul meregangkan bahunya bersiap untuk mengangkat. "Ngayaaau!" Plak! Plak! Pemuda itu tiba-tiba mengumpat sambil menepuk-nepu
Chapter 35 POV DEWI -------------------------------- Masa iya ada yang tega berbuat seperti ini, siapa? Ya Allah, lindungilah keluargaku. "Mas! Mas Jono!" teriakku panik memanggil Mas Jono. Agak lama menunggu, suamiku belum juga muncul. Aku berlari ke dalam, dia pulas. Kugoncang badan
Chapter 34 POV DEWI ------------------------------------- Sudah pukul sebelas siang, Mas Jono juga belum pulang. Tumben sekali, biasanya jam 9 paling lambat. Apa kelilingnya jauh? Aku menunggu kepulangannya sambil duduk di teras. Yumna baru saja tertidur. Mendadak aku teringat penolakan Bu Sayem
Chapter 33 POV BU SAYEM ---------------------------- pintaku dalam hati. Sepatah kata pun tak bisa keluar dari mulutku. Wajah hancurnya persis dengan yang di dalam mimpiku. Lidahnya menjulur panjang hingga menyentuh dada. Sosok itu terus mendekatiku. Kupejamkan saja mata ini, berharap dia pergi
Chapter 32 POV BU SAYEM ---------------------------- "Ariin!" Kugoncang badannya kuat. Baiknya aku memang harus ke Bidan Yuni. Tak bisa kalau harus membawa Arin ke sana. Repot sekali pastinya. Dengan mengendarai sepeda motor, aku melesat ke rumah Bidan Yuni yang sebenarnya tidak jauh.
Chapter 31 POV BU SAYEM -------------------------------------- "Ayo! Semangatlah menyuburkan anak-anakku. Mereka akan tumbuh besar dan terus mendampingimu sampe kamu menjadi orang paling kaya dan di segani di kampung ini. Air yang diberi tuanku akan membuat mereka tumbuh besar dan mengayakan
Chapter 5 "Mestinya kamu tak usah menyusul Kakak ke mari, Suf." Cahaya meletakkan segelas teh hangat di atas meja. "Masalahnya apa, Kak, kalau Usuf menyusul? Kak Aya pergi tanpa pamit. Tentu kita semua cemas." "Siapa yang kamu maksud kita?" tanya Cahaya sinis. "
Chapter 4 "Ssstt ... berani taruhan. Pasti ada apa-apanya. Tak ada angin, tak ada hujan, tiba-tiba saja datang kemari." "Hu' um, aneh. Kita saja sudah pada lupa sama dia." "Mau-maunya menempati rumah tua begitu. Pasti sudah pada lapuk kayunya." "Kayu besi tak b
Chapter 3 Matahari tepat di atas kepala saat Yusuf menurunkan kaki dari sebuah mobil angkutan umum bercat putih bersama penumpang lain. Refleks kelopak matanya memicing menahan silau sang raja siang, satu tangan segera ditarik ke atas dahi. Menyandang sebuah tas punggung besar dia melangkah mendeka
Chapter 2 ARUUUL!!!" Aman berlari mengejar monyet-monyet nakal seraya meneriakan nama adiknya. Dia butuh bantuan Arul untuk mendapatkan kembali kain-kain jarik itu. Susah payah sejak subuh berangkat menuruni bukit, demi bisa membelinya. Sekarang malah dicuri monyet-monyet bengal penghuni huta
Chapter 30 POV BU SAYEM ----------------------- Aku meraba sisi di sekitar dudukku. Sesuatu yang dingin, tajam, dan melengkung tersentuh oleh jariku. Apa ini? Baunya juga tak enak. Aku mual. Ada yang menetes ke tanganku. Dingin dan lengket. Tiba-tiba ruangan kembali terang. Tak ada apapun. Bulu
Chapter 29 POV BU SAYEM ------------------------------ Hari pun terus berlalu. Aden dan Amir masih berada di rumah. Aku belum kembali berjualan. Hatiku mulai bisa menerima kepergian Mas Boyo. Pelan-pelan aku juga sudah mengatakan bahwa yang Arin lakukan di video itu adalah kesalahan dan dosa besa
Chapter 28 POV ARIN ---------------------------- Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Z...
Chapter 27 POV ARIN -------------------------- Beberapa hari berlalu sejak meninggalnya bapakku. Mas Aden dan Mas Amir marah besar padaku. Pintu kamar yang rusak sebagai buktinya. "Arin!" pekik Mas Aden sembari mengampak daun pintu kamar. Gambar Mickey Mouse kesayanganku terbelah. Ak
Chapter 26 POV BU SAYEM --------------------------------- Aku masih belum sanggup kalau harus hidup tanpa Mas Boyo. Apalagi dalam keadaan masalah yang begitu besar menumpuk di pundakku. Ya, masalah Arin. Kuhubungi Aden. "Aden!" sebutku histeris. Aku menangis tersedu-sedu. "Ma, ke
Chapter 25 #POV DEWI ------------------------------ Aku mengirimkan pesan itu di grup. Aku kaget membaca respon dari mereka. Bu Rusi. Bu Sana. Bu Arum. Sungguh Bu Arum ternyata bisa menulis sekasar itu. Mengumpamakan Bu Sayem dengan seekor anjing gila. Sungguh aku tak menduga bahwa jari
Chapter 24 POV DEWI ------------------------ "Assalamu'alaikum!" Aku segera membuka pintu sambil melirik jam dinding. Pukul 5 sore lebih. Mas Jono pulang dengan wajah kebingungan. "Wa'alaikumsalam, Mas." Kuraih tangannya dan kucium punggung tangan Mas Jono. Aku bergegas ke