• Beranda
  • ...
  • Movies
  • Apakah Membuat Cerita yang Bagus Sulit untuk Perfilman Indonesia?

ih.sul
TS
ih.sul
Apakah Membuat Cerita yang Bagus Sulit untuk Perfilman Indonesia?


Belakangan ini saya memutar kembali sebuah film lama. 12 Angry Men. Sebuah film tentang 12 orang yang merupakan juri sebuah persidangan memutuskan apakah seorang anak remaja bersalah karena telah melakukan pembunuhan atau tidak. Itu adalah film keluaran tahun 1957 tapi ditonton berkali-kali pun tetap saja rasanya luar biasa.

Tak ada aksi, tak ada cgi, tak ada musik jreng-jreng, bahkan filmnya sendiri masih hitam putih. Hanya dengan modal cerita dan kemampuan akting para pemerannya film ini sukses menjadi salah satu film berating paling tinggi di ImDB.

Dan, seperti biasa, saya pun membandingkannya dengan film-film Indonesia. Saya tahu Indonesia tak bisa bersaing dalam hal CGI maupun kualitas aktor film Amerika, tetapi setelah menonton film ini saya pun harus menerima bahwa kualitas cerita film Indonesia bahkan tak lebih baik dibanding film Amerika 65 tahun yang lalu.

Pernah kepikiran nggak, kenapa cerita dari film maupun sinetron Indonesia itu nggak bagus-bagus amat? Tentunya dengan prinsip modal sesedikit mungkin dan untung sebesar-besarnya sinema Indonesia selalu menjadikan rating dan jumlah penonton sebagai patokan utama. Dengan kata lain, selera pasar adalah apa yang mempengaruhi cerita.

Dan menurut Anda seperti apa cerita yang diinginkan oleh masyarakat Indonesia dan akhirnya tercermin dalam bentuk film maupun sinetron? Yeah, silahkan jawab sendiri.



Kenyataannya, saat negara-negara barat gempar-gemparnya memajukan literasi, masyarakat Indonesia terus jalan di tempat dengan cerita yang itu-itu saja. Ibu tiri kejam, anak durhaka, si kaya sombong, si miskin merana, dan tentunya serial-serial komedi. Dari cerita saja tidak bagus, dari karakter apalagi. Kebanyakan karakter dalam sinema Indonesia selalu hitam dan putih. Dengan kata lain satu pihak harus sangat jahat dan pihak lain harus sangat baik.

Mirisnya, dua jenis karakter itulah yang bisa dicerna oleh mayoritas masyarakat. Karakter yang abu-abu seperti orang oportunis atau netral hanya akan membuat penonton bingung. Selain itu penonton juga tak bisa mencerna cerita yang terlalu berat sehingga terkadang suara-suara hati para aktor harus dikeluarkan agar penonton bisa mengerti apa yang suatu karakter pikirkan.

Tepat di situlah masalahnya, kebanyakan penonton tak bisa mencerna karakter maupun cerita yang rumit meski sedikit sehingga cerita harus dibuat serendah-rendahnya. Tambahkan bumbu-bumbu komedi dan unsur dewasa maka film pun siap laku di pasaran. Mudah? Tentu. Menguntungkan? Itu benar. Kalau cerita yang jelek saja sudah untung mengapa harus buat cerita yang bagus?

Konten Sensitif


Paham kan? Masalahnya ada di pihak penonton itu sendiri. Jika ada sutradara yang membuat film dengan cerita rumit maka sangat mungkin film tersebut akan merugi dan karena itulah film-film bagus sangat sulit ditemukan. Tak perlu CGI mahal maupun artis dari luar negeri, dari segi cerita yang seharusnya bisa menjadi titik saing adil saja Indonesia kalah telak dari film-film luar.

Menyedihkan? Ya, memang. Bukan berarti semua orang Indonesia itu bodoh, tetapi karena film-film Indonesia berkualitas rendah membuat orang-orang ini tak mau repot-repot menonton film lokal dan lebih menggemari film luar. Jangan salahkan mereka, tapi cobalah introspeksi diri sendiri.

Sekian dari saya mari bertemu di thread saya yang lainnya.
damel88lightyearshellinx_ford
shellinx_ford dan 17 lainnya memberi reputasi
16
5.9K
115
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Movies
Movies
19.8KThread17.2KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.