ryanmallay2000Avatar border
TS
ryanmallay2000
Pijit Plus
Badanku terasa begitu lelah, karena beberapa hari ini pekerjaan menyita tenaga dan pikiranku.  Sudah ku coba membaringkan raga tetapi ketidaknyamanan tetap tidak menghilang, badan terasa kaku-kaku. Refferensi yang aku dapati untuk mengatasi kondisi ini yaitu “pijitan”.

Iseng-iseng aku mencari panti pijat. Setiba di ruang depan panti yang menurutku cukup bersih ditambah aroma terapinya yang memang menyamankan suasana.

“Selamat sore, Mba!”, sapaku kepada petugas yang berada di depan meja resepsionist.

“Selamat sore, Mas! Mau pijat, Mas?”, balasnya dan menanyakankan keinginanku. Sebenarnya tidak perlu ia bertanya, orang yang masuk ruang itu sudah tentu memiliki keinginan pijat tidak yang lain, tapi apakah ada tawaran lain?

“Iya, Mba!”, jawabku.

“Silakan pilih Mas, paket yang mana?” ia memberiku blangko yang berisi uraian paket.

        

Aku membaca dengan seksama, dalam blangko tersebut tertulis beberapa jenis pijatan. Tertulis pijat tradisional, Refleksi, Thai Massage, Shiatsu dan dibagian bawah ada tulisan Paket Silver, Gold dan Perak. Aku yang awam dengan jenis-jenis tersebut aku bertanya tentang paket yang dimaksud. Barangkali dengan paket itu bisa lebih optimal membuat badanku nyaman.

“Mas baru sekali ini ke sini ya?”, dia balik bertanya bukan menjawab pertanyaanku tentang paket tersebut.

“Iya, Mba!, bisa dijelaskan jenis-jenis paket tersebut?”, aku mengulangi pertanyaanku tadi.

“Nanti Mas bisa bertanya ke teraphisnya aj ya? Teraphis akan menjelaskan di room, silakan pilih teraphis yang Mas inginkan?”, jawabnya sekalian menyodorkan beberapa foto teraphis.

Aku amati beberapa foto seperti wongsosubali (wonge ora sepiro susune sak ball voli) dan yang lain yura nosu (ayu ora ono susu). Aku memilih salah satu diantaranya walau seperti memilih kucing dalam karung tetapi karena yang aku butuhkan keahliannya sehingga tidak perlu paras atau body nya.

Aku diantar ke room yang aku pilih yaitu VIP Room. Ruangan yang memang begitu asri, ada tempat pijatan lengkap dengan kamar mandi dan bath tub.  Aku berbaring di tempat pijat yang cukup empuk dengan aroma terapi dan music klasik yang asyik memanjakan tubuhku hingga hampir mata terlelap.

“Tok, tok, tok”, pintu kamar itu digedor seseorang dan belum aku menjawab seseorang nongol dari balik pintu itu. Ternyata dia teraphis yang tadi aku pilih.   

“Selamat sore Mas, saya Siska”, dia menyapaku dengan suara yang begitu lembut seperti rayuan sembari mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.

“Selamat Sore, Saya Anto”, jawabku sambil menjabat tangannya yang begitu mulus.

      

Sepintas aku melihat dirinya begitu anggun, rambut yang tersisir rapi, pakaian batik yang dikenakan serasi dengan warna kulitnya. Yang membuat mataku membelalak melihat baju batiknya yang bagian dada seolah tidak dapat menyembunyikan kedua tonjolan dan pakaian bagian bawah jenis rok yang panjang berjuntai namun ternyata membelah sampai pangkal paha.

      

“Koq belum dibuka bajunya Mas?”, tanyanya dengan tersenyum seperti mengisyaratkan instruksi untuk aku membuka pakaianku. Akupun membuka pakaianku dan hanya tersisa celana pendek sebagai lapisan kedua diluar celana dalam.

“Koq gak buka semuanya, Mas?”, tanya teraphis itu.

“Haruskah Mba? tanpa busana ya?”, aku memastikan instruksinya.

“Terserah sih, ntar kalau celananya kena minyak kan aromanya tidak hilang loh”, jelasnya.

“Apa masalahnya Mba?”, tanyaku.

“Kan nanti ketahuan!”, jawabnya dengan senyuman yang penuh tanda tanya.

“Ketahuan siapa?”, tanyaku.

“Ya ketahuan bini lah”, jawabnya sambil ketawa ringan.

Karena niatku hanya pijat dan tidak berminat yang lain-lain, aku tetap bersikukuh tidak melepaskan semuanya. Dia pun tidak lagi berkomentar, pijatannya tidak begitu terasa di tubuhku, kalau aku nilai lebih tepat dengan kata rabaan bukan pijatan.Selama pijatan, ia banyak bercerita yang bahasan lebih cenderung mengarah kepada topik sekitar dunia “kenikmatan duniawi”.

    

“Yang mana lagi, Mas?”, tanya setelah menggerayangi seluruh tubuhku karena aku tidak merasa dipijat melainkan sekedar diraba.

“Kan waktunya masih lama? Emang sudah semua?” aku balik bertanya karena aku booking untuk 90 menit, sedangkan dia baru memijat 37 menit.

“Tinggal yang itu yang belum, Mas!”, jawabnya sambil menunjuk bagian vital dari tubuhku.

“Emang itu juga dipijat?”, tanyaku balik.

“Mau dikeluarin atau dimasukin, Mas?” tanyanya balik dan dia pun menjelaskan paket pijatan yang ditawarkan dan ternyata banyak sekali paket yang semua mengarah pada kegiatan perjinahan makanya ada istilah “Jit Tot”(Pijat baik).

Tidak perlu ku lanjutkan cerita itu, yang jelas aku tidak mau mengambil satupun paket tersebut.

 

 

Mba,… Mohon jangan merubah niat kami (kaum Adam) yang ingin menyamankan tubuh karena lelah bekerja berubah menjadi dosa. Tiap hari kami banting tulang, pantang menyerah, tidak kenal lelah, mencari nafkah untuk menghidupkan keluarga dengan harapan semua yang kami lakukan mendapatkan pahala.

Namun bila endingnya di bilik itu berbuah dosa, sia-sia usaha kami untuk mendapat pahala. Padahal niat awalnya ingin menyamankan tubuh agar kami semakin semangat bekerja tetapi rayuan Mba merubah niat itu menjadi perbuatan dosa.

Siapa yang salah? Bila Mba tidak mengakui kesalahan itu berarti sama saja Mba sudah bersekutu dengan Syaitan yang bertugas merayu manusia untuk berbuat dosa.

 

Kami hanya dikawal oleh dua malaikat yang mencatat amal baik dan buruk tetapi disekitar kami ada ribuan setan yang menggoda dan saat ini malah bertambah satu orang yang sama dengan setan.

Tidak bisa Mba berkilah kalau perbuatan itu terjadi karena tipisnya iman kami. Memang kami akui, untuk melaksanakan ibadah saja banyak tantangan yang harus kami hadapi sehingga wajar kalau iman kami tipis.

Sedangkan kalau diajak bermaksiat, terkadang tanpa digoda saja, niat untuk berdosa itu susah hilang dari otak kami apalagi ditambah dengan rayuan Mba. Maka tidak salah kami menyalahkan Mba menjadi bagian dari mereka yang mengajak untuk berdosa.

Mba selaku seorang wanita yang secara normal memiliki sensitifitas perasaan lebih peka, apakah tidak muncul rasa bersalah telah menggoda kami? Kalau sudah tidak ada rasa tersebut, boleh dong kami menyimpulkan Mba bukanlah seorang wanita yang normal lebih tepatnya sudah menjadi bagian dari kelompok setan.

Batu saja yang keras kalau terus menerus ditetesi air yang lembut, lama kelamaan akan menjadi terbelah apalagi hati manusia. Sulitnya menguatkan hati bertekad untuk menghindar perbuatan dosa, malah Mba berusaha mempermahir merayu kami.

Kalau pengen masuk neraka, berangkat aja sendirian jangan ajak kami yang ingin mengajak keluarga kami untuk masuk surga jadi jangan pernah lagi merayu kami di bilik pijat untuk menghapus semua pahala yang kami dapati berpayah saat bekerja demi keluarga.

Kami tidak terlalu banyak berharap kepada isteri, mungkin energy beliau sudah terkuras mengurus anak-anak kami sehingga kami berharap Mba  yang benar-benar dapat membuat tubuh kami nyaman dan menghilangkan rasa lelah sehingga kami semakin giat lagi bekerja.



Kami akan berterima kasih dan berharap Mba mendapat bagian dari pahala atas kerja kami karena kesediaan Mba memijat membuat kami semakin giat bekerja. Untuk Mba yang bukan penggoda.

papahmuda099Avatar border
bukhoriganAvatar border
bukhorigan dan papahmuda099 memberi reputasi
2
1.8K
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.5KThread41.6KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.