Litia Libiadido Perdu kartika menggulung remah-remah senja Melarutkan keletihan atas kepalsuan cinta yang bersarang di hatinya Menyemaikan ketenangan jiwa yang terlunta Memanjakan kebebasan seperti hidup takkan menua... Nyala lampu berdeburan menerangi dasar samudera yang kelam Menghiasi hunian p...
Tak pernah ku sangka Kau letakkan hatimu di hatiku Diam menunggu membalas surat hatimu Berlari ku menjauh... Yang kau inginkan... Tak pernah tersirat bahkan ketika hujan membumbung awan Menanti kicau angin meluluhlantakan segala harapan Sungguh tak kuasa atas segala dosa Semua cerita kemarin kau ...
Melihatmu dibalik tirai hitam Samar... Hatimu itu... Paras jelas, pelita layak mentari teduh Namun tak seindah lagu lalu... Suaramu goyah, getar nada beda... Gugup bersimbah... Tanya terselimut jawab dusta Sembuh karena tua... Meski gelap malam Terisak merdu terang memecah kelam Suara hati tersim
Malam semakin larut saja Hati ini masih terus bertanya, apa isi hati yang ia rasa ? Benarkah... Benarkah cinta sejati tak mengalir di atas kisah kasih asmara kita ? Semu... Hanya bayang semu, perasaan semu yang selintas datang dan pergi semaumu Tak cukup kah meyakinkan diri ini ? Mengapa selalu sa
Sejak sajak terlahir pagi Suara manis terdengar Merah muda nafasnya, tak mendengar Ingin peluk ibunya erat, dan meminumnya Bahagia.. Menjadi ramai, dan terasa damai Yang kurasa kala berlari menemani hari-hari Benang merah yang mengikat lingkaran adalah yang terbaik, itu pernah menjadi favorit.. Ba
Imaginasi adalah kecerdasan hakiki Imaginasi jalan menggapai mimpi Imaginasi adalah sentuhan Tuhan untuk menorehkan kedamaian yang abadi Dan imaginasi... Menciptakan dan menghapus kesedihanku
Disini.. Satu yang begitu kusesali, ketika ku bungkus sebuah janji, ketika ku telah kembali tuk menepati, semuanya telah berhenti, segalanya telah berubah, sinar-sinar senja itu telah pudar... Engkau berdiri dan berjalan diatas roda hidupmu yang baru, mengitari rasa jumpa yang pernah ada sebelumn...
Senja senyap teduh Lagu-lagu keruh Seutas warna jatuh Sang mentari menatap cahyanya mengapa... Tak seagung sapa... Mata elang memangsa jiwa-jiwa langit pendendam Dibalik awan yang padam... Piguraku terpejam Oh duhai hijau manjaku... Berapa lama waktu membelenggu ? Sudahkah menuang tinta hitam dis...
Suara-suara suci membahana di biru langit fajar Menyeru jiwa-jiwa yang hatinya telah kembali berbinar Menjamah tanah dengan hening, diatas ribuan kening Gemanya mengenyuhkan, menangiskan hati Hamparan kebahagiaan bertebaran, ceria secerah langit pagi ini Semua menjadi satu, menyatu menjadi lautan k
Keliru Setelah engkau mendengar segala keluh dunia, bisikan-bisikan benci yang bersarang di hati mereka atas momen merdu kita berdua yang terukir indah diatas secarik kehangatan kasih sayang dengan tinta warna... Cinta mereda. April, gelap singgah menyelimuti segala rasa, membutakan perasaan dan l