amyjk02Avatar border
TS
amyjk02
Gairah Dan Dendam
Cerbung



Bagaimana perasaan kalian ketika pernikahan yang tinggal beberapa hari digelar tiba-tiba dibatalkan begitu saja?
Down?
Putus asa?
Atau balas dendam?

Mending kayak Alexa, yuk. Menyusun strategi untuk menyiapkan balas dendam paling manis. Gimana tuh? Kepoin, yuk!



Konten Sensitif



Bagian Satu Pernikahan yang Dibatalkan

"Gio, please! Jangan lakukan ini!"

Wanita dengan piyama tidur yang sudah berantakkan itu akhirnya jatuh terduduk di lantai. Jemarinya terasa tidak kuat lagi menggenggam ponsel yang masih menempel di pipi kirinya.

"Pernikahan kita tinggal dua hari lagi. Please ...."

Lagi, wanita itu merengek. Di seberang sana hanya terdengar helaan napas panjang lawan bicaranya. Seorang lelaki dengan suara berat dan terkesan payah.

"Maaf, Alexa. Aku nggak bisa!"

Wanita yang dipanggil Lexa menjerit tertahan. Ponselnya tak urung jatuh juga ke lantai. Sama seperti air mata dan juga pertahanan hatinya. Semua luruh sudah. Tidak peduli bagaimana dia memohon, keputusan Gio tidak akan berubah.

"Maaf, lupakan semua tentang kita. Selamat tinggal!"

Kalimat terakhir Gio sebelum akhirnya sambungan telepon terputus terdengar jelas di telinga Lexa. Gadis itu menjerit keras dan meremas ponselnya. Dia menangis tergugu. Menjambak rambut, menepuk dadanya sendiri yang terasa sangat sesak, hingga akhirnya melempar ponsel di tangan ke tembok. Benda itu membentur tembok marmer dengan keras lantas terhempas ke lantai dengan keras. Suara berderak pecah terdengar kemudian. Alexa hanya menatap nanar ke arah benda pipih yang selama ini menjadi temannya itu. Benda itu retak pada layarnya, tapi tetap menyala. Menampilkan fotonya bergaun pengantin kuning gading danmenunjukkan cincin di jari manis. Dia berdiri memeluk Gio yang mengenakan jas hitam juga menunjukkan cincin di jari manisnya. Foto kesempurnaan pasangan kekasih yang saling mencintai.

"Tidak! Ini mimpi!" Alexa menggeleng keras. Menepuk kepalanya sendiri seolah berusaha bangun dari sebuah mimpi buruk. "Gio tidak mungkin begitu!" gumamnya lagi. Bibir sensual tipis yang pucat itu tersenyum getir. "Gio tidak mungkin melakukannya!"

Alexa tiba-tiba bangkit berdiri dan langsung melangkah cepat menuju pintu. Dia membeku saat pintu sudah dibuka. Ada sang papa yang berdiri tak jauh darinya. Lelaki tinggi besar itu baru saja melepas kepergian dua orang lelaki dan seorang wanita. Tamu yang hanya bisa dilihat Lexa ketika sudah hampir hilang di balik pintu.

Ayah dan anak saling tatap. Dari sorot mata mereka jelas terlihat rasa kecewa, putus asa, marah, dan dendam yang menjadi satu.

"Pa ...."

Belum juga Alexa melangkah mendekat dan bertanya, Pak Dirga sudah melangkah lebih cepat menuju putri semata wayangnya. Tubuh besarnya langsung mendekap sang putri dengan erat. Pelukan hangat dan perlindungan seorang ayah untuk anaknya.

"Pa, apa mereka ...."

"Sstt ...."

Pak Dirga mengusap rambut Lexa dengan lembut dan semakin mengeratkan pelukan.

"Pa ...."

"Tenang, Sayang. Ada Papa!"

Lexa menjerit tertahan. Dia menggigit bibirnya sendiri hingga terasa kebas. Tanpa dijelaskan pun Lexa sudah tahu jawaban apapun pertanyaan yang akan dia ajukan.

"Janji ke papa kamu harus kuat! Kamu pasti bisa!"

Lexa membenamkan wajah di dada sang papa. Menumpahkan tangis yang sudah tertimbun sejak tadi. Gadis itu menggeleng lemah dan memukul-mukul dada sang papa.

"Jangan sampai mama tahu, ya!" Pak Dirga memegang kedua pipi sang putri. Lexa terdiam. "Kita beri tahu pelan-pelan, ya!" Lexa mengangguk.

Pak Dirga lantas membimbing putrinya memasuki kamarnya kembali. Mereka harus terlihat tenang dan tidak terjadi apa-apa sebelum akhirnya memberanikan diri menemui Mama Wina. Wanita yang dipanggil Mama oleh Lexa. Wanita yang sejak remaja sudah mengidap penyakit jantung. Mereka hanya tidak ingin kabar mengejutkan itu akan membuat sang mama shock.

Prang ....

Pak Dirga dan Lexa terkejut. Begitu juga dua emban yang tengah berada di dapur. Mereka saling tatap dan menatap daun pintu kamar Wina yang masih tertutup.

Tanpa pikir panjang, Pak Dirga melepas pelukan pada sang putri dan langsung berlari menuju kamar. Diikuti Lexa dan dua embannya.

"Ma!"

Pak Dirga menjerit ketika daun pintu terbuka. Wina sudah terkapar di lantai dengan gelas yang sudah pecah di sampingnya. Wanita itu terengah-engah dengan mata melotot. Tubuhnya kejang perlahan. Tangannya juga menggapai-gapai seolah meminta tolong. Dirga dengan cepat mengangkat tubuhnya keluar kamar.

"Siapkan mobil! Kalian siapkan pakaian!" titah Dirga yang langsung dipatuhi Lexa dan dua embannya.

Lexa berlari keluar menuju garasi. Sementara Dirga menuju teras menunggu mobil Lexa. Mereka lantas dengan cepat menuju Rumah Sakit langganan yang jaraknya tidak terlalu jauh. Lexa yang panik dan masih menangis berusaha sekuat tenaga untuk tetap fokus menyetir. Di belakang, Dirga berusaha membangunkan sang istri yang masih kejang-kejang. Lelaki itu tak henti memanggil nama sang istri untuk tetap tersadar.


Rem diinjak dengan kuat, membuat Lexa nyaris membentur kemudi. Dirga dengan cepat membuka pintu dengan Wina di dalam dekapannya. Lexa menyusul dengan setengah berlari. Tidak peduli jika kini banyak pasang mata yang menatap penampilannya. Ya, siapa yang tidak akan menoleh ketika berpapasan dengan Alexa malam itu. Hanya mengenakan piyama tipis setengah paha dengan bagian bahu terbuka. Kulit putih dan halusnya terlihat menyatu dengan keemasan warna piyamanya. Belum lagi rambut yang diikat berantakkan, menunjukkan leher jenjangnya.

Wina segera dibawa kereta dorong menuju ruang gawat darurat. Lexa dan Dirga terus mengikuti. Jemari Wina tidak lepas dari genggaman Dirga. Hingga mereka akhirnya mereka dipisahkan oleh petugas medis. Meninggalkan Lexa dan Dirga yang menatap kosong pada pintu kaca bertirai biru.
**

"Maaf, kami tidak bisa menyelamatkan ibu."

Lexa dan Dirga bagai disambar petir di tengah malam itu. Mereka melongo. Namun Lexa kemudian menjerit histeris dan langsung memasuki ruang gawat darurat di mana sang mama masih terbaring.

"Mama!"

Lexa menubruk tubuh yang sudah ditutup kain biru di ranjang. Gadis itu terus menjerit dan memanggil sang mama. Sang mama yang tidak akan kembali. Meski sekuat tenaga Alexa atau pun Dirga memanggilnya.

Ruangan itu mendadak sendu. Lexa terus meratapi sang mama sementara Dirga harus sudah kuat karena dia harus mengurus kepulangan jenazah sang istri secepatnya.

Semua berjalan cepat. Kini Wina sudah terbujur di tengah ruangan. Sudah bersih dan siap diberangkatkan. Di sampingnya Lexa hanya duduk diam. Air matanya tidak lagi mengalir. Kini hanya hatinya yang terus menjerit dan meratap. Dirga yang melayani para pelayat sesekali melirik sang putri. Dirga tidak punya pilihan selain terus berusaha tegar. Terutama di depan Lexa, putri semata wayangngnya yang kini menjadi satu-satunya harta berharga dalam hidupnya.
**

"Gimana, Pa, kita datang nggak ngelayat?" tanya Alin, wanita paruh baya yang masih terlihat cantik. Lelaki yang sudah berpakain rapi dengan name tag Bimantara di sampingnya hanya menghela napas panjang. Dia melirik pemuda yang terlihat sibuk dengan ponselnya.

"Tuh, tanya anak kamu!"

Alin menghela napas panjang.

"Biar aku sama mama aja yang ke sana," sahut Gio. Pemuda atletis dengan setelan necis itu bangkit berdiri dan mendekati papa dan mamanya.

"Ya memang kamu harus ke sana, kan? Belajar tanggung jawab!" sahut papa Gio ketus. Gio hanya berdehem dan menunduk. "Lagian sok-sokan banget pakai acara batalin pernikahan!"

Alin mendekat dan mengusap dada sang suami. "Udah, Pa. Udah terjadi juga, kok!"

"Iya, kan, karena kamu juga!"

Alin menunduk dan melirik sang putra yang salah tingkah.

"Ngapain ngebet nikahin dia kalau akhirnya dibatalin, hah?" bentak Bima menatap istri dan anaknya bergantian.

"Ya, kan kita nggak tahu kalau kejadian bakal—"

"Bakal labil begini?" potong Bima cepat. Dia lantas bangkit berdiri dan melangkah cepat meninggalkan anak istrinya. Alin hanya menghela napas menatap Gio yang salah tingkah.

"Ayok!"

Alin lantas menggamit lengan Gio untuk keluar. Dengan setelan serba hitam mereka akan mendatangi rumah Alexa. Melayat calon besan yang baru saja diputuskan hubungan.

Bersambung ....

Sedih pasti ya jadi Alexa. Si Gio minta digampar, nih
Diubah oleh amyjk02 07-07-2022 10:50
ariefdiasAvatar border
bukhoriganAvatar border
bukhorigan dan ariefdias memberi reputasi
7
2.8K
18
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.5KThread41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.