c4punk1950...
TS
c4punk1950...
Apakah Ini Hanya Mimpi (CoC SFTH 2022, Tema CLBK)



"Hosh ... hosh ...." Suara nafas seorang pemuda, berpacu dan bersahutan dengan teriakan seorang banci jalanan. "Iwan, dimana kamu? Kalau ketemu tak gunduli sampai ledes nanti," teriak mahluk jadi-jadian yang berperawakan cantik tapi gagah perkasa.

Iwan, terus berlari hingga dipastikan orang yang mengejarnya tak mengikuti dirinya lagi. Ia menoleh kebelakang dan berkata dalam hati, "Alhamdulillah, mahluk itu tak mengejar lagi. Untung langsung kabur," senyumnya mengembang karena sudah sukses mengerjai mas Jarwo yang kalau malam berubah nama menjadi Jenny.

Iwan memang senang sekali usil, terlebih kontrakannya yang sempit dan lebih mirip kandang burung, hal itu sering membuatnya bosan dengan kehidupan di tempat itu. Aksinya kalau tidak mengerjai mas Jarwo, paling gitaran sambil menjajakan nada, berkeliling hingga kaki letih untuk mendapat recehan yang tak seberapa.

Seperti biasa ia selalu datang ke sebuah warung lesehan yang tak jauh dari sebuah toko buku. Setiap hari rutinitas itu tak pernah absen, hingga banyak orang menganggap Iwan adalah pemilik warung tersebut.

"Mas Iwan, mau minum apa?" tanya seorang penjaga yang bernama Anto. "Biasalah, Nto. Kopi pahit pakai susu manis."

"Mana ada susu manis, semua susu itu hambar mas!"

"Mosok, sih? Ga percaya aku."

"Mau coba?"

"Mana!"

"Ini, kau jilatin saja susuku pasti gak ada rasanya." Sambil tertawa lepas Anto merasa menang.

"Tak sudi aku, Anto! Sialan ...." Iwan menggerutu.

"Ini kopinya, sudah tak pakein susu paling manis," sambil menunjuk ke arah kambing yang lewat.

Iwan hanya geleng-geleng kepala, karena mau tak mau melihat ke arah yang ditunjuk Anto. Dirinya merasa itu bukan 'manis' tetapi 'amis'.

"Sudah ah, gak seru guyonnya. Aku mau semedi dulu, jangan ganggu kau, Nto."

"Siap, ndoro." Anto segera meninggalkan saung tempat Iwan biasa istirahat. Dimana posisinya tepat menghadap toko buku itu.

Iwan termenung dan pikirannya kembali ke masa lalu dimana dirinya masih berseragam putih abu-abu, ketika ia pertama kali bertemu dengan seorang gadis. Dengan paras cantik dan sempurna, gadis itu sukses membuat dirinya tersipu malu.

Berawal dari sebuah buku yang jatuh, dan Iwan mengambilnya ternyata dalam buku itu ada bait puisi yang indah. Sejenak ia pun membacanya,

Quote:




Quote:


"Puisi yang indah," ucap Iwan. Lalu disambut oleh senyuman sang gadis. "Kamu suka puisi?" Gadis itu hanya mengangguk merasa malu untuk bertemu tatap dengan pria dihadapannya.

"Siapa namamu?"

"Diana," gadis itu menjulurkan tangannya.

"Iwan," Lalu mereka berdua bertatapan seperti saling ada keterikatan dan keterkaitan.

Iwan mengenang pertemuan itu, hingga akhirnya kisah cinta mereka berdua terjalin. Diana adalah hal sempurna yang pernah ia kenal, toko buku itu menjadi saksi. Bahkan, ketika masih mengikat kata cinta toko buku itu sering mereka singgahi.

Baik mencari novel romance, atau sekedar melihat bait-bait puisi karya Kahlil Gibran.

Cinta mereka sebenarnya serasi, hingga pada suatu hari setelah lulus sekolah cinta mereka harus kandas, bukan karena orang ketiga tapi Iwan yang memutuskan untuk mengakhirinya. Iwan sadar, Diana adalah anak orang berada sedangkan dirinya hanya dari kalangan sederhana.

Ia kembali terkenang dimana Diana ingin meneruskan kuliahnya di Australia, saat itu dirinya baru tahu ada kesenjangan yang teramat jauh antara dirinya dan Diana.

"Mas, esok hari aku sudah harus pergi ke Australia. Aku harap kamu sabar menungguku, aku tetap mencintaimu apa adanya," Diana memeluk erat tubuh Iwan.

Ada keraguan dimata Iwan, dirinya sangat sayang dengan gadis itu namun dirinya harus realistis cinta bukan hanya sekedar tentang rasa. Tapi cinta juga harus melihat ekonomi, karena ikatan dua hati tidak bisa lepas dari restu keluarga. Tentu saja hal itu bisa menjadi masalah kedepannya, dan Iwan tahu resikonya cukup besar. Karena cinta beda kasta dan berakhir bahagia hanya ada di dunia novel dan film romance saja, kenyataannya di dunia nyata tidak akan bisa bersama.

Bagaikan air dan minyak, semua ada batasnya. Itu yang Iwan pikirkan, hingga dengan bahasa yang lembut Iwan memutuskan hubungan mereka. "Dian, aku ingin selalu berada disampingmu. Tapi aku takut, kalau langkahmu akan terhenti bila dipikiranmu hanya ada diriku. Kumohon sekali ini saja, kalau memang kita jodoh kemungkinan kita akan bersama, tapi kalau saat ini ketika kamu jauh disana dan berharap pada yang tak pasti lebih baik jangan!"

Otomatis hati gadis itu tersentak, ia tahu rangkaian kata itu harus mengakhiri hubungan mereka. Tapi gadis itu langsung melumat tanpa aba-aba bibir Iwan, disambut dengan pagutan hangat dan lembut penuh kepasrahan. Nafas mereka saling berpacu menandakan birahi mereka sedang tinggi, namun ada titik air mata yang jatuh dikedua insan ini.

Hati mereka berdua hancur, tapi inilah cinta dimana ada awal tentu akan ada akhirnya. Tapi lamunan itu buyar karena suara Anto yang nyaring berteriak menganggu ketentraman.

"Maling ... maling ...."

Iwan tersadar, langsung mengejar maling dengan para warga. Ternyata maling itu mengambil tas seorang wanita, hingga di suatu moment sang maling terjatuh dan sudah pasti kena bogem mentah dari Iwan, yang paling depan dan cepat larinya karena sering dikejar mas Jarwo, dilanjut dengan warga lainnya sesudah itu.

Dari kerumunan juga nampak ibu muda yang menghampirinya, ia mengucapkan terima kasih. Namun atas aksi Iwan, mau tak mau harus menjadi saksi di kepolisian bersama ibu muda itu. Setelah birokrasi selesai, ibu muda itu mulai melihat penampilan Iwan yang memang terkesan lusuh. Dan Iwan juga tahu nama ibu muda itu Firda dari pertanyaan Polisi sebelumnya.

"Terima kasih sebelumnya Wan, oh iya, kamu kerja dimana?"

"Saya pengangguran, Bu."

"Hmmm ... kalau kamu kerja ditempat saya mau?"

"Yang bener, Bu? Tentu saja mau."

"Ya sudah, ini alamatnya, besok kamu kerumah saya ya, Wan."

"Iya, Bu! Terima kasih," ucap Iwan tersenyum gembira akhirnya mendapatkan pekerjaan.

**********

Mas Jarwo nampak kaget melihat penampilan Iwan yang cukup berbeda, rapih dan bergaya necis membuat hati Jarwo berdegup kencang, rasanya ingin menerkam si Iwan dan dijadikan mainan penghibur hatinya. Tapi, belum lama melamun Jarwo pun duduk dikursi, anehnya kok lengket, ia merasa anget-anget, gak taunya telek ayam.

Iwan pun nyengir, "Dasar wedus, Wan jangan lari!" Mas Jarwo hendak mengejar tapi baunya itu bikin dia enggan mengejarnya. "Pamit dulu mas, mau cari kerjaan," sambil melambaikan tangan ke Jarwo yang jengkel atas kelakuan Iwan.

Sesampainya Iwan di sebuah rumah yang mewah, ia menunggu ibu muda itu di tempat satpam, hingga akhirnya dirinya disuruh masuk. Matanya tak bisa berdecak kagum dengan interior yang bergaya modern namun terkesan elegant.

Di sebuah ruangan, seperti tempat kerja. Bu Firda menunggunya dan dipersilahkan duduk, dirinya baru tahu kalau rumah ini sebagian difungsikan sebagai kantor.

Sekedar basa-basi Iwan memperkenalkan diri, hingga ditanya tentang data pribadinya, tak lupa besaran upah yang diminta. Dan juga ditanya bagian terpenting, yaitu keahliannya.

"Kamu keahliannya apa Wan?"

"Saya ada pengalaman di bidang kuliner, dan basic saya management bisnis, Bu."

"Menarik, kebetulan saya ada rumah tak terpakai. Rencana ingin dibangun cafe, kamu bisa merencanakan konsep yang bisa membuat tempat itu ramai?"

"Bisa, Bu! Tapi, saya perlu waktu dan juga survey ke rumah itu agar konsep yang saya ajukan bisa di representasikan sesuai fungsinya"

"Oke, saya terima! Mulai sekarang kamu resmi diterima di perusahaan saya," senyum Firda mengembang.

"Tapi, Bu! Konsep yang saya tawarkan belum ada?"

"Tidak apa! Walau konsep kamu gagal, tetap saya terima bekerja disini, mungkin dibagian lain" tentu, Iwan kaget bukan kepalang.

"Terima kasih, Bu."

Iwan mencium tangan dengan rasa hormat wanita dihadapannya, lalu ia pamit untuk pulang. Serta mempersiapkan diri bekerja esok hari.


*********

Iwan sedang mengunjungi sebuah rumah tepatnya dipinggir jalan, tempatnya cukup ramai di depannya juga ada taman. Sekitar satu kilometer ada Mall besar, seharusnya tempat ini bisa ramai bila dibuat konsep yang tepat.

Iwan mulai masuk ke dalam rumah tersebut dan memperhitungkan apa saja yang bisa membuat tempat ini disenangi kawula muda, ia berfikir akan membagi dua menu kuliner hingga catatan dan oretan dikertas nampak sudah fix. Dengan dua design yang berbeda, tentu ini ide yang smart dalam satu tempat ada dua design yang tidak sama.

"Bagaimana kamu sudah mendapatkan konsepnya?" Iwan kaget, ternyata Bu Firda sudah ada di lokasi.

"Sudah, Bu! Jadi di rumah utama, saya ingin membuat cafe yang bergaya anak muda, dengan design lebih berwarna. Tentu saja berbagai menu kopi, cream, dan makanan ringan lainnya, hingga fast food dan cola bisa dipesan disini. Tak lupa juga ada band live, ini yang utama. Bahkan pengunjung bisa menyanyi atau request lagu. Atau ada anak-anak band yang ingin menyumbang lagu kita berikan tempat di hari-hari tertentu.

Kemudian, di bagian taman yang membentang luas ini kita akan bikin konsep makanan utama seperti nasi goreng, pecel ayam, steak atau yang lainnya tentu bersifat family, dan designnya berupa alam. Kalau bisa kita akan buat air terjun buatan dengan berbagai macam hewan lucu, seperti burung kicau, kura-kura, ikan yang berada di aliran sungai yang mengalir di sisi-sisi taman. Serta tempat makan berupa lesehan dengan saung-saung yang disediakan. Tapi jelas konsep ini akan memakan banyak waktu dan biaya, tapi saya yakin akan ramai."

Bu Firda nampak kagum dengan konsep yang ditawarkan, "Apa yang menyebabkan kamu yakin ramai?"

"Dari posisi yang strategis, dan harga jual yang kita tawarkan serupa dengan harga kaki lima pada umumnya! Memang keuntungan tipis, dan profitnya lama. Tetapi, pelanggan akan mempromosikan mulut ke mulut. Belum lagi kita promosi menu gratis setiap hari Jum'at dimana cafe dan resto ini memberikan satu menu yang kita hidangkan untuk nama tertentu, saya yakin kita akan bisa bikin banyak cabang dimulai dari sini," ucap Iwan sangat bersemangat.

"Oke, saya setuju! Mulai besok kamu koordinasi sama pekerja pembangunan, saya percaya sama kamu! Jadi tolong jangan kecewakan saya."

"Siap, Bu!"

*********

Hari berganti hari, tahun berganti tahun. Benar saja cafe dan resto yang dikonsep Iwan kini sudah mempunyai banyak cabang karena banyak pengunjung yang suka. Iwan sendiri kini sudah berubah nasibnya menjadi seorang manager, 5 tahun waktu berlalu. Ia kini menjadi orang kepercayaan Bu Firda mengurus cafe dan restonya.

Ketika waktu istirahat, Iwan sedang bersantai menikmati air terjun buatan yang cukup indah. Persis seperti alam sesungguhnya. Namun matanya tak sengaja menatap seseorang yang ia kenal, wajah wanita yang tak pernah ia lupakan dalam hatinya.

Iwan segera menghampiri wanita itu yang sedang sendiri, "Diana! Apa kabarmu?" Wanita itu kaget dan langsung memeluk Iwan, air mata kebahagiaan tak bisa ditahan. "Kamu kok ada disini, sayang?" Iwan tak menghiraukan pertanyaan itu, ia membalas pelukan mantan kekasihnya.

Mata mereka kini saling bertemu, tentu penuh tanya dan selidik apakah diantara mereka sudah ada pasangan kekasih!

"Aku, tetap setia menunggumu!" Ucap mereka berdua berbarengan, lalu keduanya terkaget dan mulai tertawa bersama. Cinta lama yang bersemi kembali, kini menjadi satu.

Dari kejauhan nampak Firda datang, Iwan nampak ketakutan karena tidak etis seorang karyawan menganggu tamu yang sedang berkunjung.

"Maaf, Bu! Saya sedang jam istirahat, kebetulan saya baru bertemu teman lama. Maaf sekali." Iwan benar-benar takut, bosnya akan marah.

"Tidak apa, siapa teman kamu?"

"Itu, Bu! Namanya Diana." Sementara Firda hanya terdiam.

Lalu Diana memeluk wanita itu, sambil penuh semangat langsung berkata "Ini loh Mah, kekasih aku! Yang dulu aku mau kenalin, gimana gantengkan, Mamah setuju gak?"

Iwan nampak pasrah ketika ia tahu Firda adalah ibunya Diana, sudah pasti lampu merah yang diterima. Karena Firda tahu latar belakangnya, hingga sampai sukses sekarang ini.

Firda hanya tersenyum, "Mamah, setuju!" Suara itu membuat hati Iwan berbunga-bunga. Rasanya sedang berada di nirwana.

Dian semakin erat memeluk Mamahnya, dan mereka bertiga tertawa lepas bersama. Setidaknya inilah kehidupan, ada kalanya ia penuh kecewa, tangis dan duka namun ada kalanya penuh tawa, bahagia dan rasa cinta.

Iwan hanya dapat berkata dalam hatinya, "apakah ini hanya mimpi?"

Kebahagiaan mereka juga di iringi oleh kicauan burung, dan suara gemerisik air terjun serta angin lembut yang menambah suasana ceria.


End


Terima kasih yang sudah membaca cerita ini sampai akhir, bila ada kritik silahkan disampaikan dan semoga cerita ini bermanfaat, tetap sehat dan merdeka. See u next thread.

emoticon-I Love Indonesia



"Nikmati Membaca Dengan Santuy"


Tulisan : c4punk@2022

emoticon-Rate 5 Staremoticon-Rate 5 Staremoticon-Rate 5 Star









Diubah oleh c4punk1950... 27-06-2022 15:58
bukhoriganprovocator3301
provocator3301 dan bukhorigan memberi reputasi
25
1.4K
52
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.3KThread40.9KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.