• Beranda
  • ...
  • Movies
  • 4 Alasan Kenapa Film Remake dan Reborn Banyak yang Gagal, Kehabisan Ide?

cintadineAvatar border
TS
cintadine
4 Alasan Kenapa Film Remake dan Reborn Banyak yang Gagal, Kehabisan Ide?


Rasanya dalam beberapa tahun ini dunia perfilman dipenuhi oleh remake dan reborn baik itu di Hollywood maupun di Indonesia. Alasan di balik itu semua selain karena faktor nostalgia juga karena studio menginginkan profit yang tinggi.

Tapi, justru film remake atau reborn ini banyak yang berakhir dengan kegagalan karena tak bisa menyaingi film aslinya. Di Hollywood ada The Mummy (2018), Ghosbusters (2016), Charlie's Angel dan masih banyak lagi.

Sementara di Indonesia ada Benyamin Biang Kerok versi Reza Rahardian sampai dengan Nagobonar Reborn yang filmnya gagal total. Lantas, kenapa film reborn-rebornan ini banyak yang gagal?

1. Tak Perlu Memperbaiki apa Yang Tidak Rusak


Analoginya, kalau sudah bagus dan tidak ada yang rusak dan usang kenapa harus diperbaiki? Beberapa film remake yang sukses seperti The Ten Commandments (1958), King Kong (2005) dan Godzilla (2014) karena melakukan perbaikan dengan baik.

Contohnya dalam film King Kong remake 2005, semuanya diupgrade dari versi 1933 yang terlalu usang dan jarak perilisan yang sangat jauh. Kemudian Godzilla versi 2014 sangat jauh lebih baik dari Godzilla 1998 yang banjir kritikan pedas karena sudah melenceng jauh.

2. Penonton Lebih Respect Pada Versi Original


Ketika sebuah film begitu ikonik dan dicintai oleh para penonton, maka kalau diremake akan memicu kemarahan penggemar. Apalagi kalau filmnya belum terlalu tua dan dekat jarak perilisannya.

Di Indonesia Benyamin Biang Kerok (2018) dihujat netizen karena justru film ini merupaka sebuah penghinaan kepada Benyamin S dengan diperankan oleh Reza Rahardian dengan gaya lebay dan sama sekali tidak mirip.

Di Hollywood pun demikian, terakhir yang terbaru adalah Child's Play (2019) yang walaupun secara cerita nggak hancur-hancur amat, namun film tersebut membuat kecewa fans Chucky versi originalnya karena di film ini konsep Child's Play berubah. Dari boneka arwah menjadi boneka robot error pembunuh.

Kemudian juga Ghosbusters (2016) yang membuat murka penggemar karena malah menjadi film feminazi ala-ala SJW.

3. Sekuel Lebih bisa dihargai


Berbeda dengan remake dan reborn, sekuel biasanya lebih bisa dihargai untuk film-film lawas yang dibangkitkan kembali. Contohnya ada Halloween (2018), Scream (2022), Ghosbuster: Afterlife (2021), dan bahkan Top Gun (2022). Kalau di Indonesia ada trilogi Si Doel The Movie.

Kenapa? Karena sekuel yang jaraknya cukup jauh bisa membangkitkan nostalgia yang asli terhadap penonton dan dipadukan dengan karakter-karakter badu. Berbeda dengan remake yang malah jadi baru semua.

4. Kehabisan Ide

Alasan yang terakhir adalah karena mermake atau reborn menandakan para sineas sudah kehabisan ide. Penonton di Indonesia sudah bisa menilai itu, bahkan film Indonesia yang diremake dari Korea Selatan kerap mendapatkan nyinyiran karena dinilai tak punya kreatifitas.

Nah, gan itulah kira-kira alasannya. emoticon-Ngakak (S).

Referensi
albyabby91Avatar border
gpanditaAvatar border
myasanmiaAvatar border
myasanmia dan 4 lainnya memberi reputasi
5
2.9K
34
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Movies
Movies
19.9KThread17.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.