ryanmallay2000Avatar border
TS
ryanmallay2000
Jodoh karena nafsu
Mulai dari kecil, kami selalu bersama-sama karena rumah kami bertetangga. Ibuku mengasuhku sembari mengasuh dia, begitu juga ibunya, mengasuh dia sembari diriku. Kami selalu bermain bersama-sama.

Bahkan bersekolah juga kami disekolahkan di sekolah yang sama. Dari TK sampai dengan tamat SD, ibuku dan ibunya selalu bergantian mengantar kami ke sekolah. Dan beranjak SMP, menjadi langgananku memboncengi dia.

"Ayo, Yu.. Cepetan, nanti telat upacara!", teriakku dengan sepeda motor butut menghampirinya. 
"Bentar", teraiknya dari dalam rumah. walau kami sering tidak akur tetapi antara kami saling membutuhkan. Dia butuh tumpangan dan aku butuh contekan, simbiosis mutualisme dalam pelajaran biologi.

Teman-temanku sering memuji keelokannya bahkan sudah banyak yang menembaknya tetapi Ayu selalu menolak mereka. Aku tidak pernah merasa dia lebih baik dari yang lainnya dan aku tidak merasakan apa-apa, mungkin karena aku terlalu paham atas dirinya sehingga tidak ada ketertarikan.

SMA pun kami bersama-sama, mulailah aku tergiur dengan pribadinya. Dia selalu membuat aku tersenyum, hubungan kami lebih romantis dari orang yang berpacaran. Semua orang menyangka kami pacaran tetapi aku tidak pernah mengungkapkan perasaanku. Bukan aku gak mau jadi pacarnya tetapi aku takut kalau putus hubungan keluarga kami akan renggang.

"Kamu koq dekat-dekat dengan Santi?", entah kenapa tiba-tiba dia bertanya begitu, apakah dia cemburu?
"Emang kenapa?", tanyaku balik.
"Dia itu cewek matre", dia ungkap alasannya.
"Biarin aj, kan gak merugikanmu, kamu cemburu ya?", kataku sambil gurau.
"Gak lah, kenapa aku harus cemburu, cuman kalau kamu dipreteli dia, kan jatah traktiranku berkurang", jawabnya. memang benar selama ini aku lebih sering traktir dia karena ibuku selalu  mengingatkan agar aku selalu menjaga dirinya.

Setamat SMA kami baru terpisah. Aku dan Dia kuliah diberbeda universitas dan beda kota. Komunikasi antar kami mulai jarang terjadi. Aku mulai bergelut dalam dunia play boy yang mana selalu berganti pacar.  Sebenarnya yang aku cari adalah wanita yang sama seperti dia, yang bisa membuat aku reda saat emosi, tersenyum saat bersedih dan tertawa saat bahagia.

Setelah kuliah, aku bekerja pada salah satu perusahaan swasta. Karirku cukup melejit hingga aku bisa menempati posisi terbaik di perusahaan itu. Urusan asmara aku tetap mencari yang terbaik dan selalu berganti-ganti. Gaya pacaranku pun menjadi tidak sehat sampai pada akhirnya aku menghamili pacarku.

"Dia membutuhkanmu, jangan kamu tinggalkan, Tuhan memberikannya (bayi) jangan kamu buang", inilah saran dia ketika aku curhat tentang kejadian yang memalukan itu.

Entah dengan terpaksa atau rasa suka, aku menikahi pacarku itu. Kehidupan rumah tanggaku penuh dengan prahara, jauh dari kedamaian. Aku semakin jauh dari keluarga besarku karena mereka sudah mengusirku.

20 tahun waktu berlalu, aku sudah tidak mampu mempertahankan bahtera rumah tangga. aku meminta restu orang tua diatas pusara mereka. namun tetap jawaban tidak aku dapati. aku mencoba mencari sahabat kecil ku dan aku beranikan diri untuk mengutarakan niatku.

Aku menceritakan tentang 20 tahun perjalanan hidupku dan dia tetap seperti dulu menyimak dengan seksama. Dia juga tidak jauh lebih baik dariku, kehidupan rumah tangganya tidak sebaik aku. 

"Aku menyesal memilih jalan hidup yang salah", kataku.
"Apa yang salah? kalau waktu dikembalikan ke 20 tahun silam, apa yang akan kamu lakukan?" tanyanya.
"Aku ingin mengatakan kata yang belum sempat terucap", jawabku.
"Emang kata apa?" tanyanya dengan penasaran.
"I Love You", jawabku singkat. 
"Terima kasih, cukup kata-kata itu kamu obral ke wanita yang gombali", jawabnya ketus.

Timbullah ide gila aku sarankan untuk kita sama-sama bercerai dengan pasangan dan menikah.

"Kamu gila!", dia begitu marah.
"Kalau kita sama-sama tidak bahagia sama pasangan kenapa tidak kita berdua mencari kebahagiaan berdua", aku mencoba merayunya.
"Aku hidup bukan sekedar mencari kebahagiaan, aku mencari pahala karena tujuan hidupku adalah surga", dia menjawab.

"Biarlah bhaktiku kepada suami menjadi jembatan ke surga, walau hidup tak seindah yang aku inginkan, tapi Tuhan yang menentukan jodohku bukan nafsu", jawabannya menusuk hatiku.

Seusai pertemuan itu, aku kembali ke rumah untuk memeluk isteriku. Aku berjanji dan bertekad akan menjadi suami yang terbaik dan menerima pemberian Tuhan agar jodoh tidak lagi dinilai dari nafsu.
bukhoriganAvatar border
rieedAvatar border
rieed dan bukhorigan memberi reputasi
2
1.3K
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.5KThread41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.