Amerika harus membayar mahal atas kunjungan Oma Pelosi ke Taiwan, pascanya pada hari Kamis (04/08/2022) kemarin China mulai melakukan apa yang mereka sebut sebagai "Operasi Militer" ke Taiwan. Setelah Oma Pelosi pulang pada hari Rabu, 3 Agutsus 2022 setelah 19 jam kunjungannya. Pihak Beijing sendiri telah menembakkan rudal balistik Dongfeng kebanggaan mereka ke Taiwan. Mengutip artikel Taiwan Newstotal 11 rudal diluncurkan ke Taiwan dari pukul 13:56 hingga 16:00 waktu setempat, rudal balistik Dongfeng tersebut menyasar perairan sekitar Taiwan utara, selatan, dan timur dalam beberapa gelombang.

Sementara itu rekaman yang muncul di media China menunjukkan peluncuran rudal dan lokasi yang diduga di lepas pantai Taiwan tempat rudal mendarat. Peta yang beredar di media sosial telah menunjukkan rudal mendarat di barat, timur laut, timur, dan tenggara Taiwan.



Juru Bicara Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) Shi Yi Kamis sore mengumumkan bahwa, Pasukan Roket Komando Teater Timur PLA meluncurkan latihan multi-regional dan multi-model di perairan lepas pantai timur Taiwan, menurut laporan CCTV; TV milik pemerintah China. Shi mengklaim bahwa semua peluru kendali Dongfeng berhasil mencapai target mereka secara akurat.

Shi Yi menambahkan bahwa, latihan tersebut menguji serangan presisi dan kemampuan area penolakan. Karena lokasi target terletak di perairan lepas pantai timur Taiwan, latihan ini dirancang untuk mensimulasikan serangan terhadap kapal-kapal besar. Namun, laporan media CCTV tidak mengungkapkan apakah rudal itu terbang di atas Taiwan. Di sisi lain pihak PLA belum mengumumkan jenis rudal apa yang ditembakkan, tetapi para analis militer mengatakan bahwa Dongfeng 15B kemungkinan telah digunakan. Rudal ditembakkan dari Pington (125 km dari Taiwan), Provinisi Fujian, dan sengaja diluncurkan ke arah Pulau Formosa.






Klaim juru bicara Komando Teater Timur PLA yang menyebut jika Dongfeng yang mereka tembakkan tepat menghantam sasaran telah dibantah Jepang. Dalam press releas pada hari Kamis (04/08/2022) pihak Kementerian Pertahanan Jepangmengatakan bahwa, lima rudal balistik yang diluncurkan oleh China jatuh di perairan ZEE Jepang. Menteri Pertahanan Jepang, Nobuo Kishi, mengatakan pemerintahnya telah mengeluarkan protes diplomatik ke Beijing.

"Ini adalah masalah serius yang menyangkut keamanan nasional negara kita dan keselamatan rakyat," kata Kishi dalam konferensi pers. Insiden tersebut dilaporkan merupakan yang pertama kalinya rudal China mendarat di ZEE Jepang.

Kishi juga mengatakan bahwa, China telah meluncurkan sembilan rudal balistik secara total, meskipun hal ini bertentangan dengan pernyataan dari Kementerian Pertahanan China sebelumnya yang mengatakan bahwa 11 rudal balistik ditembakkan ke perairan timur laut dan barat daya Taiwan. Penilaian lain menunjukkan bahwa total 16 rudal diluncurkan ke timur laut, timur, dan tenggara Taiwan.






Ada laporan berbeda dari media-media di luar negeri dan dalam negeri, tapi rata-rata media menyebut jika DF-17 adalah rudal balistik yang ditembakkan ke Taiwan pada Kamis kemarin. Sementara itu artikel TheDrive.commenyebut jika rudal yang digunakan adalah rudal balistik DF-15B SRBM (Short Range Balistic Missile), menurut intelijen AS; rudal ini tidak dimaksudkan untuk dilengkapi dengan hulu ledak nuklir.

Sekilas tentang DF-15, rudal ini mulai dikembangkan pada tahun 1984 yang memiliki jangkauan maksimum 600 sampai 900 km dan dapat mengirimkan muatan hulu ledak seberat 500 sampai 750 kg. Dengan hulu ledak konvensional yang dioptimalkan, rudal digunakan untuk serangan presisi, penghancuran bunker, dan operasi anti-runway.

Produksi pertama DF-15 dimulai 2 Maret 1987, uji coba penerbangan pada 17 Juni 1988 serta mulai beroperasi bersama PLA pada Agustus 1991. Rudal ini punya panjang 9,1 m, diameter 1 m, dan beratnya sekitar 6.200 kg. NATO memberi kode CSS-6 kepada DF-15; sampai saat ini ada 3 varian yang dibuat yakni DF-15A (600 km), DF-15B (725 km), dan DF-15C (850 km). Rudal ini diluncurkan dari kendaraan darat beroda 8.



Sementara itu banyak media yang menyebut jika DF-17 digunakan China saat seragan hari Kamis kemarin, lalu apa bedanya DF-17 dan DF-15 ? DF-17 sendiri termasuk rudal balistik berkecepatan hipersonik dengan jangkauan lebih jauh dari versi DF-15. DF-17 pertama kali muncul dalam parade militer tanggal 1 Oktober 2019.

Jarak tembak DF-17 diklaim berada di antara 1.800 dan 2.500 kilometer, untuk kecepatan luncur DF-17 disebut bisa mencapai Mach 5. DF-17 termasuk rudal baru yang baru diuji tembak pada 1 November 2017 lalu, rudal yang disebut sebagai medium range ballistic missileini diklaim China bisa menghantam daratan Amerika dalam waktu 30 menit.

Selain DF-17 dan DF-15, China juga masih punya rudal balistik anti kapal DF-21D yang juga dikenal sebagai Stonefish. Rudal yang diklaim sebagai “Carrier Killer” ini diklaim dapat melesat sampai kecepatan Mach 10 untuk menghantam kapal induk US Navy. Dengan kecepatan Mach 10, serta tidak diketahui titik peluncurannya; maka salah satu cara US Navy untuk menghindari Stonefish adalah melalui peperangan elektronika.

Penembakan rudal Dongfeng pada akhirnya bisa menghambat ekspor semikonduktor Taiwan ke seluruh dunia, Taiwan dikenal sebagai pemasok utama semikonduktor. Selama operasi militer China berlanjut sampai hari Minggu, dilaporkan jika beberapa kapal dan pesawat pengangkut kargo atau penumpang tidak akan beroperasi untuk sementara waktu. Lalu akan seperti apa krisis keempat Taiwan selanjutnya ?





Referensi Tulisan: CSIS Missile Defense Project, Kementerian Pertahanan Jepang& Taiwan News
Sumber Foto dan Ilustrasi: sudah tertera di atas