Gebrak bayi, bagi Agan dan Sista yang masih tinggal di kampung bersama dengan orang tua atau orang-orang yang memegang erat kepercayaan dari kebiasaan leluhur atau nenek moyang terdahulu, pasti tidak asing dengan tradisi yang satu ini.

Tradisi gebrak bayi merupakan tradisi yang menunjukkan aktivitas dukun bayi atau orang yang dituakan menggebrak-gebrak dipan atau tempat tidur bayi dengan tujuan agar bayi tidak mudah kagetan.

Adapun tradisi gebrak bayi sendiri dilakukan sejak bayi berusia 5-9 hari, kemudian diulang setiap 38 hari sekali tepatnya pada saat weton atau hari lahir si jabang bayi.

Meskipun tradisi gebrak bayi sendiri telah dilakukan secara turun temurun sejak zaman dulu, belakangan ini tradisi tersebut menjadi sorotan di tengah warganet dan para dokter spesialis anak karena viralnya sebuah video seorang wanita menggebrak dipan bayi di media sosial.

Di dalam video tersebut terlihat bayi terlihat memperlihatkan reaksi terkaget-kaget karena seorang wanita paruh baya menggebrak dipan tempat seorang bayi ditidurkan.

Alih-alih mendukung tradisi yang sudah dilakukan selama berpuluh-puluh tahun di pelosok daerah di Indonesia, ternyata tradisi gebrak bayi sendiri dirasa cukup berbahaya GanSis.

Dilansir dari akun Instagram @nadiaalaydrus, dijelaskan bahwa tradisi gebrak bayi ini berbahaya bagi bayi karena dapat menimbulkan pendarahan pada otak atau sering disebut dengan istilah shaken baby syndrome.

Sama halnya dengan penjelasan dari dokter spesialis anak yaitu dr. Miza Dito Afrizal SpA, yang juga menjelaskan bahwa kaget pada anak bayi ini adalah gejala yang normal karena seorang bayi yang sehat akan memiliki refleks moro alias kagetan.

Refleks moro sendiri merupakan respon normal dan positif yang dialami oleh bayi yang sehat, karena saat bayi tidak mengalami refleks moro atau kagetan maka itu tandanya otak si bayi dalam keadaan bermasalah.

Melihat adanya fakta tersebut tentu adanya tradisi gebrak bayi ini dianggap sangat tidak perlu untuk dilakukan GanSis, karena bayi hanya akan kagetan atau mengalami refleks moro saat usia baru lahir sampai dengan usia empat atau 6 bulan saja, dan setelah itu mereka akan kaget dalam kondisi wajar sebagai respon dari suara yang keras atau tiba-tiba.

Berikut tadi GanSis sekilas tentang bahaya tradisi gebrak bayi yang masih sering dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di pelosok daerah.

Sebagaimana penjelasan dari dokter spesialis anak, menggebrak bayi dapat mengakibatkan bayi mengalami kaget dan pendarahan otak sebagaimana pernah kejadian beberapa waktu lalu bayi meninggal dunia karena kaget dengan suara petasan.

Bukan hanya pendarahan otak, tradisi gebrak bayi atau mengagetkan bayi ini juga bisa berdampak pada cacat pendengaran karena alat pendengaran bayi belum siap menerima suara keras dengan gebrakan kuat.

Pro kontra terhadap tradisi gebrak bayi di tengah warganet sendiri tentu normal terjadi GanSis, karena diantara banyaknya warganet di media sosial juga pernah melakukan tradisi gebrak bayi dan aman tidak terjadi bahaya apapun.

Bagaimana Agan Sista menanggapi tradisi ini, apakah kalian termasuk yang mengikuti tradisi gebrak bayi dengan alasan agar bayi tidak mudah kagetan?
Apapun tradisi yang GanSis lakukan selama itu tidak berbahaya bagi anak-anak tentu silakan dilakukan, tetapi saat ada resiko bahaya meskipun itu kecil maka lebih baik dihindari sebelum menyesal setelah terjadi hal-hal yang tidak diharapkan.