armerry92Avatar border
TS
armerry92
Part 2 Merenggut Keperawanan Vanessa
“Sial! Kau sudah basah!” Rafael menggeram kala jemarinya merasakan kelembaban di area kewanitaan Vanessa. Dengan gerakan cepat, ia mengambil posisi di kedua kaki Vanessa.

“Jangan Tuan! Saya mohon, jangan lakukan ini.” Vanessa serta merta bangkit dan menahan tangan Rafael yang memegang kedua kakinya.

Gigi pria yang diselimuti gairah itu menggeletuk dan sesaat kemudian ia menyerang bibir Vanessa dengan brutal.

Vanessa meronta dengan sisa-sisa tenaga yang ia miliki. Namun, semuanya menjadi sia-sia. Melawan seorang pria bertubuh besar dan tinggi bukanlah hal yang mudah. Apalagi pria itu berselimut kabut gairah yang liar.

“Tidak. Tolong lepaskan aku! Aku bukan jalang.” Teriakan itu hanya menggema di batin Vanessa. Pria yang kini memanggut liar bibirnya tak memberikan jeda sedikit  pun. Terus menekan dan menuntut pembalasan.

Bercinta dengan seorang gadis perawan memang menyita kesabaran seorang Rafael Aditya Syahreza. Pria yang biasanya dipuaskan dan dipuja wanita itu harus bersabar untuk menuntun pergerakan gadis yang belum tersentuh untuk memuaskan hasratnya.

Hal itu tentu saja menjadi tantangan tersendiri. Apalagi jika gadis itu seperti Vanessa yang malah memberontak dan tak mengijinkan ia menyentuhnya.

Geraman dari bibir Rafael menggema. Sekali lagi perawan di dalam dekapannya masih meronta dan tak membuka mulutnya. Padahal ia ingin menikmati setiap rasa di dalam mulut gadis itu.

“Buka mulutmu, Gadis Sialan!” seru Rafael dengan tatapan tajamnya ketika ia melepaskan bibirnya. Apa-apaan gadis tak tahu diri ini? Apa dia tidak bisa luluh dengan ketampanannya?

Biasanya, meski dengan perawan sekalipun, gadis mana pun akan takluk hanya dengan melihat kedua matanya. Belum lagi jika ia menjanjikan nominal uang dan kepuasan.

Akan tetapi, kenapa perawan yang satu ini malah membangkang? Seolah menghindarinya?

Darah dalam tubuh Rafael mendidih. Ia merasa terhina dengan penolakan Vanessa yang terang-terangan itu. Dan jangan katakan jika seorang Rafael Syahreza tidak bisa mendapatkan apa yang ia inginkan.

Dengan tatapan nyalang ia mengunci semua pergerakan Vanessa. Menindih gadis itu dan memberikan dua pilihan yang sama-sama tak menguntungkan.

“Pilihlah! Kau minta disiksa sebelum bercinta atau setelahnya?” Sorot mata hitam bak elang yang mencabik-cabik itu tertuju kepada Vanessa. Membuat gadis itu membeku.

Perih. Ia tak bisa memilih salah satunya. Karena semua sama-sama tak ia inginkan. Untuk itu ia bungkam.

Plak

Satu tamparan mendarat di pipi Vanessa sebelah kiri. Kerasnya pukulan itu membuatnya menoleh.

Sakit. Rasanya tak pernah Vanessa bayangkan.

‘Kenapa ia harus merasakan hal ini, Tuhan? Kesalahan apa yang telah kuperbuat hingga mendapatkan hukuman seperti ini?’

Pertanyaan itu hanya terngiang di benak Vanessa. Menyadari bahwa ia tak bisa mundur untuk melawan pria itu, ia memejamkan mata. Menerima takdir yang ada di depan mata.

Emosi di benak Rafael semakin memuncak kala Vanessa tak kunjung memberikan jawaban. Bahkan, dengan beraninya gadis itu memejamkan mata. Yang mana menjadi satu penghinaan untuk pria itu.

Seringai berbalut emosi bertakhta  di sudut bibir Rafael. “Jadi kau memilih pilihan pertama? Menginginkan siksaan sebelum menjemput kenikmatan?”

Tangan pria berdada telanjang itu kemudian beralih mencekik leher Vanessa hingga gadis itu meronta dengan mata membelalak.

Vanessa terkejut dengan gerakan tiba-tiba itu. Kuatnya cekikan di lehernya membuat ia tak bisa berteriak atau memohon ampunan.

“Aku sudah memberimu pilihan. Dan kau tak memanfaatkannya dengan baik.” Rafael mendekatkan wajahnya. Berpaling kemudian di dekat telinga Vanessa. Memberikan gigitan kecil yang seiring waktu berubah menjadi brutal.

“Tolong!” Jeritan itu hanya bisa menggema di dalam batin Vanessa.

Bibir Rafael turun ke leher jenjang Vanessa. Ia mengisap kulit putih mulus dengan liar dan penuh tekanan. Meninggalkan banyak tanda kemerahan sebagai pelampiasan emosi yang bercokol di hatinya.

Belum pernah Rafael semarah ini ketika ia sedang bergairah. Biasanya ia akan bersikap layaknya manusia normal yang ingin bercinta, meskipun ada penyiksaan sebagai bumbu penyedapnya.

Perlahan tangan Rafael yang mencekik leher Vanessa melonggar. Kesempatan itu digunakan Vanessa untuk menghirup udara dengan rakus. Napasnya masih tersengal diiringi suara batuk berkali-kali yang menyiksa.

“Ayah, tolong aku?” lirih Vanessa dalam hati seraya menetralkan kembali debaran dadanya karena ketakutan.

Mata hitam Rafael kembali membidik Vanessa. Menghunjam dengan tajam dan tanpa ada rasa iba.

“Jadi .... masih mau membangkang?” Pertanyaan itu masih dengan nada yang sama. Dingin dan datar.

“Sa-saya bukan seorang jalang, Tuan,” ujar Vanessa dengan bibir bergetar. Ia masih ingin mempertahankan diri meskipun itu mustahil baginya.

Seketika tawa mengerikan menggema di kamar hotel itu. Siapa lagi pelakunya jika bukan pria yang menindih tubuh Vanessa.

“Apa kau bilang? Bukan seorang jalang?” Tawa Rafael lenyap digantikan sorot penghakiman. Layaknya memang hanya dirinyalah yang bisa memutuskan status pada diri Vanessa.

Yakin, Vanessa mengangguk dengan harapan masih ada kesempatan untuk bernegosiasi. Tapi, ia salah. Pria yang memiliki gairah liar seperti Rafael hanya akan bisa dilunakkan dengan bahasa tubuh. Atau lebih tepatnya percintaan panas yang membuatnya candu.

Namun, selama belasan tahun lamanya pria bergairah liar itu tak menemukan wanita yang mampu melakukan itu.

“Kalau begitu ...” Membidik kedua mata Vanessa, pria yang sepenuhnya berhasrat itu menekankan setiap ucapannya. “... aku yang akan menjadikanmu seorang jalang.”

Bagai ada sebilah belati yang menghunjam hati Vanessa kala itu. Sakit dan perih. Namun, tak terlihat.

“Jadi ... bersiaplah menerima takdirmu malam ini. Aku yakin ...” Mata hitam Rafael menyusuri keindahan yang sejenak memikatnya. Pada bibir, hidung, dan kedua payudara yang terpampang di hadapannya. “... kau akan menjerit puas ketika aku memberikan hunjaman terbaik, pada kewanitaanmu sebagai pengalaman pertamamu.”

Begitulah pria itu adanya. Kejam dan tak memedulikan orang lain. Selain itu, ia adalah sosok yang tak mau dibantah. Apa pun itu. Keputusannya adalah mutlak.

Air mata mengalir begitu saja di kedua sudut mata Vanessa. Gadis dengan bibir bergetar, diiringi ketakutan itu hanya bisa berteriak dalam hati tatkala bibir Rafael kemudian menyerangnya brutal.

Pria yang sudah dikuasai gairah itu tak memberi jeda sedikit pun. Melumat sesuka hati. Menekan dengan semua kekuatan yang ia miliki.

Tangan Vanessa terkunci oleh Rafael yang sigap seiring pergerakan bibirnya yang kemudian turun ke leher. Mengisap hampir seluruh permukaan dada atas Vanessa, sebelum pada akhirnya meraup puting payudaranya yang telah menegang.

Vanessa merasakan ada yang salah pada tubuhnya ketika mulut hangat Rafael menenggelamkan putingnya. Rasa geli itu membuat gadis yang belum dijamah pria mana pun menggerakkan kedua kakinya, gelisah.

Ada desakan bertubi-tubi yang tak bisa dijelaskan. Bahkan ia merasakan dengan pasti denyutan di area kewanitaannya.

Berganti dari puting yang satu ke lainnya, Rafael seperti tak pernah puas merasakan rasa manis yang ditawarkan. Ini aneh dan baru pertama kali ia rasakan.

Mengabaikan pemikiran itu, tangannya kemudian bergerak turun. Menyentuh kewanitaan Vanessa.

“Buka pahamu!”

Perintah mutlak itu ingin dibantah, tetapi, tenaga Vanessa tak sekuat itu. Tangan besar Rafael memaksa untuk membuka paha Vanessa dengan kasar.

Tak kunjung mendapatkan apa yang diinginkan, Rafael melepaskan puting Vanessa dalam satu tarikan ketat yang membuat gadis itu melenguh.

“Kau memang seorang pembangkang,” desis Rafael tajam. Tanpa aba-aba kedua tangannya bergerak bersamaan. Membuka kedua paha itu dengan paksa. Kemudian menekuknya ke atas membuat pekikan tertahan keluar dari bibir Vanessa.

Jakun Rafael naik turun melihat betapa basahnya area kewanitaan Vanessa. Ia tak sabar untuk melesakkan kejantanannya yang telah berdenyut dan tegang ke dalam sana.

Maka, tak butuh waktu lama ia menarik handuk yang masih bertengger di pinggangnya. Meraih kejantanan yang sudah berdiri tegak itu dan menggesekkan pada permukaan kewanitaan Vanessa.

“Jangan lakukan ini!” Lirihan Vanessa yang tak sampai ke telinga Rafael menjadi tak berarti karena sesaat kemudian Pria itu menghunjamkan kejantanannya tanpa peringatan.

“Arghh!”

Rafael mengerang tatkala kejantanannya sudah sepenuhnya masuk ke dalam kewanitaan Vanessa. Otot-otot di dalam sana terasa mencengkeram miliknya dengan liat dan erat. Menciptakan sensasi warna-warni yang sulit dideskripsikan dengan kata-kata.

“Sial! Ini sangat sempit sekali,” erang Rafael yang masih menikmati sensasi yang menyergap kejantanannya. Tak ingin menahan terlalu lama, ia pun kemudian bergerak. Menghunjamkan miliknya perlahan dan seiring waktu menjadi kasar dan liar.

Rasa yang Rafael rasakan benar-benar di luar akal sehatnya. Ini bukan pertama kalinya ia membuka segel seorang perawan. Tapi, kali ini rasanya sulit dijelaskan.

Mengabaikan rintihan kesakitan Vanessa disertai air mata yang mengalir, Rafael menghunjamkan kejantanannya. Menikmati cengkeraman kewanitaan yang membuatnya gelap mata lebih lama.

Ia menindih Vanessa. Menempelkan tubuh polos mereka. Gerakan pinggulnya semakin liar tatkala gelombang kenikmatan itu membayang di pelupuk mata.

“F*ck!” umpat Rafael karena terlalu menikmati aktivitas seksualnya. Gila. Ini benar-benar gila dan tak pernah ia bayangkan. Mengapa bisa sesempit ini?

Tak lama kemudian ia tak lagi bisa menahan kala ledakan itu datang. Meluluhlantakkan tulang-tulang di dalam dirinya.

Tubuhnya hancur berkeping-keping karena ledakan kenikmatan itu menyergap kuat di dalam kejantanannya. Cairan cinta yang berjumlah tak sedikit itu pun tumpah di titik terdalam.

Terlalu terpikat oleh tubuh Vanessa, ada satu hal yang Rafael lupakan sepanjang sejarah ia menggauli wanita.  Adalah satu benda yang tak pernah ia lupakan untuk dipasang di kejantanannya.

.

.

.

Bersambung ....

https://actweb-id.cdreader.com/appsh...5414&corever=2

[URL=

[url]https://actweb-id.cdreader.com/appshare/?bookid=4235414&corever=2][/url][/URL]
0
1.3K
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Buku
Buku
icon
7.7KThread4KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.