Belum dikatakan sukses jika belum jadi PNS. Belum berkembang jika tidak berani menggadaikan SK.

Oh My God! Kharisma PNS menjadi sihir orang tua produk orde lama. Mereka sangat berambisi anak - anaknya jadi PNS dengan segala macam cara. Mengapa harus PNS? Karena jadi PNS itu menaikkan kasta harga diri, ada jaminan pensiun dan konon juga dipercaya pihak pemberi pinjaman sehingga dapat berhutang.

Fenomena menggadaikan SK bukan rahasia lagi. Meski ada yang tegar hati hingga tidak tergoda dengan rayuan maut nikmatnya bersahabat dengan hutang. Di sisi lain tidak dapat menutup mata deretan nasabah yang berhutang semakin banyak. Apalagi tenaga ASN sekarang bertambah kuota dari tenaga PPPK.

Haruskah berhutang setelah penerimaan SK ASN (PNS dan PPPK)? Semua tergantung dari pribadi masing - masing. Sang pemberi pinjaman pun jeli mencari celah agar calon penghutang terpikat. Jadi sebagai calon nasabah harus dapat mengimbangi taktik penyedia dana. Tegas dalam mengambil keputusan. Mengalahkan bisikan hati dan juga bujuk rayu pihak pemilik dana.


Jika memang mendesak tidak ada sumber dana lain, pilihan menggadaikan SK bisa menjadi penyelamat. Namun jika masih ada sumber dana lain alangkah baiknya gunakan sesuai skala prioritas. Sisa gaji dapat disisihkan sebagai pengganti tabungan yang telah terpakai.

Bijaklah dalam menimang SK ASN. Benar - benar butuh atau sekedar mengejar kehidupan bergengsi. Pertimbangkan juga hari - hari ke depan jika gaji telah terpotong angsuran. Hutang dapat memberi solusi atau justru menjerumuskan hidup ke kondisi yang semakin sulit

Hutang adalah pilihan. Hidup nyaman adalah hak. Mau ikut - ikutan menggadaikan SK? Keputusan tetap berada di tangan anda. Semoga segalanya berjalan lancar.

Terima kasih sudah menyisihkan waktu untuk singgah di tulisan receh ini. Salam bahagia.

Kebumen, 1 September 2021

Penulis
Danu Supriyati, S.Si