Chapter 11 POV BU SAYEM ----------------------------------------- Tiba-tiba napas Mas Boyo tersengal seraya memegang dadanya. Aku jadi panik. Aku kembali membaringkan tubuhnya ke kasur. "Mas Boy! Kenapa?" tanyaku khawatir. Aku menggoyang badan Mas Boyo. "Mas, jangan sampe kenapa-
Chapter 75 "Udah kita siap-siap, ayo kita pulang ke kampung saja!" "Apa gak sebaiknya kita mengabari ibu dulu?" "Gak keburu, Mas! Aku takut!" Klek! Pintu dicongkel oleh seseorang, aku memeluk suamiku. Jantungku berdegup kencang. David menelepon Evan agar segera data
Chapter 74 Pov David. Aku menghubungi Mbak Astri yang sedang berada di surabaya, menanyakan dimana aku bisa bertemu psikolog. Mbak Astri merekomendasikan kerabat Mas Gi yang seorang psikolog. Tak menunggu lama, aku langsung menghubunginya. Beliau bernama Bu Ani. Kami janjian bertemu di klinik bel
Chapter 73 Pov David. Tanganku gatal, begitu melihat Adam, kulayangkan tinju tepat mengenai hidung mancungnya. Cincinku saja sampai bengkok. Tanganku langsung kebas. Kuhajar dia hingga mimisan. Evan melerai kami. Adam diam, dia sama sekali tak melawanku. "Bangs*t lo! Temen macam apa berani n
Chapter 72 Pov David. Undangan reuni tergeletak di kursi teras. Aku membukanya dengan semangat. Maklum, sudah bertahun-tahun tak pernah berjumpa dengan mereka, rasanya rindu sekali dengan kenangan-kenangan indah bersama mereka. Ya, SMA Nusantara adalah sekolahku yang paling lama dan paling menyisa
Chapter 71 "David, Sabil, karena kalian sudah menikah, maka, ibu akan memberikan satu buah toko ibu untuk kalian kelola." Aku dan David saling pandang, "buat apa, Bu? Aku masih mampu, kok, kasih nafkah Sabil." "Sudah rencana ibu dari dulu. Begitu anak ibu menikah, mereka
Chapter 10 POV BU SAYEM ------------------------------------------------ Bumbu rujak yang membalut potongan buah pepaya di tanganku meleleh dan jatuh kembali ke meja. Aku sangat tertarik dengan gosip kali ini. Sampai berkali-kali menelan saliva saat nama Dewi disebut. "Jadi, kabar Bu Sayem
Chapter 9 POV BU SAYEM ------------------------------------------- Aku mendapati mata dan wajah Mas Boyo basah saat aku tiba di ruang tengah. "Kenapa, Mas Boy?" tanyaku penasaran seraya merapikan uang seratus ribu tadi. "Kenapa kamu masih aja berantem, Say. Tadi, 'kan, udah janji
Chapter 8 POV BU SAYEM ------------------------------- Tiba-tiba terdengar sesuatu yang terhempas dari arah dalam rumah. Bu Ida memandangiku. Aku pun kaget, apa jangan-jangan ada maling? "Siapa itu, Bu Sayem?" tanya Bu Ida. Aku mengendikkan bahu. "Say! Oh, Say! Tolongin aku, Say!
Chapter 7 POV DEWI -------------------------------- Tiba-tiba terdengar suara gedoran di daun pintu kontrakan ini. Aku berjingkat kaget, serempak kami menatap ke arah pintu. Aku segera masuk ke kamar untuk bersembunyi. Sungguh aku tak ingin berhadapan dengan Bu Sayem. Pasti akan gawat sekali kala
Chapter 6 POV BU SAYEM -------------------------------- "Kurang ajar kamu! Argggghhh!" teriakku pada perempuan yang sudah membuang ayam utuh untuk kujual ke dalam got. Aku marah sekali. "Bu Sayem yang kurang ajar!" balasnya tak mau kalah. Sepertinya dia juga marah padaku. Be
Chapter 70 Melihat wajahku yang masam, Lisa turun tangan. Dia menyeret Wirda turun dari atas pelaminan. Dibantu keamanan akhirnya si kuman itu berhasil keluar dari tempat resepsi. Lagian siapa juga yang ngajak dia datang ke mari. Perasaan tak ada undangan untuknya. Huh! Bikin mood ambyar saja. Al
Chapter 69 Pov David. Malas sebetulnya ikut ke rumah Tante Endah, takut jika Evan ada di rumah karena aku tahu jika Evan adalah mantan pacar istriku. Deg! Evan masuk ke halaman, dia memarkir kendaraannya dan segera menghampiri kami. Aku tak mau Sabil curiga jika aku mengetahui dia adalah mantan E
Chapter 68 Hari ini, kami kembali ke hotel tempat dimana resepsi besok akan diselenggarakan. Karena, saudara-saudara bapak yang berasal dari Belanda sudah tiba, mereka semua menginap di hotel, jadi, kami akan menemuinya, mereka kan belum kenalan denganku. Sialnya aku haid. Perutku terasa sangat kra
Chapter 67 "Suruh temen kamu pulang!" ucapku sambil melepas mukena. "Gak enak ngomongnya, Yang," "Kalau gak enak, biar aku saja yang ngomong!" tegasku. "Jangan, nanti dikira aku suami takut istri lagi!" jawab David sambil merengut. "Ini sudah jam sep
Chapter 66 "Kok bisa sih, Mbak, punya mantu anak buah sendiri?" "Memangnya kenapa?" "Ya... aturan, cari yang lebih baik, kan, bisa, gak malu apa turun kasta," bisiknya. "Saya cari mantu bukan cari rekan bisnis, selagi anak-anak sama-sama suka ya, sudah, orang t
Chapter 5 POV DEWI "Bu Sayem yang kurang ajar!" balasku tak mau kalah. Sama. Aku pun sangat marah. Bu Sayem menyambar seikat kacang panjang dan melemparnya padaku. Argh! Pedas rasanya. Kuat sekali tenaga Bu Sayem ini. Aku tak boleh kalah, meskipun badannya berisi dan tinggi. Kupungut k
Chapter 4 POV DEWI ---------------------------------- "Ah, udahlah, Bu. Saya enggak mau panjang-panjang. Saya dateng bukan cari ribut," ujarku sambil melengos pergi. Kurasa memang belum ada yang berani menegur perempuan yang baru kutahu namanya, Bu Sayem. Ya, ibu pemilik warung yang su
Chapter 3 POV BU SAYEM ------------------ "Hei, awas kamu, ya! Kamu akan rasain akibatnya," ancamku setengah berteriak. Semua pembeli yang biasa belanja di sini dan mendengar dongengku setiap harinya, menatap aneh padaku. Aku memalingkan wajah sembari menuju lemari pendingin dan mengam
Chapter 2 POV BU SAYEM -------------------------- Adonan bakwan hari ini cukup sedikit saja. Sepertinya belakangan orang-orang di kampung sedang menyukai risol. Mungkin karena ada ayamnya, walau sedikit dan bakalan nyangkut di gigi. Lagi pula bakwan sisa kemarin masih ada, kusimpan di kulkas bia