Ya, Dia Anakmu Pandang mata bulat itu Itu matamu Lihat bibirnya Itu bibirmu Telah kau tinggalkan dia Karena kau kecewa Denganku yang selalu mempertanyakan Arti cinta kita Kadang aku berpikir Ini hanya alasanmu saja Untuk pergi meninggalkan Aku sendiri disini Dia anakmu Selalu menan
Bangku-bangku Tak Berisi Ah….! Keluhnya Aku menyediakan bangku ini, cukup banyak Aku sediakan menu-menu ini, cukup enak Aku sediakan tempat ini, cukup bersih Ah…! Mereka enggan datang Entah mengapa Kadang ada mereka datang Tapi hanya beberapa Tak banyak membantuku memutar kembali modalku Ah…!
Daku, Kamu, Kita, dan Akhirnya Daku Lari Daku resah Daku takut Daku Rebah Kamu datang Kamu pergi Kamu hilang Kamu buat luka Kita berdua Kita bersama Kita rajuk Kita Pisah Akhirnya punah Akhirnya duka Akhirnya sakit Aku,kamu,kita, berakhir By: Safar Sirajuddin
Masih aku telah mengarungi seribu samudra, tetapi mengapa aku semakin memikirkan mu? aku telah menghapus seluruh bayang mu, tapi mengapa aku semakin candu padamu? candu ini semakin membuatku gila. aku sudah berhenti mencari bayangmu, tapi mengapa bayang mu masih membuntutiku? aku telah membuan
Jamu (1) Bu, Jamu Ya, tunggu sebentar mbak (2) Ma, aulia mau jamu juga Aulia beras kencur saja ya (3) Ya, duluan lah nak Mama mati’in kompor dulu. (4) Ma, papa lagi tulis puisi Puisinya tentang kita lagi minum jamu lho (5) Biarin aja nak Jamunya papa kan puisi (6) Bapaknya Aulia gak suka jam
Apakah ini Bukan Cinta Ketika jantungmu berdebar aneh Ketika Lidahmu kelu tak kuasa lafazkan kata Ketika helaan nafasmu seolah terhenti Ketika pipimu merona merah Apakah ini bukan cinta? Saat dengannya begitu indah Saat senyumannya membuatmu terbang Saat tatapan matanya membuatmu tersipu Saat gen
Broken kutemukan buku bersampul plastik di antara keramik putih di sudut halte…. ada bekas airmata yang belum sepenuhnya kau seka…. satu tetes air mata luput kupungut jatuh di atas pucuk rerumput liar, menggelinding membasahi tanah yang rakus air….. kau memikir dosaku yang entah… tak
Narkoba Tidak lagi “Bau Terasi” Seribu dalih dikatakan atas nama kemanusiaan Padahal sesungguhnya tidaklah memanusiakan manusia.. Apalah artinya nilai kemanusiaan Jika Grasi bisa dibeli dan dengan murah diperdagangkan.. Bandar Narkoba dan mafia berkeliaran Menikmati kebebasan dilingkungan ista
Bercinta dalam Kerinduan Terbias rasa ingin mengalunkan simphoni cinta malam itu Wajahmu yang merona terbenam dalam rasa rindu Lentik jarimu ayunkan belaian lembut di pipiku Hembusan lembut nafasmu bangkitkan gairah dalam syahdu Dan gemuruh ombak di dada semakin mengguncang rasaku Deritan ru
Kita Pernah Kamu pernah sentuh aku Disini, disini,dan disini Hangatnya masih terasa Kamu pernah cium aku Disini, disini, dan disini Bekasnya sudah hilang Matamu pernah memandangku Disini, disini, dan disini Aku tahu yang kau suka Kau pernah merasakan Wangi tubuhku Parfum itu, itu dan
Mentari Musim Pagi Aku berjalan secepat yang aku mampu Larut dalam sajak yang mengalun tanpa berkesudahan Di dalamnya ada satu bait kenangan yang melukiskan penyelaman kita Disana kita seumpama ikan yang menemukan air jernih kian menyehatkan Jernihnya ditubruk dengan butir-butir embun yang terpelan
Tak Mengerti malam yang tak mengerti menemuimu di rimba ramai semua waktu harus memanggil harumnya dalam jiwa mengerti bahwa semesta masih harum untuk kucium nanti 080312 By: Matroni El-moezany
Aku Wariskan Sebuah Blog untukmu Anakku Anakku… Bapakmu bukanlah siapa-siapa Bapakmu hanya seorang blogger yang mematut diri didepan layar komputer Mencoba menulis dan terus menulis Mulai dari bait per bait hingga menjalin sebuah kalimat Anakku… Semua itu dilakukan hanya untuk melepaska
Nah Loh! Pemerintah? ah, memang jagonya memerintah atur sana atur sini urus sana urus sini plesir sana plesir sini abai sana abai sini Syet dah! Wakil Rakyat? nah yang ini jagonya menjilat melet sana melet sini pepet sana pepet sini embat sana embat sini babat sana babat sini
Dunia Abu Kekuasaan Hidup itu tidak pernah aman karena ada bahaya disini tak perlu percaya pada budak yang memimpin memberontakinya adalah jalan yang terpilih derita dan duka adalah kawan abadi kekuasaan cintalah pertahanan terakhir,.atas nama apapun jalan ini kadang terpencil,.terjal,.dan menciut
To My Dear Kompasianer Percayalah aku masih seperti yang dulu Yang selalu tersenyum melihat postingmu Senin lalu mobilmu yang kau ceritakan Sedang Selasa giliran rumah gedong yang kau munculkan Malah Rabu ini peletakan batu pertama vilamu yang menjulang Kamis, hmmm sawah kebunmu tampak luas memben
Pelaut Dalam Badai ( I ) Kau kembali datang menghias mimpi Mengobati rinduku yang terhapus waktu Walau aku ingin Tapi ku tak punya nyali Untuk kembali melukis hati dengan cintamu Kau hatiku yang ditelan ombak Walau letih kunanti di tepian angan Kau tak mungkin lagi kembali Bahkan kalau ya
Jelaga Tak Tertawar Diam hanya bisa diam Ketika kasih menawar diri, sungguhpun enggan berkata tak ingin Tapi pedaya itu jauh lebih memegang kendali Sekali terbiar merancau pada cuaca angin Gundahkah? Geramkah? Sukakah? Ah ‘Ntah! Semua berlalu begitu saja Jelaga melukis di kaki bukit pada asap kab
Inginku tak terhitung lagi , berapa ribu tetes air mata basahi pipi tak terasa lagi , perih yang menghujam ke hati semua ku lakukan , hanya tuk yakinkan bahwa ini jalanku ini hidupku ini pilihanku disaat dunia tak lagi berpihak padaku disaat semua berpaling dariku hanya dirimu satu yang kut
Kakak “Kakaaak” Begitulah aku memanggilmu. Dan engkau akan membalasnya dengan sebutan “adek”. Begitu sederhana. Sesederhana jiwamu. Kesederhaan itulah yang akan selalu terkenang. Kakaaak, Aku masih saja menangis saat mengenangmu. Aku selalu terkenang pesan-pesan singkatmu. Aku sel