Melogika Irit Bbm Mobil Versi Saya (Masuk Pak Eko?)

Beranda

...

Otomotif
Melogika Irit Bbm Mobil Versi Saya (Masuk Pak Eko?)

iskrim

28-06-2022 01:20

Melogika Irit Bbm Mobil Versi Saya (Masuk Pak Eko?)

Bicara soal bahan bakar kendaraan biasanya cukup sensitif dan tidak ada habisnya terutama bagi kaum mendang-mending seperti saya karena keiritan bahan bakar agak sulit 'distandarisasi' yang disebabkan oleh banyak seperti mesin, beban mobil, situasi dan kondisi jalan, karakter berkendara pengemudinya ada yang kakinya tertib banyak juga yang ugal-ugalan.

Maaf, bukannya tidak percaya dengan yang namanya product aftermarket yang iklannya mengklaim bisa menghemat bahan bakar, saya baru percaya kalau penghematan itu minimal bisa diangka 45% dari pemakaian harian. Kalau masih dibawah 10% saya belum akan membelinya karena uang yang dihemat samasekali tidak dirasakan.

Saya berfikir daripada mengemudi keluar uang lagi demi mengirit bbm, mengemudi serasa diawasi seperti saat ujian negara akhirnya jadi tidak fun to drive. Lebih baik saya mengemudi terukur dengan cara saya sendiri, mengandalkan filing, teknik berkendara yang sewajarnya, melakukan akselerasi dan cara pengereman yang tepat.

Ketika sudah berhemat, mungkin mengirit uang 300 perak bagi sebagian orang adalah angka yang besar kalau dikalikan 10 liter ditambah jumlah sebulan, dalam setahun sudah pastilah jumlahnya besar. Tapi apakah demi 300 rupiah itu cara mengemudi kita jadi berubah, efeknya keluarga dirumah kena imbas pelampiasan, mengemudi jadi tidak menyenangkan dan akhirnya stress jatuh sakit, dipecat oleh boss?

Sebetulnya yang harus dipahami sekarang adalah mengetahui karakter mesin mobil kita, bahan bakar yang digunakan, perawatannya, dan pastinya logika kita juga harus bermain, bukan asal bejek gas, stop and goterlalu sering bak supir angkot.

Teknik berkendara boros yang sering saya temui adalah mengambil momentum yang kurang tepat disaat menemukan jalan menanjak (terutama mobil dibawah 2000cc) banyak pengemudi tancap gas saat sudah di punggung jalan tanjakan, padahal seharusnya momentum nge-gas itu dilakukan saat tanjakan belum dilewati dan setelah berada ditanjakan tinggal stabilkan gas menyesuaikan kecepatan tentu dengan gigi 1, 2 atau 3 tergantung kondisi muatan dan situasi jalannya. Dengan akselerasi mulai dari bawah maka tidak cepat kehabisan nafas dan penumpang juga nyaman.

Logikanya, kita pasti pernah naik sepeda kemudian bertemu jalan menanjak tinggi, tentu menanjak kita jadi lebih ringan ketika dari bawah kita sudah ancang-ancang melaju cepat daripada 'ngotot' kencang saat sudah ada ditanjakan, kaki pasti cepat pegal, nafas ngos-ngosan, dan kita bisa jadi berhenti ditanjakan dan ditinggal teman lainnya.

Persoalan AC juga begitu, banyak yang bilang matikan Ac ketika kondisi jalan menanjak cukup terjal dan panjang, tentu ini ada benarnya karena beban kerja mesin tidak lagi terbagi dua yang harus mendistribusikan kerja ke Ac juga. Jika Ac sudah mati maka kerja mesin jadi lebih ringan dan tentu saja berpengaruh pada akselerasi mobil lebih enteng dan konsumsi bahan bakar mobil jadi lebih irit.

Logikanya adalah dengan pengujian sederhana, dengan cara melihat perbedaan ketika mobil parkir dengan kondisi mesin hidup. Pertama, aktifkan rem tangan, netralkan gigi, lalu hidupkan mesin, kondisi Ac mati, lalu injak gas perlahan hingga stabil di 200prpm, tunggu sekitar 15 detik.

Kedua, masih diposisi 2000rpm tadi lalu sekarang hidupkan Ac, dan nyalakan lampu plafon dekat pengemudi, perhatikan jarum rpm biasanya akan langsung drop dan lampu plafon seolah berkedip ini menandakan saat Ac hidup mesin mulai bekerja lebih berat dari sebelumnya.

Kecepatan mobil tidak sesuai dengan gigi transmisi, seringnya mengerem mendadak lalu ingin cepat akselerasi, ban kempes, kualitas bbm yang tidak tepat, beban mobil terlalu berat, jarang perawatan, dipaksa berjalan meski hanya berjarak dekat, adalah pe-er pengemudi yang harus disadari kalau cara-cara ini menyebabkan bahan bakar jadi lebih boros.