Gue baru aja patah hati, merupakan pertama kalinya dalam hidup. Gue mulai menyadari satu hal. Kalau gue, ternyata, selalu merasa takut ketika mencintai seseorang. Gue takut kalau nanti dia sadar kalau gue aslinya jelek, serta gue takut kalau dia aslinya laki-laki. Gue selalu takut. Itu sebabnya selalu merasa ragu.

Setelah perjalanan rumit, gue berhasil buka lembaran baru dalam hidup. Tapi hari ini, dia membuat gue merana. Gue selalu betah membaca ulang riwayat chat kami terdahulu, sebelum akhirnya gue membuka akun E-Wallet hijaugue dan menyadari, ada kata-kata yang tidak pantas disana. Membuat gue sangat kecewa. Sontak jemari tangan gue menghapus seluruh isi chat yang selama ini selalu gue jaga. Mencoba move on. Namun,

Semakin gue coba lupain dia, semakin gue teringat akan sosok nya. Yang kalo menurut gue begitu cantik, begitu manis, tapi samar-samar juga rapuh di satu sisi. Seakan hembusan angin saja mampu menerbangkan dia dalam sekejab. Gue selalu ingin meraihnya dan menjaganya. Pada akhirnya apa yang gue kira hanya sebuah kesalahpahaman. Dikerjai dengan cara seperti ini sangat menyakitkan.

Gak banyak pengalaman cinta yang gue punya. Kali pertama jatuh cinta kala gue duduk di bangku sekolah dasar. Saat itu gue belum begitu paham, inikah yang disebut dengan cinta apa bukan? Gue yang belum sunat boro-boro bisa paham. Mungkin, itu yang seperti orang-orang bilang, Cinta Monyet. Intinya begini, lo ketemu dia, lari-larian, kejar-kejaran, berantem, ketawa bareng, besoknya putus walau belum jadian. Sesederhana itu..

By the way.. Gue punya kebiasaan menuliskan catatan harian ketika hati terasa gundah, sepi. Dan kebiasaan ini telah berlangsung cukup lama. Karena isinya sebagian besar adalah kegalauan gue, maka hanya gue sajalah yang dapat memahami isinya. Cukup absurd memang. Bahkan, orang-orang terdekat gue sampai hampir kesurupan ketika membaca tulisan-tulisan absurd gue itu. Disguisting.

Termasuk Raden, temen dekat gue, si cowok koplak yang selalu saja menyendiri..



Kemudian gue dan Raden kembali melanjutkan perjalanan dengan motor tua nya yang diberi nama shiro. Kondisinya cukup memprihatinkan kalo gue liat, udah layak banget buat di museumkan.

Di perempatan lampu merah. Ada pengamen menghampiri kami. Kalo diliat dari penampilanya yang acak-acakan, rambut mohawk lurus kesamping, tindik dimana-mana, pakaian serba hitam. Gue yakin banget, dia bukanlah mas-mas pilot.

Dia pun mulai bernyanyi..




(Yang Terlupakan — Iwan Fals)

Ternyata suaranya bagus. Gue pun mulai tersadar, bahwa gue gak boleh menilai seseorang hanya dari tampilanya saja. Disaat yang bersamaan, Raden tiba-tiba berkata:




Omongan Raden cukup buat gue tersadar. Kalo apa yang gue rasa bener-bener buat gue lupa sama tujuan gue yang sebenarnya. Terlalu banyak waktu terbuang demi hal yang semu. Konyol sempat berpikir perasaan itu akan terbalas, karna nyatanya, hanya sebuah kesalahpahaman. Sakit, tapi begitulah hidup.