Biasanya aktifitas kapal selam rudal balistik AS tidak dipublikasikan Gan, tetapi dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, Paman Sam sering memublikasikan keberadaan kapal selamnya. Yang terbaru, Paman Sam memplubukasikan foto dan video kegiatan resupplypada kapal selam rudal balistik di Laut Filipina pada 9 Mei 2023 lalu. Kegiatan resupply itu melibatkan 2 helikopter CH-53E Super Stallion.

Mengutip artikel dvidshub.net, helikopter yang terlibat dalam misi ini berasal dari 1st Marine Aircraft Wing, III Marine Expeditionary Force. Menurut doktrin USMC, kegiatan resupply kapal selam itu disebut sebagai vertical replenishment (VERTREP). Helikopter tersebut membawa "peralatan penting" ke kapal selam rudal balistik USS Maine (SSBN 741) selama patroli terjadwal rutinnya. Tapi tidak dijelaskan peralatan apa yang dikirim ke kapal selam tersebut. Vertical replenishment memungkinkan kapal milik angkatan laut dengan cepat menerima sumber daya penting, tanpa mengganggu operasi keamanan maritim yang sedang berlangsung.

Misi tersebut menggarisbawahi peran penting Korps Marinir AS sebagai bagian dari Stand-in-Force (SiF). Korps Marinir menggunakan konsep SiF untuk bertahan dalam Zona Keterlibatan Senjata (Weapons Engagment Zone) menggunakan jaringan manuver dan logistik. Strategi ini meningkatkan operasi kontrol laut, mengintegrasikan operasi multi-domain, dan pada akhirnya memperkuat keamanan regional.



Konsep "Stand-in-Force"atau SiF, yang dapat secara efektiv dikenal sebagai "Weapons Engagement Zone" adalah komponen utama dari konsep Expeditionary Advance Base Operations (EABO). Saat ini Korps Marinir AS masih dalam proses menyempurnakan EABO, konsep ini difokuskan pada gagasan satuan tugas Marinir yang relatif kecil tetapi masih kuat, yang dapat dengan cepat dikerahkan ke lokasi terpencil atau paling depan untuk mendirikan pangkalan sementara guna menahan pasukan musuh di daerah tersebut.

Korps Marinir AS telah memperjelas bahwa kontingen penerbangan yang siap dikerahkan termasuk F-35B Joint Strike Fighter, MV-22B Osprey, dan helikopter serta kemampuan serangan stand-off berbasis darat. Semuanya akan menjadi pendukung utama dari konsep operasi ini.

Marinir AS juga telah menjajaki cara lain agar pasukan dapat berkontribusi pada operasi yang lebih besar dengan menggunakan konsep EABO. Ini termasuk mendukung misi perang anti-kapal selam dan menggunakan pangkalan depan sebagai simpul logistik penting di dalam lingkungan yang diperebutkan.



Ketertarikan Angkatan Laut AS dalam kemampuan pasokan semacam ini untuk kapal selam yang dikerahkan ke garis depan telah terlihat untuk beberapa waktu sekarang. Layanan ini telah menunjukkan potensi untuk menggunakan berbagai pesawat, termasuk pesawat kargo C-17A Globemaster III milik Angkatan Udara AS, pesawat tilt-rotor MV-22 Osprey milik USMC  dan helikopter MH-60 Sea Hawk milik Angkatan Laut AS untuk misi resupply semacam ini dalam beberapa tahun terakhir.

Bahkan anjungan (sail section) dengan kapasitas terbatas masih dapat digunakan untuk mengirimkan suku cadang vital, pasokan medis, atau kargo lain ke kapal selam, serta kapal lain di laut.



Laksamana Muda Angkatan Laut Jeffrey Jablon, yang saat ini menjadi komandan Pasukan Kapal Selam Armada Pasifik AS (SUBPAC), mengatakan kepada penulis dan pakar pertahanan Robbin Laird awal tahun ini yang sudah diterbitkan Breaking Defense seminggu lalu. "Pencegahan adalah misi utama untuk pasukan kapal selam. Anda tidak dapat memiliki pencegah yang kredibel tanpa mengomunikasikan kemampuan Anda; jika musuh tidak tahu apa-apa tentang pencegah khusus itu, itu bukan pencegah,"ujar Jablon.

Dalam konteks SSBN Ohio Class pencegah yang dimaksud Jablon berarti, kapal yang muncul di Pasifik digunakan untuk membendung pergerakan armada Angkatan Laut China di Pasifik. Kapal-kapal itu juga sering disebut sebagai kaki triad nuklir AS yang paling dapat bertahan, mengingat kemampuan mereka untuk menghilang secara efektiv selama berbulan-bulan pada.

Laird mengatakan bahwa, Jablon memberitahunya selama wawancara pada awal tahun ini bahwa, pada saat itu ada 18 kapal selam Angkatan Laut yang tidak teridentifikasi berlayar melintasi bentangan penuh Samudra Pasifik, 7 diantaranya sedang melakukan operasi di sebelah barat garis waktu internasional. Bagian Pasifik itu termasuk Laut Filipina tempat resupply USS Maine baru-baru ini terjadi.



Jablon menambahkan, kapal selam AS sekarang di era modern telah menjadi bagian dari 'kelompok tempur' bukan operator independen. Selama Perang Dingin, kapal selam AS beroperasi secara mandiri dan sendiri. Komandan SUBPAC itu secara khusus menyoroti pentingnya kerja sama dengan Marinir AS menggunakan konsep EABO.

Menurutnya, selama pertempuran darat, kapal selam mulai menjadi bagian dari pasukan gabungan karena kapal selam bisa menyediakan tembakan darat melalui TLAM (Tomahawk Land Attack Missile). Sekarang kapal selam AS sepenuhnya terintegrasi dengan pasukan gabungan dalam hal penargetan dan komunikasi. Tapi, kapal selam juga masih bisa melakukan operasi independen sebagai 'layanan senyap' (silent service) saat dibutuhkan.

Sebagai tambahan, Angkatan Laut AS saat ini memiliki 14 SSBN Ohio Class yang beroperasi. Empat kapal selam Ohio lainnya telah diubah menjadi kapal selam rudal konvensional berpemandu. Masing-masing kapal selam mampu membawa hingga 154 rudal jelajah Tomahawk, serta berfungsi sebagai kapal induk untuk pasukan operasi khusus dan platform tanpa awak, pusat komando ditambah pengumpul data intelijen bawah air.

Di sisi lain konsep EABO dan vertical replenishment merupakan langkah penting lain yang dilakukan AS sebagai sarana pencegah terhadap munculnya ancaman di Pasifik, terutama dimatangkan untuk menghadapi potensi invasi ke Taiwan oleh China. Bukan hanya China, AS juga berupaya mencegah ancaman serangan lain dari Korea Utara kepada Korea Selatan melalui dua konsep ini.







Referensi Tulisan: dvidshub.net& Breaking Defense
Sumber Foto: USMC