c4punk1950...Avatar border
TS
c4punk1950...
Cinta Membutakan Hati (CoC SFTH 2022, Tema CLBK)


"Apa ini?" tanya Aji. Gulungan kertas usang, yang berada di sebuah lemari meja kini ia pegang. Pikirannya menerawang mengingat masa lalu, dimana hatinya terpana pada seorang wanita.

Secara perlahan ia membuka gulungan usang itu. Lalu mulai membacanya di dalam hati. Matanya mulai berkaca-kaca. Dadanya berdegup seperti orang sedang berlari. Lirik demi lirik, membuat pikirannya melayang.


Quote:



Quote:


"Cinta ...." Ia memanggil sebuah nama. Yang sudah terkurung sejak lama dihatinya. Namun sayang, karena perbedaan ekonomi membuat dirinya menderita.

Tapi sekarang, ketika dirinya sudah mapan dan memiliki apa yang ia citakan. Cinta itu malah menghilang, tak ada kabar berita. Hanya ada catatan sebuah nomor ponsel yang tak pernah aktif lagi.

Ia ingin bertanya pada sang bintang, namun sang bintang hanya berkerlip syahdu. Ia ingin bertanya pada sang rembulan, tetapi sang bulan nampak malu memperlihatkan wajahnya di dalam awan hitam yang mulai datang.

Ia kembali terduduk, dan menatap langit malam. Seakan ingin bercerita betapa merindunya mengharap Cinta yang tak kunjung datang.

"Ayah! Uhuk ... uhuk ...." Seorang wanita muda mendekati Aji. Dirinya terlihat lemah, dengan mata cekung dan kulit yang pucat.

"Intan! Aku kan sudah bilang, kamu jangan banyak jalan. Kenapa sih bandel, " Aji memeluk Intan dengan lembut. Membawanya kembali ke tempat tidur dengan perlahan.

"Kamu sudah baca puisi itu?" Matanya seakan ingin menyelidik. Tapi sebelum ia bertanya lebih jauh Aji pun mengangguk. "iya, sudah! Baru saja, apakah itu puisi dari Cinta?"

Intan hanya tersenyum manis, dan mengangguk walau dalam dadanya ada gemuruh cemburu. Tapi, ini semua yang ia sudah rencanakan. Dirinya tak akan mundur lagi walau hanya selangkah, baginya Aji adalah suami yang baik dan pengertian. Sedangkan Cinta adalah sahabat baiknya, namun karena ego orang tuanya yang melihat Aji saat itu bukanlah siapa-siapa membuat hubungan mereka harus terluka.

"Kamu masih mencintainya?" Suara Intan terdengar pelan namun penuh dengan kepasrahan. Aji pun menatapnya lembut, ada rasa bimbang di dada. Apakah harus jujur atau berbohong.

"Tidak! Aku hanya mencintaimu saat ini, " Aji berkata sambil merengkuh Intan dan memeluknya dengan penuh kasih sayang. Tubuhnya bergetar, ia takut kalau Intan tahu dirinya berbohong.

"Ayah ...." Intan mendekap sangat erat lelaki yang ada dihadapannya. Walau ia tahu suaminya berbohong, untuk itu ia semakin mantap dengan rencananya.

Tiba-tiba, " Uhuk ... uhuk ...." Batuk Intan mengeluarkan darah. Aji terlihat panik, ia segera melarikan Intan ke rumah sakit.


------------------

Di lorong rumah sakit, Aji hilir mudik tak tentu arah. Wajahnya gelisah, hatinya berdebar, ia takut kalau Intan meninggalkan dirinya seorang diri.

Intan sudah lama menderita akibat kanker paru-parunya yang tak kunjung sembuh, bahkan semakin hari sakitnya semakin parah.

Aji ingin menemaninya di UGD, tapi ia tak sanggup bila melihat darah. Ketika Intan batuk darah seringkali membuat kepalanya pusing, perutnya sedikit mual. Tapi itu semua ia tahan, karena Intan yang mau menerima dirinya apa adanya.

Tatapannya kini nanar menghadap sang malam. Dirinya terus berdo'a untuk kesembuhan istrinya. Air matanya mulai tertahan di kelopak mata. Aji tahu ia sangat mencintai istrinya.

Pikirannya kembali ke masa lalu, dimana ketika Cintanya telah pergi, Intan selalu ada untuk mendengar curahan hatinya. Namun lambat laun, Intan juga yang menjadi tambatan hatinya. Mereka berjuang bersama, dalam suka maupun duka.

Ketika ia ingin berbalik, "aduh!" Aji menabrak seorang wanita dengan balutan putih khas dokter rumah sakit. Wanita itu hampir terjatuh, namun dapat ditahan oleh Aji.

Wanita itu matanya terbelalak kaget melihat Aji, dirinya seperti sangat mengenal sosok pria yang menabraknya.

Begitu juga dengan Aji, tubuh yang ia tahan terasa familiar. Bau harum parfum yang dikenakan persis sama dengan wanita pujaan hatinya.

Lalu ia melihat name tag yang dikenakan bertuliskan "Cinta Indrawati" membuat dirinya hampir melepas pegangannya.

Tubuh Aji bergetar, lidahnya kelu, terlebih ketika wanita itu mengucapkan namanya. "Aji, kamu disini?"

Aji tak mempedulikan apa yang ditanyakan wanita itu, ia malah bertanya balik. "Cinta, apa kabarmu?" Aji terlihat gugup, ketika ia bertanya pada wanita cantik di hadapannya.

Rasa canggung menyergap mereka berdua, namun Aji dapat menguasai keadaan. "Maaf Cinta, aku harus melihat keadaan Intan, " wanita itu terasa bingung, dengan apa yang diucapkan Aji. "maksud kamu Intan Pujiyanti, sahabatku?" Ia menahan lengan Aji yang ingin pergi.

"Iya, Cinta! Sekarang, dia adalah istriku," Cinta mendadak kaget, karena pernikahan sahabatnya dengan Aji sama sekali tak pernah ia dengar. "Aji, kamu sudah menikah?"

"Iya, Cinta! Setelah kamu pergi, aku sempat putus asa. Namun aku bangkit dan mewujudkan apa yang di inginkan orang tuamu, namun setelah semua tercapai kamu sudah menghilang tanpa jejak, " ucap Aji lirih mengingat hal terburuk di benaknya.

"Maafkan aku Aji, sejak saat itu aku pindah ke Surabaya! Dan orang tuaku melarang bertemu denganmu. Setelah aku lulus kuliah kedokteran, aku baru ditugaskan di rumah sakit ini." kata-katanya tertahan, seakan memendam luka yang teramat dalam. Luka penuh harap, bahwa kesetiaannya dapat terbalas tapi kenyataannya tidak seperti yang disangkakan.

Ketika Aji hendak berjalan, Cinta perlahan memeluk Aji dari belakang. "Aji, aku masih mencintaimu!" Kata-kata itu bagaikan petir di siang bolong. Menampar semua perasaan yang terpendam, tapi disinilah ujian untuk dirinya. Walau cinta lama bersemi kembali tetap saja tidak mungkin. Aji, sosok lelaki yang setia dan tak ingin mengecewakan istrinya yang luar biasa.

"Maaf Cinta, aku tak bisa. Aku sudah punya Intan, dia kini sedang terbaring sakit. Dia butuh aku Cinta," Aji menurunkan tangan Cinta, seketika Cinta pun panik.

"Sakit! Dia sakit apa?" Wajahnya terlihat cemas, karena dari lubuk hatinya ia juga merindukan sahabatnya.

"Kanker paru-paru, saat ini masih di UGD, dia ...." belum usai Aji berkata, Cinta langsung bergegas ke UGD. Aji hanya dapat mengekor di belakangnya.

-----------------------

Intan saat ini sudah berada di sebuah kamar kelas 1, semuanya itu sudah diurus oleh Cinta. Kini wanita itu sedang menatap Intan yang masih lemas.

Dia tahu sahabatnya tak akan bertahan lama, kanker yang di derita sudah memasuki stadium 3. Dia menyesal, karena orang tuanya yang pindah mendadak membuat banyak kehilangan orang yang ia cintai.

"Intan, kamu sudah baikan?" Perasaanya sangat khawatir dengan sahabatnya itu. Intan tersenyum, "akhirnya aku menemukanmu Cinta, aku tahu kamu disini," Cinta merasa bingung, apa maksud perkataan sahabatnya.

"Cinta, aku sudah lama mencarimu! Dan, seminggu yang lalu aku dengar kabar kamu berada di rumah sakit ini. Awalnya aku ingin bertemu, tapi tubuhku kian melemah. Sepertinya aku sudah tak sanggup lagi untuk bertahan, maukah kamu menjaga Aji untuk selamanya?"

"Apa maksudmu?" Cinta bingung dengan kata-kata Intan. "Kau pasti mengerti maksudku, nikahlah dengan Aji, aku merestuinya. Dia berhak untuk bahagia."

Cinta terdiam, tak dapat berkata. Ia menatap sahabatnya dengan rona tak percaya. Sementara Aji, yang berada di balik tembok ruangan itu. Dirinya yang mendengar kata-kata Intan menjadi emosi. Aji masuk ke dalam, dengan tatapan tajam kepada kedua wanita yang dihadapannya. "Intan Pujiyanti, apa dirimu sudah gila?"

"Ayah! Kamu mendengarnya? Tolong! Ini adalah permintaan terakhirku, aku ingin kamu bahagia. Kamu masih mencintainya, jangan tutup dirimu, Yah ...."

"Tidak ... tidak, Intan. Aku mencintaimu hingga maut memisahkan kita," terlihat wajah Intan semakin pucat. Nafasnya mulai tersenggal, Aji mendekatinya lalu memeluk istrinya penuh cinta.

Sedangkan Cinta hanya bisa terisak melihat sahabatnya yang berada di ambang maut, "Intan ucapkan syahadat! Aku janji, akan menuruti apa permintaanmu," Aji terus memeluk Intan.

"Janji, " ucap Intan lemah. "Ya, aku janji, " jawab Aji. Lalu Intan mengucapkan dua kalimah syahadat sangat perlahan "Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah". Lalu Intan pun menghembuskan nafas terakhirnya. Sementara Aji, menangis ditinggal istrinya yang ia sayangi.


--------------

Sudah lima tahun waktu telah berlalu, kicauan burung di atas pohon rindang yang menaungi sebuah makam menambah syahdu suasana sore itu.

Aji menatap pusara Intan. Dia membersihkan rumput ilalang yang menganggu, sambil terus berkata "Aku mencintaimu sayang, sangat mencintaimu! Kenapa kamu pergi lebih cepat, apa salahku?"

Aji terus meratapi pusara yang ada dihadapannya. Sambil mengeluarkan air mata yang tak sanggup ia bendung lagi.

Sementara itu dari kejauhan, nampak sepasang mata memandang mantan kekasihnya. "Aji, kamu sosok yang setia, maafkan aku karena cinta telah membutakan hatiku. Hingga kini aku masih mengharapkanmu, walau sudah berapa kali kau menolakku. Aku akan tetap setia menanti kamu membuka diri."

Cinta pun perlahan pergi meninggalkan pemakaman dengan hati yang terluka. Sementara Aji, ia tetap bersimpuh walau saat ini janjinya belum bisa ditepati.

Tak semudah itu membuka diri, Intan sudah membuat hatinya buta karena cinta. Aji hanya terus berkata yang sama di depan pusara "aku mencintaimu, sayang!"


End



Terima kasih yang sudah membaca cerpen ini sampai akhir, bila ada kritik silahkan disampaikan dan semoga cerpen ini bermanfaat, tetap sehat dan merdeka. See u next thread.

emoticon-I Love Indonesia



"Nikmati Membaca Dengan Santuy"


Tulisan : c4punk@2022

emoticon-Rate 5 Staremoticon-Rate 5 Staremoticon-Rate 5 Star








Diubah oleh c4punk1950... 25-06-2022 03:01
bukhoriganAvatar border
provocator3301Avatar border
provocator3301 dan bukhorigan memberi reputasi
19
2.2K
99
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.