Kawan, seandainya kita bisa tahu kepada siapa kita akan berjumpa lalu jatuh cinta seperti tak ada lagi hari esok, maka beruk bisa melamar pekerjaan menjadi ajudan bupati.
Kalau aku susah, cukuplah kutangisi semalaman. Semalam suntuk. Esoknya aku tak mau lagi menangis. Aku bangun dan tegak kembali.
Namun, tak pernah kusadari bahwa sikap realistis itu sesungguhnya mengandung bahaya sebab ia memiliki hubungan dekat degan rasa pesimis. Realistis tak lain adalah pedal rem yang sering menghambat harapan orang.
Ke manapun tempat yang ku tempuh, apapun yang telah aku capai, dengan siapapun aku berhubungan, tetap saja aku manusia biasa.
Kini aku siuman di sini, mendapati diriku tak lebih dari seorang anak kampung di sudut dunia yang tak dipedulikan siapapun, yang tak pernah tampak di peta manapun.
Dulu guru mengajiku pernah mengajarkan bahwa pertemuan dengan seseorang mengandung rahasia Tuhan. Maka, pertemuan sesungguhnya adalah nasib.
Pelajaran moral nomor Sembilan belas: cinta, bisa saja berbanding terbalik dengan waktu, tapi pasti berbanding lurus dengan gila.
Kerja Tuhan tidak boleh diramal. Nasib, usaha dan takdir bagaikan tiga bukit biru samar-samar yang memeluk manusia dalam lena.
Hidup bisa demikian bahagia dalam keterbatasan jika dimaknai dengan keikhlasan berkorban untuk sesama.
Maka di negeri ini, para pemimpi adalah pemberani. Mereka Kesatria di tanah nan tak peduli. Medali harus dikalungkan di leher mereka.
Nah gitu dong kan jelas! Senyuman si gendhut ahahahhaha Cinta bagi kebanyakan perempuan adalah dedikasi dalam waktu yang lama, tuntutan yang tak ada habis-habisnya sepanjang hayat, dan semua pengorbanan itu tak jarang berakhir dengan kekecewaan yang besar.