
Akseyna Ahad Dori atau Ace, lahir di Yogyakarta tanggal 2 Juni 1996. Ayahnya bernama Kolonel Sus Drs. Mardoto, MT, sedangkan ibunya bernama Karimatul Ummah, SH, M.Hum. Akseyna merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Dia memiliki seorang kakak perempuan yang bernama Arfilla Ahad Dori, S.Psi, dan dua orang adik laki-laki yang bernama Arrifky Ahad Dori dan Arrafly Ahad Dori.

Sejak kecil, Akseyna sudah menorehkan banyak prestasi. Kecintaannya pada bidang Biologi pernah membuatnya menjuarai berbagai lomba yang diantaranya adalah Juara I Olimpiade Biologi tingkat Provinsi tahun 2012 di Yogyakarta, Juara II Olimpiade Biologi tingkat SMA se-Jawa Bali yang diadakan oleh Fakultas Teknologi Universitas Atma Jaya di Yogyakarta, dan Juara III Nasional kategori Perorangan Lomba Biologi OSN SMA tahun 2012 di Jakarta. Dan sejak tahun 2013, Akseyna memutuskan untuk berkuliah di jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Indonesia.


Pada hari kamis tanggal 26 Maret 2015 jam sembilan pagi, seorang mahasiswa Universitas Indonesia yang bernama Roni menemukan sesosok mayat tanpa identitas mengambang di danau Kenanga yang terletak di kampus Universitas Indonesia. Mayat tersebut mengenakan kaos polos berwarna putih, celana berwarna hijau, jaket berwarna hitam, dan sepatu kets. Serta menyandang sebuah tas ransel di punggungnya.


Pihak kepolisian sempat mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi mayat tersebut karena bagian wajahnya sudah menghitam dan bagian mulutnya rusak. Proses otopsi kemudian dilakukan oleh tim forensik RS Polri Kramat Jati. Mereka menduga bahwa mayat tersebut sudah mengambang selama dua hari. Pembusukan yang terjadi di dalam tubuh mayat yang tenggelam bisa berlangsung dalam waktu 24 jam. Oleh karena itu, pembusukan tersebut akan menimbulkan gas yang bisa mendorong tubuh mayat tersebut untuk muncul ke permukaan air.
Di dalam paru-parunya juga ditemukan unsur air dan pasir. Kedua unsur tersebut tidak akan ditemukan di dalam paru-parunya jika korban sudah tewas sebelum ditenggelamkan. Hal ini berarti, korban masih hidup ketika sudah ditenggelamkan. Namun, tampaknya dia kesulitan untuk keluar dari air karena tubuhnya terbebani oleh lima buah paving block dan batu-batu kecil yang terdapat di dalam ranselnya, yang jika ditimbang beratnya bisa mencapai 14 kilogram.
Empat hari kemudian, ayah Akseyna yang sempat mendengar kabar ditemukannya sesosok mayat di danau Kenanga Universitas Indonesia, mendatangi RS Polri Kramat Jati untuk mengidentifikasi mayat tersebut. Setelah disarankan oleh om dan tante Akseyna yang sempat mencari keberadaannya di kosannya, namun belum bisa menemukannya. Karena sejak komunikasi yang dilakukan Akseyna terakhir kali dengan keluarganya yaitu pada tanggal 21 Maret 2015, dia tidak lagi memberikan respon ketika dihubungi oleh ibunya pada tanggal 25 Maret 2015.
Karena merasa ragu untuk mengidentifikasi mayat tersebut, ayah Akseyna mendatangi Polsek Beji untuk mengenali barang-barang yang dimiliki oleh mayat tersebut. Sayangnya, Polsek Beji tidak mengijinkannya karena foto yang dibawa oleh ayah Akseyna dianggap tidak mirip dengan mayat tersebut.
**************************************************
di lokasi yang berbeda..
Sehari setelah mayat tanpa identitas ditemukan, dan pada jam sembilan pagi, seorang teman Akseyna yang bernama Achmad Jibril Jamaluddin mendatangi Wisma Widya, tempat Akseyna ngekos. Jibril sempat meminta ijin pada penjaga kosan tersebut untuk memasuki kamar Akseyna. Namun, karena pintu tetap tidak dibuka walaupun sudah diketuk berulang kali, penjaga kosan berinisiatif untuk membukakan pintu kamar Akseyna untuk Jibril, karena penjaga kosan sempat berpikir mungkin Akseyna tidur terlalu nyenyak dan banyak tugas yang harus dikerjakan. Begitu dibuka, kamar Akseyna terlihat berantakan. Dan karena Akseyna tidak ada di tempat, maka Jibril dan penjaga kosan tidak masuk kedalam kamarnya.
Saat itu Jibril, penjaga kosan, dan suami penjaga kosan, masih belum mengetahui bahwa mayat tanpa identitas yang ditemukan adalah Akseyna. Oleh karena itu, karena Akseyna dianggap belum pulang ke Wisma Widya selama empat hari, suami penjaga kosan sempat meminta Jibril untuk membereskan kamar Akseyna. Jibril sempat menemukan secarik kertas yang menempel disalah satu bagian tembok kamar Akseyna, dan bertuliskan sesuatu dalam bahasa Inggris.

Jibril kemudian menunjukkan kertas tersebut pada penjaga kosan dan memberitahunya bahwa tulisan yang terdapat di dalam kertas tersebut semacam surat perpisahan dari Akseyna. Jibril kemudian diminta untuk menginap di kamar Akseyna, dan dia pulang keesokan harinya pada jam sembilan pagi. Pada sore harinya, teman Akseyna yang bernama Pras dan empat orang lainnya juga datang mencari Akseyna.
**************************************************
Dari Polsek Beji, ayah Akseyna kemudian mendatangi gedung FMIPA jurusan Biologi, Universitas Indonesia, untuk mencari informasi tentang keberadaan Akseyna. Dia ditemui oleh dua orang staf pengajar disana, dan rupanya di ruang pertemuan sudah ada dua orang mahasiswa yang mengaku sebagai teman Akseyna. Salah satunya memberikan surat wasiat yang diduga ditulis oleh Akseyna yang ditemukan oleh Jibril di kamar kosan Akseyna.
Surat wasiat tersebut kemudian diserahkan pada pihak kepolisian, dan akhirnya mayat yang baru ditemukan oleh pihak kepolisian bisa diidentifikasi sebagai Akseyna Ahad Dori. Dia dikenali dari bentuk hidung yang dimilikinya, pakaian yang dikenakannya yang pernah diberikan oleh orangtuanya, serta payung dan sapu tangan yang terdapat di dalam ranselnya.
Bersama dengan pihak kepolisian, ayah Akseyna kemudian mendatangi kamar kosan Akseyna, setelah sebelumnya teman Akseyna yang bernama Pras serta empat orang lainnya juga mendatangi Wisma Widya, dan sempat meminta ijin pada penjaga kosan untuk memasuki kamar kosan Akseyna. Dan keesokan harinya pada tanggal 31 Maret 2015, jenazah Akseyna yang dibawa oleh ayahnya ke Yogyakarta, dimakamkan di pemakaman keluarga TNI Angkatan Udara yang terletak di Kradenan, Yogyakarta.


Dengan ditemukannya mayat Akseyna dan berdasarkan pemeriksaan terhadap 15 orang saksi, pihak kepolisian berpendapat bahwa Akseyna melakukan bunuh diri.
**************************************************

Akseyna sempat mengikuti ajang Olimpiade Sains Nasional yang diselenggarakan oleh Pertamina. Namun, dia merasa kecewa karena hanya mampu meraih kemenangannya sampai tingkat regional, tanpa bisa menjadi juara ditingkat nasional. Hal tersebut sempat dia curahkan pada ibunya. Dan sejak mengalami kekalahan, Akseyna tampak murung dan sikapnya berubah drastis. Kepala Departemen Biologi FMIPA Universitas Indonesia yang bernama Yasman juga pernah mengatakan bahwa sejak semester awal hingga saat itu, IPK Akseyna cenderung menurun.
Kekecewaan yang Akseyna alami membuatnya memutuskan untuk bunuh diri dengan menenggelamkan diri di danau Kenanga. Lima buah paving block dan batu-batu kecil yang terdapat di dalam ranselnya sengaja dia masukkan sebagai media pemberat agar tubuhnya bisa tenggelam dengan mudah dan cepat. Namun, dugaan Akseyna melakukan bunuh diri diragukan oleh pihak kepolisian karena beberapa hal.
**************************************************

Pada awalnya, pihak kepolisian memang berpendapat bahwa Akseyna melakukan bunuh diri. Namun, dari beberapa bukti yang ditemukan, pihak kepolisian merubah pendapatnya dan menduga kuat bahwa Akseyna memang dibunuh.
Selain dua bukti di atas, pihak kepolisian juga harus melakukan pemeriksaan terhadap beberapa hal untuk bisa dijadikan bukti yang kemungkinan bisa mengungkap pelaku pembunuhan terhadap Akseyna.
bersambung ke #2..

Sekian, dan terimakasih.
*
*
*
*
*
sumber 1, sumber 2, sumber 3, sumber 4, sumber 5, sumber 6, sumber 7, sumber 8, sumber 9, sumber 10, sumber 11, sumber 12, sumber 13, sumber 14, sumber 15, sumber 16, sumber 17, sumber 18, sumber 19, sumber 20, sumber 21

Sejak kecil, Akseyna sudah menorehkan banyak prestasi. Kecintaannya pada bidang Biologi pernah membuatnya menjuarai berbagai lomba yang diantaranya adalah Juara I Olimpiade Biologi tingkat Provinsi tahun 2012 di Yogyakarta, Juara II Olimpiade Biologi tingkat SMA se-Jawa Bali yang diadakan oleh Fakultas Teknologi Universitas Atma Jaya di Yogyakarta, dan Juara III Nasional kategori Perorangan Lomba Biologi OSN SMA tahun 2012 di Jakarta. Dan sejak tahun 2013, Akseyna memutuskan untuk berkuliah di jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Indonesia.


Pada hari kamis tanggal 26 Maret 2015 jam sembilan pagi, seorang mahasiswa Universitas Indonesia yang bernama Roni menemukan sesosok mayat tanpa identitas mengambang di danau Kenanga yang terletak di kampus Universitas Indonesia. Mayat tersebut mengenakan kaos polos berwarna putih, celana berwarna hijau, jaket berwarna hitam, dan sepatu kets. Serta menyandang sebuah tas ransel di punggungnya.


Pihak kepolisian sempat mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi mayat tersebut karena bagian wajahnya sudah menghitam dan bagian mulutnya rusak. Proses otopsi kemudian dilakukan oleh tim forensik RS Polri Kramat Jati. Mereka menduga bahwa mayat tersebut sudah mengambang selama dua hari. Pembusukan yang terjadi di dalam tubuh mayat yang tenggelam bisa berlangsung dalam waktu 24 jam. Oleh karena itu, pembusukan tersebut akan menimbulkan gas yang bisa mendorong tubuh mayat tersebut untuk muncul ke permukaan air.
Di dalam paru-parunya juga ditemukan unsur air dan pasir. Kedua unsur tersebut tidak akan ditemukan di dalam paru-parunya jika korban sudah tewas sebelum ditenggelamkan. Hal ini berarti, korban masih hidup ketika sudah ditenggelamkan. Namun, tampaknya dia kesulitan untuk keluar dari air karena tubuhnya terbebani oleh lima buah paving block dan batu-batu kecil yang terdapat di dalam ranselnya, yang jika ditimbang beratnya bisa mencapai 14 kilogram.
Empat hari kemudian, ayah Akseyna yang sempat mendengar kabar ditemukannya sesosok mayat di danau Kenanga Universitas Indonesia, mendatangi RS Polri Kramat Jati untuk mengidentifikasi mayat tersebut. Setelah disarankan oleh om dan tante Akseyna yang sempat mencari keberadaannya di kosannya, namun belum bisa menemukannya. Karena sejak komunikasi yang dilakukan Akseyna terakhir kali dengan keluarganya yaitu pada tanggal 21 Maret 2015, dia tidak lagi memberikan respon ketika dihubungi oleh ibunya pada tanggal 25 Maret 2015.
Karena merasa ragu untuk mengidentifikasi mayat tersebut, ayah Akseyna mendatangi Polsek Beji untuk mengenali barang-barang yang dimiliki oleh mayat tersebut. Sayangnya, Polsek Beji tidak mengijinkannya karena foto yang dibawa oleh ayah Akseyna dianggap tidak mirip dengan mayat tersebut.
**************************************************
di lokasi yang berbeda..
Sehari setelah mayat tanpa identitas ditemukan, dan pada jam sembilan pagi, seorang teman Akseyna yang bernama Achmad Jibril Jamaluddin mendatangi Wisma Widya, tempat Akseyna ngekos. Jibril sempat meminta ijin pada penjaga kosan tersebut untuk memasuki kamar Akseyna. Namun, karena pintu tetap tidak dibuka walaupun sudah diketuk berulang kali, penjaga kosan berinisiatif untuk membukakan pintu kamar Akseyna untuk Jibril, karena penjaga kosan sempat berpikir mungkin Akseyna tidur terlalu nyenyak dan banyak tugas yang harus dikerjakan. Begitu dibuka, kamar Akseyna terlihat berantakan. Dan karena Akseyna tidak ada di tempat, maka Jibril dan penjaga kosan tidak masuk kedalam kamarnya.
Saat itu Jibril, penjaga kosan, dan suami penjaga kosan, masih belum mengetahui bahwa mayat tanpa identitas yang ditemukan adalah Akseyna. Oleh karena itu, karena Akseyna dianggap belum pulang ke Wisma Widya selama empat hari, suami penjaga kosan sempat meminta Jibril untuk membereskan kamar Akseyna. Jibril sempat menemukan secarik kertas yang menempel disalah satu bagian tembok kamar Akseyna, dan bertuliskan sesuatu dalam bahasa Inggris.

Jibril kemudian menunjukkan kertas tersebut pada penjaga kosan dan memberitahunya bahwa tulisan yang terdapat di dalam kertas tersebut semacam surat perpisahan dari Akseyna. Jibril kemudian diminta untuk menginap di kamar Akseyna, dan dia pulang keesokan harinya pada jam sembilan pagi. Pada sore harinya, teman Akseyna yang bernama Pras dan empat orang lainnya juga datang mencari Akseyna.
**************************************************
Dari Polsek Beji, ayah Akseyna kemudian mendatangi gedung FMIPA jurusan Biologi, Universitas Indonesia, untuk mencari informasi tentang keberadaan Akseyna. Dia ditemui oleh dua orang staf pengajar disana, dan rupanya di ruang pertemuan sudah ada dua orang mahasiswa yang mengaku sebagai teman Akseyna. Salah satunya memberikan surat wasiat yang diduga ditulis oleh Akseyna yang ditemukan oleh Jibril di kamar kosan Akseyna.
Surat wasiat tersebut kemudian diserahkan pada pihak kepolisian, dan akhirnya mayat yang baru ditemukan oleh pihak kepolisian bisa diidentifikasi sebagai Akseyna Ahad Dori. Dia dikenali dari bentuk hidung yang dimilikinya, pakaian yang dikenakannya yang pernah diberikan oleh orangtuanya, serta payung dan sapu tangan yang terdapat di dalam ranselnya.
Bersama dengan pihak kepolisian, ayah Akseyna kemudian mendatangi kamar kosan Akseyna, setelah sebelumnya teman Akseyna yang bernama Pras serta empat orang lainnya juga mendatangi Wisma Widya, dan sempat meminta ijin pada penjaga kosan untuk memasuki kamar kosan Akseyna. Dan keesokan harinya pada tanggal 31 Maret 2015, jenazah Akseyna yang dibawa oleh ayahnya ke Yogyakarta, dimakamkan di pemakaman keluarga TNI Angkatan Udara yang terletak di Kradenan, Yogyakarta.



**************************************************

Akseyna sempat mengikuti ajang Olimpiade Sains Nasional yang diselenggarakan oleh Pertamina. Namun, dia merasa kecewa karena hanya mampu meraih kemenangannya sampai tingkat regional, tanpa bisa menjadi juara ditingkat nasional. Hal tersebut sempat dia curahkan pada ibunya. Dan sejak mengalami kekalahan, Akseyna tampak murung dan sikapnya berubah drastis. Kepala Departemen Biologi FMIPA Universitas Indonesia yang bernama Yasman juga pernah mengatakan bahwa sejak semester awal hingga saat itu, IPK Akseyna cenderung menurun.
Kekecewaan yang Akseyna alami membuatnya memutuskan untuk bunuh diri dengan menenggelamkan diri di danau Kenanga. Lima buah paving block dan batu-batu kecil yang terdapat di dalam ranselnya sengaja dia masukkan sebagai media pemberat agar tubuhnya bisa tenggelam dengan mudah dan cepat. Namun, dugaan Akseyna melakukan bunuh diri diragukan oleh pihak kepolisian karena beberapa hal.
Quote:
Hal PERTAMA
------------------------------
Bagian danau tempat Akseyna ditemukan terbilang terlalu dangkal, dan dia ditemukan mengambang hanya berjarak satu meter dari tepi danau. Kedalaman air di titik tersebut hanya 1,5 meter, sedangkan tinggi Akseyna 1,7 meter. Jika Akseyna benar-benar melakukan bunuh diri, maka dia akan berjalan menuju ke bagian danau dimana titik kedalaman airnya bisa melebihi tinggi badannya sendiri agar keberadaannya saat itu tidak diketahui oleh orang lain. Menurut pihak kepolisian, menenggelamkan diri merupakan cara bunuh diri yang lambat. Jika Akseyna memutuskan untuk melakukan bunuh diri, mengapa dia tidak memilih cara yang lebih cepat?
Hal PERTAMA
------------------------------
Bagian danau tempat Akseyna ditemukan terbilang terlalu dangkal, dan dia ditemukan mengambang hanya berjarak satu meter dari tepi danau. Kedalaman air di titik tersebut hanya 1,5 meter, sedangkan tinggi Akseyna 1,7 meter. Jika Akseyna benar-benar melakukan bunuh diri, maka dia akan berjalan menuju ke bagian danau dimana titik kedalaman airnya bisa melebihi tinggi badannya sendiri agar keberadaannya saat itu tidak diketahui oleh orang lain. Menurut pihak kepolisian, menenggelamkan diri merupakan cara bunuh diri yang lambat. Jika Akseyna memutuskan untuk melakukan bunuh diri, mengapa dia tidak memilih cara yang lebih cepat?
Quote:
Hal KEDUA
------------------------------
Menurut ahli forensik Mun'im Idris, pihak kepolisian dianggap melewati proses otopsi terhadap bagian telapak tangan Akseyna, karena telapak tangan kadang bisa menjadi petunjuk seseorang tewas akibat bunuh diri atau dibunuh. Jika Akseyna melakukan bunuh diri, maka tangannya akan bersentuhan dengan benda-benda yang ada di sekitar danau. Ketika dia akan turun ke danau, maka dia akan menyentuh tanah, atau batang pohon yang berada di pinggir danau. Dan jika dia sengaja memasukkan lima buah paving block dan batu-batu kecil kedalam ranselnya, maka telapak tangannya akan bersentuhan dengan benda-benda tersebut. Namun, jika telapak tangannya cenderung bersih dan tampak tidak bersentuhan dengan benda-benda yang terdapat di sekitar danau, maka kemungkinan besar Akseyna memang dibunuh.
Hal KEDUA
------------------------------
Menurut ahli forensik Mun'im Idris, pihak kepolisian dianggap melewati proses otopsi terhadap bagian telapak tangan Akseyna, karena telapak tangan kadang bisa menjadi petunjuk seseorang tewas akibat bunuh diri atau dibunuh. Jika Akseyna melakukan bunuh diri, maka tangannya akan bersentuhan dengan benda-benda yang ada di sekitar danau. Ketika dia akan turun ke danau, maka dia akan menyentuh tanah, atau batang pohon yang berada di pinggir danau. Dan jika dia sengaja memasukkan lima buah paving block dan batu-batu kecil kedalam ranselnya, maka telapak tangannya akan bersentuhan dengan benda-benda tersebut. Namun, jika telapak tangannya cenderung bersih dan tampak tidak bersentuhan dengan benda-benda yang terdapat di sekitar danau, maka kemungkinan besar Akseyna memang dibunuh.
Quote:
Hal KETIGA
------------------------------
Jika Akseyna melakukan bunuh diri, dia diduga akan menenggelamkan diri pada malam hari agar tidak ada orang yang melihatnya. Namun, pada malam hari, danau Kenanga akan ramai oleh para pemancing. Oleh karena itu, dia harus turun ke danau secara perlahan agar suara yang dia timbulkan tidak akan terdengar oleh para pemancing yang berada di seberang danau. Selain itu, hari dimana Akseyna tenggelam, hujan sempat turun mengguyur daerah Jabodetabek, termasuk daerah Depok. Itu berarti tanah di sekitar danau akan basah, bahkan cenderung becek. Maka bentuk gerakan apapun akan menimbulkan suara yang bisa terdengar secara jelas jika menyentuh permukaan tanah yang becek.
Hal KETIGA
------------------------------
Jika Akseyna melakukan bunuh diri, dia diduga akan menenggelamkan diri pada malam hari agar tidak ada orang yang melihatnya. Namun, pada malam hari, danau Kenanga akan ramai oleh para pemancing. Oleh karena itu, dia harus turun ke danau secara perlahan agar suara yang dia timbulkan tidak akan terdengar oleh para pemancing yang berada di seberang danau. Selain itu, hari dimana Akseyna tenggelam, hujan sempat turun mengguyur daerah Jabodetabek, termasuk daerah Depok. Itu berarti tanah di sekitar danau akan basah, bahkan cenderung becek. Maka bentuk gerakan apapun akan menimbulkan suara yang bisa terdengar secara jelas jika menyentuh permukaan tanah yang becek.
Quote:
Hal KEEMPAT
------------------------------
Tim forensik yang melakukan proses otopsi menemukan beberapa luka memar di tubuh Akseyna, yang diduga diakibatkan oleh benda tumpul. Luka memar tersebut memang bukan berarti dia mengalami pemukulan atau penganiayaan, tapi juga bisa berarti terbentur sesuatu secara tidak sengaja. Namun, luka-luka lebam yang terdapat di bagian wajah Akseyna terutama di bagian kening, alis, dan bibir, justru dianggap tidak wajar dan diduga diakibatkan oleh pukulan tangan atau benda tumpul. Jika Akseyna melakukan bunuh diri, maka luka-luka yang dialaminya akan bersifat mulus, dan dia tidak akan mengalami luka di bagian belakang kepalanya yang mengeluarkan darah.
Hal KEEMPAT
------------------------------
Tim forensik yang melakukan proses otopsi menemukan beberapa luka memar di tubuh Akseyna, yang diduga diakibatkan oleh benda tumpul. Luka memar tersebut memang bukan berarti dia mengalami pemukulan atau penganiayaan, tapi juga bisa berarti terbentur sesuatu secara tidak sengaja. Namun, luka-luka lebam yang terdapat di bagian wajah Akseyna terutama di bagian kening, alis, dan bibir, justru dianggap tidak wajar dan diduga diakibatkan oleh pukulan tangan atau benda tumpul. Jika Akseyna melakukan bunuh diri, maka luka-luka yang dialaminya akan bersifat mulus, dan dia tidak akan mengalami luka di bagian belakang kepalanya yang mengeluarkan darah.
**************************************************

Pada awalnya, pihak kepolisian memang berpendapat bahwa Akseyna melakukan bunuh diri. Namun, dari beberapa bukti yang ditemukan, pihak kepolisian merubah pendapatnya dan menduga kuat bahwa Akseyna memang dibunuh.
Quote:
Bukti PERTAMA
------------------------------
Pihak kepolisian menemukan bukti bahwa bagian belakang sepatu kets sebelah kiri dan kanan yang dikenakan oleh Akseyna mengalami kerusakan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa dia sempat diseret oleh seseorang, sebelum dia ditenggelamkan. Karena jika Akseyna melakukan bunuh diri, maka dia akan berjalan sewajarnya dan tidak akan merusak bagian belakang sepatunya. Selain itu, sepatu kets yang dikenakannya tersebut bukan milik Akseyna sendiri. Karena berdasarkan konfirmasi dari keluarganya, Akseyna tidak mengenakan sepatu berukuran 43.
Bukti PERTAMA
------------------------------
Pihak kepolisian menemukan bukti bahwa bagian belakang sepatu kets sebelah kiri dan kanan yang dikenakan oleh Akseyna mengalami kerusakan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa dia sempat diseret oleh seseorang, sebelum dia ditenggelamkan. Karena jika Akseyna melakukan bunuh diri, maka dia akan berjalan sewajarnya dan tidak akan merusak bagian belakang sepatunya. Selain itu, sepatu kets yang dikenakannya tersebut bukan milik Akseyna sendiri. Karena berdasarkan konfirmasi dari keluarganya, Akseyna tidak mengenakan sepatu berukuran 43.
Quote:
Bukti KEDUA
------------------------------
Surat wasiat yang diduga ditinggalkan oleh Akseyna bertuliskan,
Dalam tulisan tersebut terdapat beberapa kata yang dicoret dan diganti menjadi kata yang baru. Kata "never" dicoret dan diganti menjadi kata "not", kata "ever" dicoret dan diganti menjadi kata "eternity", serta kata "me" dicoret dan diganti menjadi kata "existence".
Seorang Grafolog dari American Handwriting Analysis Foundation yang bernama Deborah Dewi menganalisa surat wasiat tersebut. Dia meragukan bahwa surat wasiat tersebut ditulis sepenuhnya oleh Akseyna. Menurutnya, surat wasiat tersebut dibuat oleh dua orang yang berbeda. Ada bagian tulisan yang memang dibuat oleh Akseyna. Namun, ada bagian tulisan yang dibuat oleh seseorang yang mencoba meniru tulisan Akseyna. Selain itu, seseorang tersebut mencoba meniru tanda tangan asli Akseyna. Deborah juga menilai ada beberapa kejanggalan di dalamnya.
KEJANGGALAN PERTAMA, kemiringan disetiap huruf pertama dari sebuah kata cenderung berbeda, tidak konsisten, dan berbentuk vertikal. Sebagai contoh, kata "for" yang ditulis sebanyak tiga kali dalam surat wasiat tersebut. Kata "for" pertama, huruf "f"nya tidak ditulis miring. Sedangkan kata "for" kedua, huruf "f"nya ditulis miring. Sedangkan tulisan tangan asli Akseyna selalu menggunakan huruf miring secara konsisten pada huruf pertama disetiap kata, dan kemiringannya cenderung berbentuk diagonal ke arah kanan.
KEJANGGALAN KEDUA, penggunaan spasi yang berbeda antara tulisan di dalam surat wasiat dan tulisan tangan asli Akseyna. Spasi dalam tulisan di dalam surat wasiat tampak lebar, sedangkan spasi dalam tulisan tangan asli Akseyna lebih sempit.
KEJANGGALAN KETIGA, perbedaan jarak dari kata yang mengandung huruf berbuntut. Dalam tulisan tangan asli Akseyna, sebuah kata yang mengandung huruf berbuntut berjarak empat garis sejajar antara huruf besar dipaling depan kata dengan sebuah huruf yang berbuntut dikata tersebut. Sedangkan tulisan di dalam surat wasiat, garis tersebut tidak sejajar. Karena huruf berbuntut seperti "g" dan "y" dalam tulisan di surat wasiat memiliki buntut yang terlalu panjang. Hal tersebut berbeda dengan tulisan tangan asli Akseyna.
KEJANGGALAN KEEMPAT, posisi tanda tangan Akseyna. Dalam tanda tangan asli Akseyna, dia cenderung memposisikan tanda tangannya dalam sebuah garis miring. Sedangkan tanda tangan di dalam surat wasiat cenderung berada dalam sebuah garis yang datar.
KEJANGGALAN KELIMA, tata bahasa Inggris dalam surat wasiat tersebut tidak beraturan. Menurut keluarganya, Akseyna memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang baik karena sudah terbiasa membaca jurnal ilmiah dan novel-novel berbahasa Inggris, serta menonton film-film berbahasa Inggris tanpa subtitle. Bahkan sewaktu SMP, Akseyna sudah memperoleh TOEFL dengan nilai 433.
Bukti KEDUA
------------------------------
Surat wasiat yang diduga ditinggalkan oleh Akseyna bertuliskan,
Quote:
"Will not return for eternity, please don't search for existence, my apologies for everything".
"Will not return for eternity, please don't search for existence, my apologies for everything".
Dalam tulisan tersebut terdapat beberapa kata yang dicoret dan diganti menjadi kata yang baru. Kata "never" dicoret dan diganti menjadi kata "not", kata "ever" dicoret dan diganti menjadi kata "eternity", serta kata "me" dicoret dan diganti menjadi kata "existence".
Seorang Grafolog dari American Handwriting Analysis Foundation yang bernama Deborah Dewi menganalisa surat wasiat tersebut. Dia meragukan bahwa surat wasiat tersebut ditulis sepenuhnya oleh Akseyna. Menurutnya, surat wasiat tersebut dibuat oleh dua orang yang berbeda. Ada bagian tulisan yang memang dibuat oleh Akseyna. Namun, ada bagian tulisan yang dibuat oleh seseorang yang mencoba meniru tulisan Akseyna. Selain itu, seseorang tersebut mencoba meniru tanda tangan asli Akseyna. Deborah juga menilai ada beberapa kejanggalan di dalamnya.
KEJANGGALAN PERTAMA, kemiringan disetiap huruf pertama dari sebuah kata cenderung berbeda, tidak konsisten, dan berbentuk vertikal. Sebagai contoh, kata "for" yang ditulis sebanyak tiga kali dalam surat wasiat tersebut. Kata "for" pertama, huruf "f"nya tidak ditulis miring. Sedangkan kata "for" kedua, huruf "f"nya ditulis miring. Sedangkan tulisan tangan asli Akseyna selalu menggunakan huruf miring secara konsisten pada huruf pertama disetiap kata, dan kemiringannya cenderung berbentuk diagonal ke arah kanan.
KEJANGGALAN KEDUA, penggunaan spasi yang berbeda antara tulisan di dalam surat wasiat dan tulisan tangan asli Akseyna. Spasi dalam tulisan di dalam surat wasiat tampak lebar, sedangkan spasi dalam tulisan tangan asli Akseyna lebih sempit.
KEJANGGALAN KETIGA, perbedaan jarak dari kata yang mengandung huruf berbuntut. Dalam tulisan tangan asli Akseyna, sebuah kata yang mengandung huruf berbuntut berjarak empat garis sejajar antara huruf besar dipaling depan kata dengan sebuah huruf yang berbuntut dikata tersebut. Sedangkan tulisan di dalam surat wasiat, garis tersebut tidak sejajar. Karena huruf berbuntut seperti "g" dan "y" dalam tulisan di surat wasiat memiliki buntut yang terlalu panjang. Hal tersebut berbeda dengan tulisan tangan asli Akseyna.
KEJANGGALAN KEEMPAT, posisi tanda tangan Akseyna. Dalam tanda tangan asli Akseyna, dia cenderung memposisikan tanda tangannya dalam sebuah garis miring. Sedangkan tanda tangan di dalam surat wasiat cenderung berada dalam sebuah garis yang datar.
KEJANGGALAN KELIMA, tata bahasa Inggris dalam surat wasiat tersebut tidak beraturan. Menurut keluarganya, Akseyna memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang baik karena sudah terbiasa membaca jurnal ilmiah dan novel-novel berbahasa Inggris, serta menonton film-film berbahasa Inggris tanpa subtitle. Bahkan sewaktu SMP, Akseyna sudah memperoleh TOEFL dengan nilai 433.
Selain dua bukti di atas, pihak kepolisian juga harus melakukan pemeriksaan terhadap beberapa hal untuk bisa dijadikan bukti yang kemungkinan bisa mengungkap pelaku pembunuhan terhadap Akseyna.
Quote:
Hal PERTAMA
------------------------------
Dalam penyelidikan yang dilakukan oleh pihak kepolisian, didapatkan sebuah petunjuk bahwa lima buah paving block yang berada di dalam ransel milik Akseyna berasal dari kawasan masjid Universitas Indonesia. Hal tersebut memunculkan kemungkinan bahwa Akseyna dianiaya di masjid Universitas Indonesia tersebut, kemudian Akseyna dibawa dengan menggunakan motor, atau diseret hingga ke kawasan danau Kenanga. Dari masjid Universitas Indonesia ke danau Kenanga diketahui hanya berjarak kurang dari dua kilometer dan bisa ditempuh dalam waktu lima menit dengan menggunakan motor.
Kemungkinan lainnya, Akseyna dianiaya di tempat lain dan kelima paving block tersebut sengaja diambil oleh pelaku dari kawasan masjid Universitas Indonesia. Terlepas Akseyna dianiaya di masjid Universitas Indonesia tersebut atau di tempat lain, namun pihak kepolisian harus memeriksa CCTV kalau-kalau ada kamera pengawas yang dipasang disana, untuk mengetahui apakah Akseyna memang dianiaya di masjid Universitas Indonesia, dan untuk mengetahui orang yang sudah mengambil lima buah paving block.
Hal PERTAMA
------------------------------
Dalam penyelidikan yang dilakukan oleh pihak kepolisian, didapatkan sebuah petunjuk bahwa lima buah paving block yang berada di dalam ransel milik Akseyna berasal dari kawasan masjid Universitas Indonesia. Hal tersebut memunculkan kemungkinan bahwa Akseyna dianiaya di masjid Universitas Indonesia tersebut, kemudian Akseyna dibawa dengan menggunakan motor, atau diseret hingga ke kawasan danau Kenanga. Dari masjid Universitas Indonesia ke danau Kenanga diketahui hanya berjarak kurang dari dua kilometer dan bisa ditempuh dalam waktu lima menit dengan menggunakan motor.
Kemungkinan lainnya, Akseyna dianiaya di tempat lain dan kelima paving block tersebut sengaja diambil oleh pelaku dari kawasan masjid Universitas Indonesia. Terlepas Akseyna dianiaya di masjid Universitas Indonesia tersebut atau di tempat lain, namun pihak kepolisian harus memeriksa CCTV kalau-kalau ada kamera pengawas yang dipasang disana, untuk mengetahui apakah Akseyna memang dianiaya di masjid Universitas Indonesia, dan untuk mengetahui orang yang sudah mengambil lima buah paving block.
Quote:
Hal KEDUA
------------------------------
Ayah Akseyna menerima surat wasiat yang diduga ditulis oleh Akseyna sendiri dari salah satu mahasiswa yang mengaku sebagai temannya, ketika ayah Akseyna mendatangi gedung FMIPA jurusan Biologi Universitas Indonesia untuk mencari tahu tentang keberadaan Akseyna. Surat wasiat tersebut kemudian diserahkan pada pihak kepolisian.
Kepada pihak kepolisian, ayah Akseyna meminta surat wasiat yang ditemukan oleh teman Akseyna yang bernama Jibril tersebut diperiksa. Dengan begitu, pada surat wasiat tersebut akan diketahui sidik jari dari penulisnya yang kemungkinan bukan Akseyna.
Hal KEDUA
------------------------------
Ayah Akseyna menerima surat wasiat yang diduga ditulis oleh Akseyna sendiri dari salah satu mahasiswa yang mengaku sebagai temannya, ketika ayah Akseyna mendatangi gedung FMIPA jurusan Biologi Universitas Indonesia untuk mencari tahu tentang keberadaan Akseyna. Surat wasiat tersebut kemudian diserahkan pada pihak kepolisian.
Kepada pihak kepolisian, ayah Akseyna meminta surat wasiat yang ditemukan oleh teman Akseyna yang bernama Jibril tersebut diperiksa. Dengan begitu, pada surat wasiat tersebut akan diketahui sidik jari dari penulisnya yang kemungkinan bukan Akseyna.
bersambung ke #2..

Sekian, dan terimakasih.
*
*
*
*
*
sumber 1, sumber 2, sumber 3, sumber 4, sumber 5, sumber 6, sumber 7, sumber 8, sumber 9, sumber 10, sumber 11, sumber 12, sumber 13, sumber 14, sumber 15, sumber 16, sumber 17, sumber 18, sumber 19, sumber 20, sumber 21