problemnya waktu itu, dia mau dijadikan menteri sebagai perwakilan banteng. lha, kalau perwakilan banteng tentu harus persetujuan mamak dong... jadi sekarang lebih baik dia keluar dulu, biar bisa bebas kalau dipilih jadi menteri.
bagusnya memang diberi batas maksimal tapi nggak ada minimal, karena penerima pajak kan daerah, bukan pusat. jadi disesuaikan dengan kondisi masing2 daerah & ditetapkan lewat perda.
percaya begitu? karena bapaknya sudah nggak ada, dia merasa bebas. tadinya dia diberi karpet merah, masih sangat muda bisa dapat dapil empuk. tapi kontribusi minim, jadi dipindah ke dapil berat, nggak terpilih. dia nggak jadi menteri aja karena mamak merasa dia kurang kontribusi.
pecahan PDIP mana ada yang sukses? yang sukses itu pecahan golkar: gerindra, hanura, nasdem, perindo (cucu golkar), dst.
karir dia di parpol moncer juga karena faktor ortunya, bukan karena prestasi pribadi. diberi dapil empuk, tapi habis itu nggak banyak kontribusi ke parpol, ya dipindah ke dapil yang harus kerja keras, nyungsep lah... sama aja kayak mr.algorithm hill. banyak yang di parpol nggak take & give, maun
saya pernah alami kejadian yang mirip, bertahun2. nggak mau ajak ribut, laporkan aja ke pihak berwenang. ternyata orangnya gangguan jiwa, kita ribut malah kita ikut nggak waras...
kalau dia orang berpengaruh & penting, nggak akan gagal masuk senayan atau masuk kabinet. dia lagi banyak bisnis yang kalau nggak ada dukungan penguasa, bakal macet. itu sudah.
kalau orang yang punya gangguan psikis, dia nggak bisa lihat bahwa fantasi dia itu nggak sesuai realita. lihat orang2 di sekitar nggak merespon sesuai harapan harusnya lebih bagus dia masuk ke mobil & lanjut perjalanan, baru bagi2 kaos dll di tempat yang banyak orang berkumpul. tapi kalau terus