adryanraymond34Avatar border
TS
adryanraymond34
Be Figuran Dalam Novel
Seorang gadis kecil menulis cerita dalam sebuah buku besar miliknya. Sebelah tangannya untuk menahan agar darah dari hidung tak jatuh ke buku. Matanya sudah sangat bengkak. Namun tetap memaksakan diri.

"Ash!" Ia memegangi kepalanya. "Ku mohon jangan hilang!" serunya.

Gadis kecil itu sungguh menyedihkan. Rambutnya begitu urakan. Seolah tak disisir berhari-hari.

"Amira!" tegur perempuan paruh baya itu. "Istirahat Amira!"

"Nggak! Dikit lagi, Bun! Mira mohon!"

"Lima menit! Okey?"

Gadis kecil bernama Amira mengangguk cepat. Dan tak sampai 5 menit ia telah menyelesaikan tulisannya.

"Bun!"

"Hm?"

"Tulisan Amira sudah selesai. Tapi Amira mau tulisan ini diterbitkan atas nama bunda. Tolong."

Bruk

"Amira!!" teriak sang bunda. Perempuan paruh baya itu segera menggendong anaknya yang sudah berusia 6 tahun, tapi masih tubuhnya seperti anak 4 tahun.

xxx

14 tahun kemudian.

Dunia berduka. Mereka kehilangan seorang penulis berbakat yang sudah berkarya selama 25 tahun lamanya.

"Padahal bunda sudah janji buat sembuh dan terus berada di sisi Mira." Amira mengusap papan nisan di depannya.

"Mir, lu harus tegar. Tante sekarang sudah bahagia. Dia nggak merasa sakit lagi." Seorang perempuan yang seumuran dengannya berusaha menenangkan Amira.

Baru 2 tahun terakhir Amira tau jika sang bunda punya kanker dan itu sudah menjadi stadium akhir. Amira pun akhirnya memutuskan berhenti kuliah untuk menemani sang bunda. Karena mereka hanya memiliki satu sama lain. Namun, bukan berhenti beneran. Dia pindah ke Universitas yang bisa kuliah secara online. Jadi dirinya tak perlu ke mana-mana untuk melanjutkan studinya.

Awalnya terjadi perang dingin selama 2 bulan. Karena Amira memutuskan secara sepihak. Tanpa izin sang bunda. Lambat laun hubungan mereka membaik.

"Mir! Yuk pulang! Besok gua temani ke sini lagi. Gimana?"

Amira mengangguk pasrah. Ia segera bediri dibantu temannya. Dirinya sekarang benar-benar lemas. Seolah tak ada tulang dan otot di kakinya.

Amira mengikuti sahabatnya ke sebuah rumah sederhana miliknya dan sang bunda. Dihirupnya aroma bundanya yang masih tersisa. Terkadang dirinya tersenyum getir ketika melihat bayangan mereka yang tengah adu pendapat. Tak ayal saking batu nya Amira. Sang bunda akan berpura-pura akan memukulkan panci ke kepala nya.

"Duduk dulu! Gua ambilkan minum!"

Amira mengangguk. Ia bersandar di sofa dan saat melihat ke meja. Dia mendapati sebuah novel usang. Ya, novel itu adalah novel terakhir yang bunda baca sebelum pingsan dan dilarikan ke rumah sakit.

"White Rose," gumamnya sambil membuka buku itu.

"Minum terus makan!" ucap perempuan tadi sambil menyodorkan semangkuk bubur instan dan air putih.

Amira mengangguk. Ia segera minum dan makan yang telah disediakan sahabatnya. Jika tidak, siap-siap dirinya harus mendengar omelan selama 2 jam atau lebih. Yang berputar-putar dalam satu masalah.

"Novel itu ...." Ia langsung mengambil novel dalam pangkuan Amira.

"Kenapa?"

"Gua sempat baca dalam koleksi novel mami. You know lah! Mami suka banget sama karya tante sejak dulu. Dan novel ini yang gaya ide dan penulisannya paling beda. Sampai saat ini novel ini sangat laris dan tiap tahun akan dicetak ulang dalam beragam bahasa."

Amira mengangguk setuju. Ia sudah pernah membacanya sekali. Ceritanya amat rumit menurutnya. Orang baik yang dikira protagonis. Ternyata seorang pembunuh. Dia merencanakan dengan amat rapi dan baik. Kejahatannya terungkap di akhir cerita.

"Ya udah. Gua balik dulu. Kalau ada apa-apa jangan lupa telpon!"

"Hm."

Sahabat Amira pun lekas pergi dari sana. Apalagi mentari sudah mulai bersembunyi.

Amira memandang lesu bubur di meja. Ia sedang tak ingin makan apapun saat ini. Dan lebih memilih tidur.

xxx

Amira terbangun. Dilihatnya jam menunjukkan tengah malam. Dirinya merasakan kalau dia butuh ke kamar mandi saat ini.

Amira berjalan ke kamar mandi. Dilihatnya sekitar, rumahnya benar-benar tak terurus lagi. Semenjak sang bunda pingsan. Dirinya menjadikan rumah sakit sebagai rumah untuk pulang dan kamar rawat inap menjadi kamarnya bersama bunda. Bahkan mencuci baju pun dirinya memakai jasa laundry.

Baru sampai di dalam kamar mandi. Amira terpeleset. Kepalanya terbentur lantai.

"Aaah! Sudah banyak lumut rupanya." Ia menatap lesu langit-langit kamar. "Bunda, Ami datang."


bukhoriganAvatar border
grandiscreamoAvatar border
grandiscreamo dan bukhorigan memberi reputasi
2
555
6
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.