Seiring dengan perkembangan kecerdasan buatan, masalah-masalah baru terus bermunculan. Salah satu masalah yang muncul akibat melesatnya kreativitas AI adalah masalah plagiarisme yang berkaitan dengan gambar-gambar atau karya yang mereka hasilkan. Beberapa orang sudah angkat suara dan menyebut bahwa AI melakukan pencurian atas karya seniman-seniman lain.
Jadi begini; dalam membuat suatu gambar AI mengumpulkan begitu banyak sample atau data latih dari berbagai macam karya yang tersebar di dunia maya. Karya-karya itu pun digabung atau dimodifikasi menjadi gambar-gambar yang diinginkan oleh pengguna. Dan namanya juga AI, nggak mungkin mereka meminta ijin pada ribuan seniman yang karyanya mereka pakai. Karena itulah banyak yang menganggap AI melakukan pencurian atas karya seniman lain.
Tapi, apa benar seperti itu?
Saya bukan seniman dan saya juga jarang mencoba gambar-gambar buatan AI. Meski demikian saya tahu bahwa pencurian atau plagiasi dalam karya seni itu bukanlah sesuatu yang mudah untuk dibuktikan, apalagi dituntut. Mengapa? Karena orisinalitas dari suatu gambar sudah semakin memudar dari hari ke hari.
Saya ambil karakter anime sebagai contoh. Mungkin beberapa dari Anda tahu bahwa anime-anime isekai biasanya memiliki protagonis yang amat mirip yakni remaja Sma berambut hitam berperawakan biasa dengan rambut beruntai tiga. Entah siapa yang pertama kali menciptakan karakter seperti itu, tapi sekarang karakter itu sudah benar-benar sangat pasaran dan mustahil dituntut atas tuduhan plagiarisme.
Gambar-gambar lain juga seperti itu. Bahkan jika Anda membuat sebuah gambar dan esok harinya ada yang membuat gambar serupa maka Anda tak bisa menuntutnya karena belum tentu bahwa Anda punya hak cipta atas gambar yang Anda buat. Apakah Anda membuat gambar dengan meniru karya lain? Bisa jadi Anda juga ikut mencuri gambar orang lain. Masalah-masalah seperti itulah yang menyulitkan dalam urusan hak cipta.
Selain itu para seniman biasanya punya kode etis tersendiri. Jika sebuah karya atau karakter digunakan sebagai inspirasi dengan memodifikasi di sana-sini maka hal itu tidak termasuk dalam pencurian karya. Dalam industri kreatif hal ini sangatlah umum terjadi. Film ini yang ceritanya mirip film itu, karakter ini yang sifatnya mirip karakter itu, dan begitu juga gambar ini yang mirip gambar itu.
Kemampuan AI yang luar biasa dalam memproses begitu banyak gambar memang membuat banyak seniman marah karena karya mereka digunakan sebagai data latih tanpa persetujuan mereka. Apakah AI mencuri? Betul, iya, itu fakta tak terbantahkan. Meski demikian, manusia juga melakukan hal yang serupa.
Apakah Mona Lisa tercipta begitu saja dari udara kosong? Tidak. Da Vinci pasti sudah belajar dan meniru banyak lukisan lain sebelum memantapkan gaya lukisannya sendiri. Apakah seniman di internet benar-benar menciptakan sesuatu yang original? Tidak. Pasti mereka juga belajar dan meniru karya-karya yang sudah ada. Di jaman ini orisinalitas yang benar-benar orisinil memang nyaris mustahil ditemukan. Kita semua sudah menggunakan metode ATM. Amati, Tiru, Modifikasi.
Yeah, namanya juga kecerdasan buatan, mereka belajar dengan cara yang sama seperti manusia belajar namun dengan kecepatan di luar batas otak manusia. Apakah mereka salah karena menggunakan karya orang sebagai data latih tanpa ijin? Ya, bisa dibilang ini memang kesalahan mereka yang tidak mencantumkan sumber referensi. Lalu, apakah mereka bisa dituntut untuk urusan plagiasi? Hmm … itu akan sulit.
Namun, masalah ini sepertinya tidak akan bertahan lama. AI masih dalam tahap pengembangan, 10 tahun yang akan datang AI penghasil gambar akan bisa memunculkan gambar yang sama sekali tak bisa disebut plagiasi (sebenarnya sekarang pun sudah seperti itu). Jujur, rasanya seram sekali melihat perkembangan AI. Ribuan atau bahkan jutaan orang di industri kreatif akan kehilangan pekerjaannya.
Sekian dari saya mari bertemu di thread saya yang lainnya.
dan mereka yg menghabisinya dan mengurangi populasi para seniman
