- Beranda
- The Lounge
TRADISI & RITUAL BUNUH WARGA GAZA JELANG PEMILU ISRAEL
...
TS
albyabby91
TRADISI & RITUAL BUNUH WARGA GAZA JELANG PEMILU ISRAEL
TRADISI & RITUAL BUNUH WARGA GAZA JELANG PEMILU ISRAEL
Babak baru serangan Israel ke Gaza dimulai pada Jum'at kemarin. Serangan yg melanggar perjanjian gencatan senjata sejak Mei 2021 lalu itu, menewaskan lebih dari 35 orang serta lukai sekitar 215 orang, termasuk balita dan anak-anak.
Otak dibalik penyerangan ini adalah PM, Israel, Yair Lapid. Ia mengatakan perlu meluncurkan operasi pendahuluan melawan aksi Jihad Islam palestina yg dituduh merencanakan serangan setelah berhari-hari memicu ketegangan di sepanjang perbatasan Gaza.
Omong kosong !! Motif sebenarnya, PM Lapid merasa perlu menggempur gaza agar kembali terpilih sebagai PM Israel pada pemilu November mendatang.
Sudah bukan rahasia lagi, setiap akan dilaksanakan pemilihan umum di Israel, para penguasa yang sedang duduk dalam singgasana melakukan hal ini: ritual menyerang wilayah kedaulatan Palestina di Jalur Gaza untuk menaikkan pamor politik di hadapan calon pemilih.
Sudah menjadi tradisi. Setiap pejabat, terutama, entah yg datang dari partai syap kiri atau kanan Zionis, perlu membuktikan diri agar terlihat "tangguh" di hadapan pemilih. Apalagi lawan yg akan dihadapi Lapid pada pemilu mendatang adalah mantam PM Israel paling lama, Benyamin Netenyahu.
Pada sisi ini, Lapid harus lebih agresif menunjukan keberanianya terhadap Palestina. Pasalnya Nentanyahu adalah mantan PM Israel yg memiliki citra tegas karena memimpin negara itu dalam tiga dari empat perang melawan Hamas dan Hizbollah.
Berkaca dari kasus Netenyahu, sukses menjadi PM terlama Israel karena mengandalkan serangan ke gaza.
Misalnya, pada 2019, ketika popularitas menurun lantaran sejumlah persolan internal jelang pemilu, Netenyahu mengeluarkan pernyataan yang mengejutkan internasional. Ia menjanjikan akan mencaplok wilayah tepi Barat lebih luas dan mendirikin pemukim ilegal Israel. Tak sia-sia, janji itu membuat Netanyahu kembali terpilih.
Di bawah Netanyahu, pemukim Israel mendapatkan angin segar. Mereka dengan leluasa menggusur tanah warga Palestina. Kasus terakhir yang membuat perhatian dunia internasional yakni, penggusuran rumah warga Palestina di Sheikh Jarrah. Kasus ini juga ikut memanaskan kondisi di Yerusalem dan sejumlah wilayah Palestina lainnya.
Sebelumnya, pada Juli 2014, atau delapan bulan jelang pemilu Israel, Netanyahu pun memerintahkan untuk menggempur Jalur Gaza. Israel lagi-lagi beralasan bahwa operasi militer ini merupakan aksi balasan atas roket Hamas dan penculikan serta pembunuhan tiga remaja Israel.
Perang berlangsung selama 50 hari. Setidaknya 2.251 warga Palestina gugur. Di pihak Israel 67 tentara dan 6 warga sipil tewas. Hasilnya, Netanyahu kembali terpilih. Pada Desember 2008, hanya 6 minggu sebelum Pemilu, Netenyahu mencanangkan 22 hari operasi militer ke Gaza, menyebabkan 1.400 pejuang Palestina gugur.
Netanyahu lalu berpidato "pongah" di depan parlemen Isreal, dan menyebut dalam masa pemerintahannya tak pernah ada perang yang tak dimenangkannya. Dirinya selalu bisa melindungi warga Israel dari serangan teroris Hamas dan Hizbollah.
Berkaca dari tragedi tersebut, dapat terlihat bahwa popularitas yang dinikmati Netanyahu berdiri di atas penjajahannya terhadap bangsa Palestina. Ia meraih dukungan suara di atas darah warga Palestina yang gugur mempertahankan haknya. Dengannya, Netanyahu berhasil menjadi perdana menteri terlama sejak 2009.
Semua serangan militer ke daerah Palestina di Jalur Gaza jelang pemilu, sekali lagi, hanyalah alat untuk menaikkan pamor. Semua nyawa yang tewas disana hanyalah untuk kursi di parlemen. Dan kini, jelang pemilu november nanti, serangan kembali dilakukan. Lapid merasa perlu melakukan serangan untuk Mendahului gerakan Netenyahu demi kembali merebut posisi PM Israel.
***
Sumber Pendukung :
https://bit.ly/3QwLq0x
https://bit.ly/3vSEbZb
Babak baru serangan Israel ke Gaza dimulai pada Jum'at kemarin. Serangan yg melanggar perjanjian gencatan senjata sejak Mei 2021 lalu itu, menewaskan lebih dari 35 orang serta lukai sekitar 215 orang, termasuk balita dan anak-anak.
Otak dibalik penyerangan ini adalah PM, Israel, Yair Lapid. Ia mengatakan perlu meluncurkan operasi pendahuluan melawan aksi Jihad Islam palestina yg dituduh merencanakan serangan setelah berhari-hari memicu ketegangan di sepanjang perbatasan Gaza.
Omong kosong !! Motif sebenarnya, PM Lapid merasa perlu menggempur gaza agar kembali terpilih sebagai PM Israel pada pemilu November mendatang.
Sudah bukan rahasia lagi, setiap akan dilaksanakan pemilihan umum di Israel, para penguasa yang sedang duduk dalam singgasana melakukan hal ini: ritual menyerang wilayah kedaulatan Palestina di Jalur Gaza untuk menaikkan pamor politik di hadapan calon pemilih.
Sudah menjadi tradisi. Setiap pejabat, terutama, entah yg datang dari partai syap kiri atau kanan Zionis, perlu membuktikan diri agar terlihat "tangguh" di hadapan pemilih. Apalagi lawan yg akan dihadapi Lapid pada pemilu mendatang adalah mantam PM Israel paling lama, Benyamin Netenyahu.
Pada sisi ini, Lapid harus lebih agresif menunjukan keberanianya terhadap Palestina. Pasalnya Nentanyahu adalah mantan PM Israel yg memiliki citra tegas karena memimpin negara itu dalam tiga dari empat perang melawan Hamas dan Hizbollah.
Berkaca dari kasus Netenyahu, sukses menjadi PM terlama Israel karena mengandalkan serangan ke gaza.
Misalnya, pada 2019, ketika popularitas menurun lantaran sejumlah persolan internal jelang pemilu, Netenyahu mengeluarkan pernyataan yang mengejutkan internasional. Ia menjanjikan akan mencaplok wilayah tepi Barat lebih luas dan mendirikin pemukim ilegal Israel. Tak sia-sia, janji itu membuat Netanyahu kembali terpilih.
Di bawah Netanyahu, pemukim Israel mendapatkan angin segar. Mereka dengan leluasa menggusur tanah warga Palestina. Kasus terakhir yang membuat perhatian dunia internasional yakni, penggusuran rumah warga Palestina di Sheikh Jarrah. Kasus ini juga ikut memanaskan kondisi di Yerusalem dan sejumlah wilayah Palestina lainnya.
Sebelumnya, pada Juli 2014, atau delapan bulan jelang pemilu Israel, Netanyahu pun memerintahkan untuk menggempur Jalur Gaza. Israel lagi-lagi beralasan bahwa operasi militer ini merupakan aksi balasan atas roket Hamas dan penculikan serta pembunuhan tiga remaja Israel.
Perang berlangsung selama 50 hari. Setidaknya 2.251 warga Palestina gugur. Di pihak Israel 67 tentara dan 6 warga sipil tewas. Hasilnya, Netanyahu kembali terpilih. Pada Desember 2008, hanya 6 minggu sebelum Pemilu, Netenyahu mencanangkan 22 hari operasi militer ke Gaza, menyebabkan 1.400 pejuang Palestina gugur.
Netanyahu lalu berpidato "pongah" di depan parlemen Isreal, dan menyebut dalam masa pemerintahannya tak pernah ada perang yang tak dimenangkannya. Dirinya selalu bisa melindungi warga Israel dari serangan teroris Hamas dan Hizbollah.
Berkaca dari tragedi tersebut, dapat terlihat bahwa popularitas yang dinikmati Netanyahu berdiri di atas penjajahannya terhadap bangsa Palestina. Ia meraih dukungan suara di atas darah warga Palestina yang gugur mempertahankan haknya. Dengannya, Netanyahu berhasil menjadi perdana menteri terlama sejak 2009.
Semua serangan militer ke daerah Palestina di Jalur Gaza jelang pemilu, sekali lagi, hanyalah alat untuk menaikkan pamor. Semua nyawa yang tewas disana hanyalah untuk kursi di parlemen. Dan kini, jelang pemilu november nanti, serangan kembali dilakukan. Lapid merasa perlu melakukan serangan untuk Mendahului gerakan Netenyahu demi kembali merebut posisi PM Israel.
***
Sumber Pendukung :
https://bit.ly/3QwLq0x
https://bit.ly/3vSEbZb
indrastrid dan 23 lainnya memberi reputasi
22
4.5K
130
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
922.6KThread•81.9KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru