kaze27Avatar border
TS
kaze27
I Want to Die
 
  

 Sore itu entah bagaimana pembicaraan itu sirna begitu saja tanpa ada pembahasan lebih lanjut seperti tak pernah ada. Dan seperti biasa kita berdua kembali membahas hal-hal random lainnya. Hari itu aku kembali tersadar kalau ternyata aku ini masih menyukai sesuatu seperti kebersamaan. Lucu sekali kalau aku berkata aku tak pernah mendambakan kebersamaan. Entah itu kebersamaan dengan teman, keluarga atau apapun itu. Aku suka menyendiri. Aku suka kesunyian. Namun terkadang aku juga mendambakan kebersamaan, karena sendiri itu sepi dan aku benci kesepian.

 Selama ini aku selalu menghindari hal-hal yang berbau sosial. Bukan karena aku sombong atau apa, hanya saja aku tak tahu bagaimana caranya bersosialisasi. Aku tak tahu bagaimana nantinya jika ada yang mengajakku berbicara. Ekspresi apa yang harus kupasang. Kata sapaan apa yang harus kugunakan agar tak terlihat aneh. Terkadang aku heran pada orang-orang yang bisa begitu mudahnya mendapat teman atau kenalan. Apa yang mereka lakukan? Bagaimana cara mereka melakukannya? Apakah ada cara tertentu agar bisa seperti mereka?. 

  “Ah sudahlah, meskipun aku tahu aku yakin hasilnya tak akan sebaik mereka. Sudahlah Ra sadar, jangan berlarut dengan pikiranmu yang konyol.” gumam Aira pelan pada dirinya sendiri.

   "Ada apa Ra?" Rasya bertanya dengan sedikit kekhawatiran di wajahnya sembari memayayungiku dengan payung di tangannya.

   Aku menggeleng dan mendongak menatapnya lalu tersenyum lembut, "Ah, tak apa. Aku hanya sedikit memikirkan hal tak penting hehe."

********

Aira Nathalia Putri

  Sepuluh tahun yang lalu, tepatnya saat ulang tahunku yang ketujuh tahun. Hari yang seharusnya menjadi hari paling spesial dan istimewah bagiku nyatanya malah menjadi hari paling mengerikan yang pernah aku lalui. Perayaan yang harusnya diselenggarakan di kapal pesiar dengan bahagia, malah berujung merenggut nyawa. Hari itu entah bagaimana itu semua terjadi, aku tak begitu mengingatnya dengan pasti. Yang aku ingat adalah suara ibu yang menyuruhku bersembunyi dan jangan keluar sampai ibu kembali. Aku yang saat itu masih berumur tujuh tahun hanya mengangguk dan menuruti perintah ibu dengan tenang.

  Aku diam tak bersuara dan bersembunyi di bawah kolong tempat tidur yang sempit. Aku menunggu ibu kembali. Satu jam. Dua jam. Aku terus menunggu ibu kembali dan mengatakan kalau aku boleh keluar sekarang. Tetapi nyatanya bukan suara ibu yang kudengar saat itu, melainkan suara tembakan yang begitu kencang hingga membuat telingaku berdengung. Tubuhku gemetar. Keringatku bercucuran di sekujur tubuhku. Hanya wajah ibu yang berlumuran darah dan tangan seseorang yang tengah memegang pistol yang kulihat sebelum aku tak sadarkan diri.

   Hari itu untuk pertama kalinya aku mengalami hal yang sangat mengerikan sejak aku lahir, aku menyadari sesuatu. Bahwa musibah bisa datang tanpa perkiraan, bahkan di hari yang paling bahagia sekalipun.
Diubah oleh kaze27 29-05-2023 08:15
bukhoriganAvatar border
indrag057Avatar border
indrag057 dan bukhorigan memberi reputasi
2
972
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.