jongos.widodoAvatar border
TS
jongos.widodo
China Banting Harga J-10 Tapi Indonesia Tak Mau Beli dan Pilih F-15 Buatan AS
JAKARTA - China sebetulnya menyoroti pembelian F-15 Eagle II yang dilakukan Indonesia.

F-15 Eagle II bakal menjadi jet tempur idaman bagi Indonesia dan China sendiri juga kagum dengan kemampuannya.

Disebutkan bahwa F-15 Eagle II yang akan dibeli Indonesia sebagai jet tempur kualitas premium oleh China.

Pasalnya Indonesia membeli F-15 Eagle II paket komplit seharga Rp 199 triliun.

Paket komplit dimana Indonesia akan memperoleh senjata, pelatihan, dukungan suku cadang hingga logistik yang dijamin Boeing.

Pemerintah Amerika Serikat (AS) juga menjamin keberlangsungan hidup F-15 Eagle II Indonesia.

AS akan mengirim 20 kontraktor pertahanannya ke Indonesia.

20 orang tersebut akan mengurusi segala sesuatunya agar Indonesia segera bisa mengoperasikan F-15 Eagle II.

"Penjualan yang diusulkan ini akan mendukung tujuan kebijakan luar negeri dan tujuan keamanan nasional Amerika Serikat dengan meningkatkan keamanan mitra regional penting yang merupakan kekuatan untuk stabilitas politik, dan kemajuan ekonomi di kawasan Asia-Pasifik.

Penjualan yang diusulkan akan meningkatkan kemampuan Indonesia untuk menghadapi ancaman saat ini dan masa depan dengan memungkinkannya untuk memberikan peningkatan pencegahan dan cakupan pertahanan udara di domain udara dan maritim yang sangat kompleks.

Sangat penting bagi kepentingan nasional AS untuk membantu Indonesia dalam mengembangkan dan memelihara kemampuan bela diri yang kuat dan efektif," jelas dsca.mil mengutarakan maksud AS menjual F-15 Eagle II ke Indonesia.

Bagi pengamat militer China, Han Dong, pembelian Rafale dan F-15 Eagle II oleh Indonesia bakal meningkatkan kekuatan udaranya secara signifikan.

Untuk itu dirinya tak heran bila Indonesia akan menjadi negara dengan AU terkuat di Asia Tenggara.

"Pembelian dua pesawat tempur generasi ketiga dan 4,5 secara berturut-turut oleh Indonesia akan sangat meningkatkan kekuatan Angkatan Udara.

Bersama dengan F-16 dan Su-27/30 yang dibeli sebelumnya, jumlah jet tempur horizontal generasi ketiga dari Angkatan Udara Indonesia akan melebihi 100, yang merupakan terbesar di antara negara-negara Asia Tenggara. Nomor satu," ujarnya dikutip dari thepaper.cn

Negara lain kini harus mewaspadai Indonesia dengan F-15 Eagle II dan Rafale.

Bahkan China yang memakai Su-35 juga mesti waspada dengan keganasan F-15 Eagle II Indonesia.

Seorang pengamat militer China, Zhou Chenming, memperingatkan agar negaranya cermat memakai Su-35.

“Untuk belajar dari ini, Angkatan Udara China perlu hati-hati mengidentifikasi potensi masalah mekanis dengan Su-35 nya dan meningkatkan pemeliharaan,” ucap Zhou dikutip dari SCMP.

Karena lawan Su-35 China nantinya jet tempur kualitas terbaik Barat seperti F-35 dan F-15 Eagle II.

Tapi China memperingatkan Indonesia ada potensi berbahaya bila nekat membeli jet tempur dari AS.

Yakni adanya potensi dikendalikannya alutsista Indonesia oleh AS.

Contoh paling nyata saat Malaysia membeli F-18.

F-18 miliknya malah tak bisa digunakan berperang karena source code Hornet dipegang oleh AS.

"Kami tidak dapat memprogram pesawat untuk serangan apa pun terhadap negara lain tanpa mendapatkan pemrograman yang dilakukan oleh orang Amerika.

Jadi meskipun pesawatnya sangat bagus, dari segi performa mesinnya sangat bertenaga, tapi kami tidak bisa memprogram pesawat itu sendiri," ujar mantan PM Malaysia Mahathir Mohamad membeberkan keadaan F-18 negaranya dikutip dari Military Watch Magazine, Mei 2020.

Mahathir menjelaskan, bila F-18 bakal digunakan berperang maka ia harus meminta izin ke AS terlebih dahulu.

"Anda harus merujuk ke Amerika Serikat untuk menempatkan program untuk setiap serangan di negara-negara asing misalnya.

Jadi pesawat kami mahal. Kami memiliki mereka.

Namun kita (cuma) bisa menerbangkannya di pertunjukan udara (saja).

Itulah pengalaman Malaysia. Tapi saya curiga negara lain juga tidak mendapatkan sorce code-nya pesawat (buatan AS) sebenarnya bukan senjata yang bisa Anda kendalikan.

Kontrolnya ada pada Amerika," jelas Mahathir.

Di sinilah China memperingatkan bila Indonesia bisa ketiban nasib sial layaknya Malaysia.

"Indonesia pernah berminat membeli jet tempur Su-35 buatan Rusia, dan kedua negara juga telah banyak melakukan konsultasi terkait proyek pengadaan tersebut.

Su-35, sebagai peralatan tentara Rusia yang kedua setelah Su-57, dianggap sebagai pesawat generasi ketiga teratas, menjadi kekuatan militer yang besar untuk memiliki 11 Su-35 di negara-negara Asia Tenggara.

Dan harga yang diberikan oleh Rusia, harga satuan pesawat ini kurang dari 100 juta dolar AS, yang sudah sangat menguntungkan.

Selain itu, Rusia dan Indonesia juga telah mencapai kesepakatan untuk mengganti sebagian dana tersebut dengan produk pertanian seperti kopi yang lebih terjangkau bagi Indonesia," jelas media asal China, sohu.com pada 24 Desember 2021.

Satu langkah AS sudah berhasil yakni menghentikan pembelian Su-35 dan akan memasukkan F-15 Eagle II ke sistem persenjataan Indonesia.

"Kini, Amerika Serikat telah menghentikan transaksi jet tempur antara Indonesia dan Rusia.

AS mengklaim bahwa Indonesia, meskipun belum mengakuinya, telah meninggalkan pembelian jet tempur Rusia, mungkin karena takut langkah itu akan mengarah pada sanksi AS.

Salah satu cara Amerika Serikat mengendalikan sekutu atau mitranya adalah dengan menjual senjata kepada mereka dan membantu mereka membangun sistem pertahanan (dengan) perlatan buatan Amerika," jelas sohu.com.

Untuk alasan di atas itulah China menawarkan solusi murah nan praktis bagi Indonesia.

China memberikan penawaran yakni pembelian J-10 miliknya kepada Indonesia.

China akan membanting harga cukup gila demi J-10 terjual ke Indonesia.

Yakni harga 1 unit Rafale setara dengan 6 unit J-10 paket komplit!

Jadi bila Indonesia membeli 42 unit Rafale dan anggaran dialihkan untuk mengakuisisi J-10 maka Jakarta bisa memperoleh 252 unit jet tempur China tersebut paket komplit, sungguh penawaran gila dari Beijing.

"Perlu Anda ketahui, 36 unit Rafale yang dibeli India sebelumnya menelan biaya sebesar 8,7 miliar dolar AS atau setara dengan sekitar 240 juta dolar AS per harga.

Sebaliknya, harga satuan J-10 yang dibeli Pakistan Railway kali ini hanya 400 miliar dolar AS, yang berarti satu Rafale sebenarnya bernilai 6 J-10.

Dan dari segi performa, kedua pesawat memiliki kekuatan masing-masing, dan J-10 umumnya tidak kalah dengan Rafale," jelas sohu.com.

Penawaran China memang cukup gila dan Indonesia lebih gila lagi dimana mengacuhkan hal ini, tetap konsisten membeli Rafale serta F-15 Eagle II.

Dunia sampai heran dengan penolakan Indonesia dimana salah satunya dilontarkan media internasional, segye.com pada 25 Desember 2021.

"Jika itu adalah senjata dengan kualitas yang sangat baik, ia menerima banyak perhatian dari luar negeri.

Namun, hanya sedikit negara yang benar-benar mengadopsi pesawat militer buatan China.

Apa penyebab ekspor pesawat militer dari China yang dinilai baik dari segi price/performance ratio tidak seaktif yang diharapkan?," tulis Segye.com.

Indonesia kemudian memberi jawaban kenapa menolak J-10.

"Ambil contoh jika Indonesia mengimpor jet tempur J-10, tampaknya juga bisa bersaing dengan jet tempur F-15 dan jet tempur siluman F-35 milik Angkatan Udara Singapura.

Namun, pondasi pesawat tempur berukuran sedang J-10 ini dikutuk Indonesia hanya bisa menggunakannya untuk pertahanan, bukan menyerang," lapor sohu.com.

Sudah benar bagi Indonesia tetap on the track membeli F-15 Eagle II dan buang saja J-10 China.*

https://zonajakarta.pikiran-rakyat.c...agle-ii?page=7

Komen TS dibawah aja, soalnya kepanjangan
accretia8Avatar border
bukan.bomatAvatar border
bajierAvatar border
bajier dan 6 lainnya memberi reputasi
-1
2.1K
56
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
669.7KThread40.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.