dragonroar
TS
dragonroar
Terungkap! Ini Alasan China Masih Suka Lockdown
Terungkap! Ini Alasan China Masih Suka Lockdown

23 November 2022 19:14


Foto: Kenaikan kasus possitif covid-19 di Beijing, China. (REUTERS/THOMAS PETER)

Jakarta, CNBC Indonesia - China menjadi salah satu negara yang masih menerapkan kebijakan ketat terkait penyebaran virus melalui zero covid selama hampir tiga tahun terakhir.

Zero Covid adalah kebijakan untuk menghentikan penyebaran kasus Covid dengan lockdown ketat dan pengujian massal segera. Kebijakan tersebut telah ditempuh China sejak Covid pertama kali ditemukan pada 2019.

Teranyar, Beijing kembali menutup taman dan museum pada Selasa (22/11) saat kasus Covid-19 kembali meningkat di beberapa wilayah China. China mencatat sekitar 27.000 kasus domestik baru pada Senin (21/11), menurut Komisi Kesehatan Nasional. Negeri Tirai Bambu kini mencatat total 290.787 kasus infeksi dan 5.231 kematian, menurut data Worldometers pada Selasa (22/11).

Beberapa wilayah di China saat ini sedang memerangi banyak gejolak Covid-19. Mulai dari Zhengzhou di provinsi Henan tengah hingga Chongqing di barat daya melaporkan 26.824 kasus lokal baru per Minggu, mendekati puncak infeksi harian negara pada April.

Tak hanya kasus infeksi, China juga juga kembali mencatat dua kematian di Beijing, naik dari satu pada akhir pekan lalu. Ini merupakan kasus kematian yang pertama di China sejak akhir Mei atau hampir 6 bulan lalu.

Guangzhou, kota selatan berpenduduk hampir 19 juta orang yang sedang berjuang melawan wabah terbesar di China baru-baru ini, memerintahkan penutupan selama lima hari untuk Baiyun, distrik terpadatnya. Ini menangguhkan layanan makan malam dan menutup klub malam dan teater di kawasan bisnis utama kota.

Lantas, apa alasan China mempertahankan kebijakan tersebut?

Vaksinasi

Melansir China Daily, Direktur Administrasi Nasional Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Chang Jile mengatakan bahwa total vaksinasi China termasuk yang paling tinggi di dunia. Namun, total vaksinasi untuk masyarakat lansia berusia di atas 80 tahun rendah.

Per 11 November 2022, sebanyak 3,44 miliar dosis vaksinasi telah diberikan di China daratan untuk 1,34 miliar orang. Sementara 1,27 miliar penduduk telah divaksinasi penuh.

Sebanyak 239 juta penduduk berusia di atas 60 tahun telah divaksinasi, di mana 228 juta penduduk telah mendapat vaksinasi penuh dan 180 juta telah di suntik booster.

Berbeda halnya, untuk penduduk yang berusia di atas 80 tahun, hanya sebanyak 65,7% yang telah divaksin penuh dan sebanyak 40% baru menerima suntik booster.

"Studi kasus dari dalam maupun luar negeri menemukan bahwa lansia menjadi populasi yang penting untuk mendapatkan vaksinasi," tuturnya dikutip China Daily.

Chang mengatakan bahwa sejumlah besar penelitian dalam dan luar negeri menunjukkan bahwa vaksin efektif dalam mencegah kasus parah dan kematian.

Potensi Mengalami Tsunami Covid-19

Dikutip dari laman Bloomberg, sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature Medicine pada Mei 2022 memperkuat alasan China masih terus memperketat pembatasan di Shanghai dan Beijing. Analis di Universitas Fudan menilai bahwa pengetatan yang dilakukan pemerintahan Xi Jinping tersebut beralasan karena China memiliki risiko tinggi untuk mengalami tsunami infeksi Covid-19.

Jika kebijakan zero Covid diabaikan, maka sebanyak 1,6 juta kematian berpotensi dialami oleh China karena tingkat vaksinasi masih belum terdistribusi secara keseluruhan.

Namun, kebijakan tersebut nyatanya juga memiliki dampak yang kurang baik terhadap pertumbuhan ekonomi China. Goldman Sachs pada pertengahan Oktober 2022 lalu memperkirakan bahwa kota-kota yang terkena dampak lockdown menyumbang sekitar 35% dari PDB China. Sehingga ketika kota-kota tersebut mengalami lockdown berimbas melemahkan perekonomian China.

Melansir data Biro Statistik Nasional China (NBS), setelah Covid melanda negeri Panda tersebut pada akhir 2019, pertumbuhan ekonomi China langsung mengalami kontraksi -6,9% di kuartal pertama 2020 secara tahunan (year-on-year/yoy). Kontraksi tersebut menjadi yang pertama kalinya sejak 1992. Hal tersebut karena pemerintah China melakukan lockdown besar-besaran guna mengendalikan penyebaran kasus korona.

Kendati begitu, pertumbuhan ekonomi China berangsur membaik hingga tahun ini. Meski pada kuartal II-2022 sempat mengalami pertumbuhan yang lebih rendah, hanya 0,4%.

Selain itu, nilai ekspor China secara tak terduga pada Oktober 2022 terkontraksi 0,3% secara bulanan. Hal tersebut menjadi yang pertama kalinya sejak Mei 2020. Sementara, angka impor juga terkontraksi 0,7% secara bulanan.

Adanya penurunan pada nilai ekspor dan impor, menunjukkan bahwa aktivitas industri China mengalami perlambatan. Padahal, perdagangan China mendominasi perdagangan dunia.

Namun, seperti yang diwartakan Washington Post, Pemerintahan Xi Jinping menilai bahwa kebijakan zero covid merupakan kebijakan yang paling ekonomis dan efektif untuk China. Pemerintah China menilai bahwa kebijakan tersebut mampu menghindari 1 juta kematian dan 50 juta penyakit.

https://www.cnbcindonesia.com/news/2...ign=2022-11-23






Konten Sensitif


bang.toyips.c.a.jakenesse
jakenesse dan 7 lainnya memberi reputasi
8
3K
27
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Luar Negeri
Berita Luar Negeri
icon
78.7KThread10.3KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.