Chapter 50 Putri Yuri menangis. Dia seakan tidak berarti apa-apa di depan ayah dan ibunya sendiri. Bahkan, dari kecil dia tidak diperkenankan untuk bertemu dengan ayahnya dan hanya bisa melihatnya dari kejauhan. Rasa rindu dan ingin dimanja sang ayah sering membuatnya menangis dalam diam. "Apa
Chapter 30 Kusandarkan kepalaku pada bahu kokoh pria tampan di sebelahku. Langit biru perlahan berubah menjadi senja. Kami saling diam menikmati pemandangan indah yang sangat menentramkan hati. Entah kenapa aku merasa sangat aman dan nyaman bersama pria ini. Aku merasa dialah orang yang selama ini
Chapter 29 "Aaaaa, Stupid, jorok tau! Jijik, kan!" David terbahak-bahak sambil mengendus ketiaknya sendiri kemudian mencium pucuk kepalaku. "Ketekku, mah, wangi! Yang bau rambut lu tuh, Bil!" Kujambak rambutnya dia malah tergelak. Dasar Stupid. Kami menikmati suasana pantai y
Chapter 28 David sudah menungguku di atas motor. Ya, kami akan ke pantai menggunakan motor. Ia menggunakan hoodie warna abu-abu dipadukan celana pendek warna putih senada dengan sepatunya. Ganteng banget. Aku menghampirinya, tanpa basa-basi David langsung memakaikan helm di kepalaku. "Udah
Chapter 27 "Sayaaang, lagi ngapain?" "Ini lagi ngobrol sama Revan." Sengaja kamera kuarahkan kepada Revan. Kemudian aku ngobrol dengan David. Biarin aja dia disini denger kita ngobrol. Kalau orang waras pasti pergi karena merasa mengganggu. Eh, tapi Revan ini muka badak, loh.
Chapter 26 Sepulang kerja aku mendapati sekuntum bunga mawar di depan pintu kamar. Lagi-lagi mawar putih. Kali ini ada kartu ucapan berwarna merah muda. "Selamat sore cantik, aku harap harimu menyenangkan. Karena senyummu adalah bahagiaku." Aku langsung menghubungi David. "Pid, ad
Chapter 49 Karena tidak terima, pemuda itu lantas menyerang Pangeran Wang Yi. Dia melayangkan pukulan ke arah pemuda itu. Namun, Pangeran Wang Yi dengan mudah mengelak dari serangannya. Bahkan, tangan pemuda itu telah ditekuk ke punggungnya. "Lepaskan tanganku!" pekik pemuda itu, tetapi
Chapter 48 Jauh di desa, Pangeran Wang Yi dan Liang Yuwen tumbuh menjadi pemuda dengan kemampuan bertarung yang cukup hebat. Tak hanya itu, keduanya juga memiliki wajah yang tampan. Saat ini, keduanya sedang berhadapan dengan segerombolan pencuri. "Kakak, aku akan hadapi yang sebelah kiri dan
Chapter 47 Sejak kejadian malam itu, Kaisar Wang Zhu memperketat penjagaan di sekitar kediaman Li Jia. Dia tidak ingin hal serupa kembali terjadi. "Jangan biarkan siapa pun masuk ke tempat ini tanpa seizinku. Mulai sekarang, kalian harus lebih waspada!" ucapnya pada semua penjaga. Tanpa
Chapter 46 "Istriku, apa yang baru saja kamu katakan?" Li jia terperanjat. Ucapan yang tanpa sadar terlontar untuk mendiang suaminya telah membuat Kaesar Wang Zhu menatapnya. "Suamiku, aku mencintaimu." Li Jia terpaksa mengatakan itu. Kedua tangannya lantas memeluk lelaki yang
Chapter 25 Setelah masuk ke dalam kamar kos, aku melihat mobil David pergi. Aku tersenyum senang. Angin malam berhembus masuk dari jendela yang memang sengaja belum kututup. Perasaanku sangat bahagia hari ini. Kuakui, aku mulai tertarik dengan David. Semoga saja dia tak ingkar janji. Aku akan men
Chapter 24 Mobil melaju pelan melewati perumahan elit. Aku memang belum pernah ke rumah Bu Nur. Kalau ke rumah Bu Astri sudah pernah. Tapi, tak menyangka juga kalau rumah beliau sekitaran sini. Kami berbelok ke salah satu blok. Gila, rumahnya gak ada yang kecil. Besar-besar semua dengan pagar menj
Chapter 23 Di tempat kerja aku sama sekali tak fokus. Kulihat sekeliling, ah, jika nanti aku benar-benar dipecat maka mungkin hari ini aku akan terakhir berada di sini. Ternyata berat banget meninggalkan tempat ini. Aku sudah terlanjur nyaman dengan semua yang ada di sini. Kalaupun nanti aku dapat
Chapter 22 "Ih, kamu kok bilang kalau kita udah setahun?" tanyaku. "Ya, gapapa! Kalau bilang baru sebentar nanti ditikung lagi," jawabnya. Aku terkekeh. Aneh-aneh aja si David. Setelah pulang dari cafe David membawaku ke Minimarket. Aku mengambil coklat, snack dan roti. "
Chapter 21 "Astaga, Sabil! Anak orang kamu apain?" Mbak Enggar berlari menghampiri kami. "Jaga mulutmu bencong!" Teriakku. Bayu berdiri dan menatapku dengan pandangan meremehkan. Aku digandeng masuk ke dalam toko oleh Mbak Enggar. Untung saja pagi ini suasana masih sepi. Kalau
Chapter 45 Suasana di dalam kamar terlihat remang dengan cahaya petir yang samar-samar. Li Jia menitikkan air mata saat lelaki itu menunaikan haknya. Tangisan yang disembunyikan dibalik kepasrahannya. Tangannya yang mengepal perlahan terbuka seiring tangan kekar Kaisar Wang Zhu yang menggenggamnya
Chapter 44 Obat yang dicampurkan Putri Ling ke dalam arak rupanya cukup ampuh. Lelaki itu dengan mudah dapat ditaklukan. "Ternyata kamu sangat hebat. Apakah kamu juga melakukan hal yang sama padanya?" ucap Putri Ling sambil memandangi Jenderal Wang Zhu yang tertidur di sampingnya. Meliha
Chapter 43 Wanita itu lantas mengeluarkan botol kecil dari lemarinya dan memberikannya pada Jenderal Wang Zhu. "Berikan obat penawar itu padanya. Lebih baik kamu cepat karena bisa saja dia sekarang sudah mati." Wanita itu tersenyum licik. "Ini pertama dan terakhir kamu menyentuhnya
Chapter 42 Malam itu, keluarga mereka telah terpisah. Di dalam ruangan, Li Jia menangis dalam diam. Hatinya hancur hingga membuatnya ingin mati. Di atas pembaringan, dia terbaring tak berdaya. Hanya air mata yang jatuh di sudut matanya. Betapa dia sangat berdosa karena tak mampu menjaga kesucian ci