MnsukraAvatar border
TS
Mnsukra
Bunga Layu Di Tepian Matamu


Sumber Gambar : TanteTati from pixabay.com

Kali ini ia ingin bicara seraya menyampaikan tentang isi hati, yang memang selama ini menjadi biang dari sekian banyak urat-urat nadi amarah.

Bahkan persoalan mengenai cinta-kasih kepada siapa pun pernah mengalami patah hati, atau sedang patah hati sekalipun.

Tidak! Ini lebih tepatnya kepada kalian semua yang pernah terjerumus kepada sistem cinta yang memperbudak semua orang dari segi manapun mereka berpikir dan mengalami perubahan drastis dalam hidupnya, atau lebih tepatnya bagi mereka yang masih gagal move-on. 

Bunga telah layu di tepian matamu, kala tidak lagi bersinar terang di awal purnama, tengah malam, bahkan siang hari terang benderang.

Kau; Pria atau wanita. Bukan lagi dambaan yang senantiasa berkutat pada cinta pandangan pertama, pada waktu yang pernah kalian habiskan bersama-sama, pada janji-janji yang pernah kalian ucapkan, tapi takdir telah muak melihat kalian seperti pendosa yang sering bermalam di remang-remang,  pun menepi di pinggiran gelap, area panorama indah dunia yang tidak habiskan takjubkan mata kalian. 

Ada kalanya sepasang mata kalian menelisik satu sama lain, memeriksa kedalaman arti dari dirimu di hati, lalu melampiaskan segalanya dengan penuh rasa, kenikmatan, atau apalah dalam imajinasi liar orang-orang. 

Kau, dan dia menjadi gila seperti terbuai di alam terbuka, mendengar lirih-lirih, dan desah yang terhalang ombak pantai, di lautan yang mana bukit tinggi menjadi saksi, penonton di semak-semak. 

Kau nakal, dia nakal, kalian saling memadu kasih dalam sosialita, kemesraan panjang — nagih-nagih.

Anggaplah dia tanya kabar, dan memantau seluruh aktivitas mu, ibarat malaikat mungkar nangkir.

Kau selalu di awasi. 

Lalu, kemudian muncul orang ketiga, di antara kalian.

Anggaplah mengganggu ingin merebut dirimu, atau dia yang ingin direbut orang lain.

Maka terjadilah konflik, kecemasan, was-was, kesedihan, amarah, emosi, khawatir, takut, dan segalanya bercampur aduk, tapi kalian tak pernah tahu ada dimana posisi kalian dalam menghadapi situasi, yang memang tidak terpungkiri hal tersebut, cepat atau lambat bakal kalian alami. Dan kalian lupa untuk mengantisipasinya bagaimana. 



Ada sebagian pasangan, ia jumpai dengan lika-liku, hubungan yang carut-marut, putus nyambung. Namun, endingnya pelaminan biru. 


Ada pula yang penuh drama, saling tangis-menangisi, marah-memarahi, emosi. Dan tak lupa meninggikan maaf sebagai bentuk penyelesaian, tapi kadang itu berhasil, kadang kandas juga. 


Ada yang nggak ada kabar di mata teman-temannya, baik teman dekat maupun jauh, tau-tau kasih kabar bahagia. 


Ada pun yang mesti ber-LDR-an sepanjang waktu, terombang ambing oleh ganasnya gempuran ombak perselingkuhan, tanpa keterangan.

Atau pun diterangkan, penuh kesalahpahaman.

Namun itu hanya ujian yang semata-mata menguatkan satu sama lain, dan mungkin hal semacam itu terjadi pada sebagian orang, dan sebagian lagi harus pupus, memendam rasa patah hati yang kian terkubur, termakan ulat-ulat dan menyisakan tulang belulang yang masih utuh. 

Dan terakhir ia memilih sendiri, sendiri menganggap semuanya teman, baik wanita maupun pria dengan segala apa adanya dirinya, sebab ia tahu.

Setiap hubungan bukan untuk di sia-siakan, bukan untuk dipermainkan, bukan untuk sekedar pelampiasan.

Namun, meskipun begitu orang-orang merasa salah kaprah dengan segala perhatian baiknya, segala bantuannya, segala pendapatnya.

Pun dia sendiri yang menyiksa dirinya, untuk menahan semua perasaan yang kian hari timbul, menguat, mengganggu tidur, hari-hari, yang mana tidak terlampiaskan seperti di beranda sosial media. 

Ia sendiri, lebih memilih mematah patahkan hatinya sendiri, ketimbang dipatahkan oleh orang lain yang telah bahagia bersama kekasihnya, pasanganya, lalu melupakanya saat itu juga, suka tak suka, ia tanggung sendiri akibatnya. 


Kadang-kadang pun ia tidak bisa melupakannya untuk waktu yang lama, untuk kenangan yang kuat dan pernah terpatri ke tulang-belulang putih — tak lagi putih sebenarnya, jiwanya sakit dengan sekian napas sesal yang tak lagi terucap, maka ia memilih menulis kisahnya sendiri.

Buat dikenang orang-orang, buat dirasakan orang-orang.

Agar di suatu hari nanti ada lagi yang patah hati, dan mampu mengobati lukanya sendiri melalui tulisan kecil ini. 

Bunga layu di tepian matamu, tidak lagi berwarna cerah, secerah mentari pagi yang sengaja dilenyapkan oleh mata terpejam.

Apalagi mimpinya yang terenggut oleh keheningan malam sunyi, tak pernah diam. Ia nikmati gelisah,  kesepian, dan ketidaksempurnaan —  sempurna yang tak ingin dia cari lagi dari bentuk siapapun yang datang, akan datang, sosok pernah kenal atau pun tidak pernah kenal.

Semua itu hanyalah omong kosong dari rasa cinta, yang ambigu. 

"Apa kau tak butuh cinta lagi?" katanya, atau kata orang-orang. 

Cinta? kerumitan yang masih dicari lagi artinya, masih belum usai untuk diutarakan, masih terlalu dini baginya untuk mengungkapkannya.

Karena ia tahu selagi orang-orang masih anggap ia hidup, ada di benak mereka, sering dibicarakan.

Maka sesungguhnya itu jauh lebih baik dari sekedar cinta. 

Dan ia sangat takut sekali, bila setiap orang melupakan tentang keberadaan dirinya, yang memang kasat mata bila dipandang oleh mata kepala mereka sendiri.

Bahkan untuk sekedar menatap sebentar, itu pun jauh lebih menyenangkan ketimbang, membuang muka bilamana kalian bertemu di lain waktu, tempat dan takdir dimensi. 
Diubah oleh Mnsukra 02-06-2022 08:29
bukhoriganAvatar border
bukhorigan memberi reputasi
1
850
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.5KThread41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.