Merasa bahagia dan ingin hidup bahagia merupakan tujuan hidup semua orang. Ada yang mendefinisikan kebahagiaan berdasarkan pengalaman hidup dan ada pula yang mendefinisikannya berdasarkan pengetahuan yang di dapat dan di cari. Bagi sebagian mahasiswa mungkin mereka merasa bahagia apabila sudah memperoleh gelar sarjana sedini mungkin. Ada juga yang merasa bahagia saat sudah memiliki calon pasangan hidup saat masih di bangku kuliah. Ada juga yang merasa bahagia saat bisa fokus kuliah walaupun belum punya pasangan. Ada juga yang merasa bahagia saat ada waktu ngumpul dan ngobrol bersama teman-temannya. Ada pula yang merasa bahagia jika dapat kuliah di dua tempat yang berbeda sambil kerja. Setiap orang dapat merasakan kebahagiaan dalam lingkungan yang beragam.
Guru mungkin merasa bahagia saat siswa/inya memahami apa yang mereka ajarkan di dalam kelas maupun di luar kelas. Ada juga yang merasa bahagia saat melihat siswa/i melakukan perbuatan yang baik kepada teman-teman di sekitarnya dan di lingkungan di mana mereka berada. Ada juga yang merasa bahagia apabila target pencapaian mengajar berhasil. Ada pula yang merasa bahagia apabila sudah mendapatkan gajih mengajar. Dosen mungkin merasa bahagia apabila tugas mengajarnya di dalam dan di luar kelas selesai tepat pada waktunya. Ada juga yang merasa bahagia saat diterbitkan dalam beberapa jurnal nasional maupun internasional. Ada juga yang merasa bahagia ketika karya tulisnya di jadikan bahan mengajar di kampus. Ada pula yang merasa bahagia apabila sudah mendapatkan gajih mengajar di kampus.
Penulis mungkin merasa bahagia saat dapat menyalurkan maupun mempublikasikan ilmunya di dalam media online maupun offline. Ada juga yang merasa bahagia saat ada yang mengomentari karya tulisnya. Ada juga yang merasa bahagia saat ada yang memberikan apresiasi dalam karya tulisnya. Pelajar mungkin merasa bahagia saat mendapatkan nilai yang bagus dari hasil belajarnya. Ada juga yang merasa bahagia saat ada yang mengomentari atau memberikan apresiasi dalam karya tulisnya. Pelajar mungkin merasa bahagia saat mendapatkan nilai yang bagus dari hasil belajarnya. Ada juga yang merasa bahagia apabila mendapatkan pujian yang bagus dari gurunya. Ada juga yang merasa bahagia apabila diberikan tugas tambahan oleh gurunya. Pedagang/pengusaha mungkin merasa bahagia apabila barang dagangannya laris di beli.
Ada juga yang merasa bahagia apabila dapat menjalin kerja sama dengan pedagang lainnya. Ada yang mendefinisikan kebahagiaan secara objektif dan ada pula yang mendefinisikannya secara subjektif. Ada orang yang merasa bahagia apabila dapat merasakannya bersama orang-orang di sekelilingnya dan ada pula yang merasa bahagia apabila dapat menikmatinya sendiri. Dua jenis kebahagiaan yang menjadi tolak ukur manusia dalam bentuk materi dan nonmateri. Apabila tolak ukur kebahagiaan hanya dalam bentuk materi dapat merubah pola hidup manusia menjadi materialistik. Kebahagiaan yang sangat terbatas dengan ruang dan waktu maupun jumlah materi yang di capai dan di miliki. Salah satu penyakit batin yang dapat timbul dari pola hidup seperti itu adalah kecintaan terhadap dunia secara berlebihan.
Obatnya dengan menerapkan salah satu pola hidup sufistik. Beberapa di antaranya seperti zuhud. Zuhud bukan berarti meninggalkan dunia secara keseluruhan. Tetapi mengambil dari apa yang dibutuhkan dari aspek duniawi/materi secukupnya untuk beribadah kepada Allah. Ibadah mahdhah yang terdapat dalam rukun Islam dan ibadah ghairu mahdhah yang berhubungan dengan antar manusia. Tujuan akhir dari pola hidup sufistik adalah kebahagiaan tanpa batas akhir dimanapun dan kapanpun. Kebahagiaan yang dapat merubah kondisi mental seseorang menjadi sehat. Kesehatan mental merupakan bagian dari kebutuhan hidup masyarakat millenial yang jarang di sadari sebagian orang. Persaingan gaya hidup yang begitu pesat dapat merubah tujuan hidup manusia tidak lagi untuk beribadah kepada Allah melalui ibadah dalam bentuk perbuatan baik kepada sesama maupun ibadah wajib dan sunnah.
Tetapi hanya untuk menumpukkan harta semata dan agar tidak merasa terasing maupun menyaingin gaya hidup masyarakat millenial pada umumnya. Apabila fenomena seperti itu sudah terjadi maka beberapa kemungkinan negatif dapat terjadi. Beberapa di antaranya seperti penyakit batin, kondisi mental yang tidak sehat yang dapat merusak pola pikir, pola hidup dan gaya hidup manusia. Kesehatan spiritual yang di dapat dari ketaatan beragama dapat menghilangkan dan mencegah penyakit batin yang dapat timbul dalam diri manusia tanpa mereka sadari atau mereka sadari. Seberapa banyak penyakit batin yang timbul dalam diri manusia dapat merubah tujuan hidup seseorang tidak lagi menuju kebahagiaan, tetapi kesedihan maupun kesusahan. Kebahagiaan dapat merubah keinginan manusia menuju kesuksesan/keberhasilan.
Kesedihan dapat merubah keinginan setiap individu tidak lagi menuju kesuksesan, tetapi kepasrahan total dan enggan untuk berkembang menjadi lebih baik. Tiga hal yang mempengaruhi keberhasilan manusia yaitu kecerdasan emmosional, kecerdasan spiritual dan kecerdasan menghadapi tantangan. Dua jenis kebahagiaan yang dapat merubah sikap dan kondisi emosional manusia adalah keberhasilan yang penuh makna dan keberhasilan tanpa makna. Keberhasilan yang penuh makna pada umumnya terdapat dalam dunia sufistik. Definisi sufi dalam kosa kata sufistik adalah mereka yang selalu berada di barisan terdepan dalam barisan/shaf shalat. Makna yang kedua adalah sekelompok orang yang menggunakan kain wol ketika bepergian. Wol merupakan simbol kesederhanaan di zaman rasulullah sa.w. Sederhana dalam artian tidak menjadikan sebagai tujuan akhir, tetapi sebagai pijakan atau tahapan menuju kebahagaiaan yang abadi yaitu ukhrawi.
@sc5@new@ressive@yunie617@enjihalala25@prabowov@rinandya@ucinsanjaya7175
Guru mungkin merasa bahagia saat siswa/inya memahami apa yang mereka ajarkan di dalam kelas maupun di luar kelas. Ada juga yang merasa bahagia saat melihat siswa/i melakukan perbuatan yang baik kepada teman-teman di sekitarnya dan di lingkungan di mana mereka berada. Ada juga yang merasa bahagia apabila target pencapaian mengajar berhasil. Ada pula yang merasa bahagia apabila sudah mendapatkan gajih mengajar. Dosen mungkin merasa bahagia apabila tugas mengajarnya di dalam dan di luar kelas selesai tepat pada waktunya. Ada juga yang merasa bahagia saat diterbitkan dalam beberapa jurnal nasional maupun internasional. Ada juga yang merasa bahagia ketika karya tulisnya di jadikan bahan mengajar di kampus. Ada pula yang merasa bahagia apabila sudah mendapatkan gajih mengajar di kampus.
Penulis mungkin merasa bahagia saat dapat menyalurkan maupun mempublikasikan ilmunya di dalam media online maupun offline. Ada juga yang merasa bahagia saat ada yang mengomentari karya tulisnya. Ada juga yang merasa bahagia saat ada yang memberikan apresiasi dalam karya tulisnya. Pelajar mungkin merasa bahagia saat mendapatkan nilai yang bagus dari hasil belajarnya. Ada juga yang merasa bahagia saat ada yang mengomentari atau memberikan apresiasi dalam karya tulisnya. Pelajar mungkin merasa bahagia saat mendapatkan nilai yang bagus dari hasil belajarnya. Ada juga yang merasa bahagia apabila mendapatkan pujian yang bagus dari gurunya. Ada juga yang merasa bahagia apabila diberikan tugas tambahan oleh gurunya. Pedagang/pengusaha mungkin merasa bahagia apabila barang dagangannya laris di beli.
Ada juga yang merasa bahagia apabila dapat menjalin kerja sama dengan pedagang lainnya. Ada yang mendefinisikan kebahagiaan secara objektif dan ada pula yang mendefinisikannya secara subjektif. Ada orang yang merasa bahagia apabila dapat merasakannya bersama orang-orang di sekelilingnya dan ada pula yang merasa bahagia apabila dapat menikmatinya sendiri. Dua jenis kebahagiaan yang menjadi tolak ukur manusia dalam bentuk materi dan nonmateri. Apabila tolak ukur kebahagiaan hanya dalam bentuk materi dapat merubah pola hidup manusia menjadi materialistik. Kebahagiaan yang sangat terbatas dengan ruang dan waktu maupun jumlah materi yang di capai dan di miliki. Salah satu penyakit batin yang dapat timbul dari pola hidup seperti itu adalah kecintaan terhadap dunia secara berlebihan.
Obatnya dengan menerapkan salah satu pola hidup sufistik. Beberapa di antaranya seperti zuhud. Zuhud bukan berarti meninggalkan dunia secara keseluruhan. Tetapi mengambil dari apa yang dibutuhkan dari aspek duniawi/materi secukupnya untuk beribadah kepada Allah. Ibadah mahdhah yang terdapat dalam rukun Islam dan ibadah ghairu mahdhah yang berhubungan dengan antar manusia. Tujuan akhir dari pola hidup sufistik adalah kebahagiaan tanpa batas akhir dimanapun dan kapanpun. Kebahagiaan yang dapat merubah kondisi mental seseorang menjadi sehat. Kesehatan mental merupakan bagian dari kebutuhan hidup masyarakat millenial yang jarang di sadari sebagian orang. Persaingan gaya hidup yang begitu pesat dapat merubah tujuan hidup manusia tidak lagi untuk beribadah kepada Allah melalui ibadah dalam bentuk perbuatan baik kepada sesama maupun ibadah wajib dan sunnah.
Tetapi hanya untuk menumpukkan harta semata dan agar tidak merasa terasing maupun menyaingin gaya hidup masyarakat millenial pada umumnya. Apabila fenomena seperti itu sudah terjadi maka beberapa kemungkinan negatif dapat terjadi. Beberapa di antaranya seperti penyakit batin, kondisi mental yang tidak sehat yang dapat merusak pola pikir, pola hidup dan gaya hidup manusia. Kesehatan spiritual yang di dapat dari ketaatan beragama dapat menghilangkan dan mencegah penyakit batin yang dapat timbul dalam diri manusia tanpa mereka sadari atau mereka sadari. Seberapa banyak penyakit batin yang timbul dalam diri manusia dapat merubah tujuan hidup seseorang tidak lagi menuju kebahagiaan, tetapi kesedihan maupun kesusahan. Kebahagiaan dapat merubah keinginan manusia menuju kesuksesan/keberhasilan.
Kesedihan dapat merubah keinginan setiap individu tidak lagi menuju kesuksesan, tetapi kepasrahan total dan enggan untuk berkembang menjadi lebih baik. Tiga hal yang mempengaruhi keberhasilan manusia yaitu kecerdasan emmosional, kecerdasan spiritual dan kecerdasan menghadapi tantangan. Dua jenis kebahagiaan yang dapat merubah sikap dan kondisi emosional manusia adalah keberhasilan yang penuh makna dan keberhasilan tanpa makna. Keberhasilan yang penuh makna pada umumnya terdapat dalam dunia sufistik. Definisi sufi dalam kosa kata sufistik adalah mereka yang selalu berada di barisan terdepan dalam barisan/shaf shalat. Makna yang kedua adalah sekelompok orang yang menggunakan kain wol ketika bepergian. Wol merupakan simbol kesederhanaan di zaman rasulullah sa.w. Sederhana dalam artian tidak menjadikan sebagai tujuan akhir, tetapi sebagai pijakan atau tahapan menuju kebahagaiaan yang abadi yaitu ukhrawi.
@sc5@new@ressive@yunie617@enjihalala25@prabowov@rinandya@ucinsanjaya7175
