• Beranda
  • ...
  • Health
  • Mengenal Lobotomi: Praktik penanganan pasien kejiwaan yang kini dilarang.

little.siriusAvatar border
TS
little.sirius
Mengenal Lobotomi: Praktik penanganan pasien kejiwaan yang kini dilarang.




Pada awal abad ke 20 orang dengan gangguan mental memiliki stigma buruk bagi keluarga mereka, masyarakat dulu percaya bahwa orang-orang ini tidak layak hidup. Itulah sebabnya orang-orang dengan gangguan mental diperlakukan sangat buruk lebih dari penjahat, mereka dikurung di penjara, disiksa, bahkan hingga dibunuh. Apakah tidak ada Rumah Sakit Jiwa pada saat itu? Ada, tapi jika seorang dengan gangguan mental dimasukan ke Rumah Sakit Jiwa, mereka hanya akan dikurung selama puluhan tahun tanpa adanya tanda-tanda kesembuhan. Setiap hari mereka diikat di ranjang, distrum (ECT), bahkan dipaksa meminum obat anti depresan tanpa maksimal dosis. Maka tidak heran pada saat itu Rumah Sakit Jiwa memiliki stigma negatif, bahkan hingga saat ini Rumah Sakit Jiwa masih menjadi mimpi buruk untuk sebagian orang.


Inilah yang mendorong António Egas Monizseorang ahli saraf asal portugal, menciptakan pengobatan untuk pasien gangguan mental tanpa harus dikurung di penjara atau masuk Rumah Sakit Jiwa, terapi ini disebut Lobotomi (Leucotomy). Prosedur bedah lobotomi, dilakukan dengan menghancurkan jaringan atau memotong jaringan-jaringan otak dalam Lobus Prefrontal yang terletak dibagian depan kepala. Praktik ini dilakukan karena ilmuwan zaman dahulu menganggap bahwa gangguan jiwa diduga disebabkan oleh emosi dan reaksi seseorang yang berlebihan. Oleh karena itu, mereka mengira dengan memotong jaringan-jaringan lobus prefrontal otak maka ini akan menghilangkan gejolak emosi dan reaksi pasien. Prosedur ini kemudian dikembangkan oleh banyak ahli bedah saraf di seluruh dunia, termasuk Walter Freeman di Amerika Serikat. Praktik lobotomi pun cukup marak dilakukan sejak 1935 hingga 1980-an.




Awalnya pasien diikat disebuah ranjang, lalu kepala pasien akan dilubangi pada bagian depan, biasanya pada bagian dahi atau pelipis dengan menggunakan bor, lalu dokter memasukan cairan etanol untuk merusak jaringan-jaringan otak bagian depan. Prosedur ini dilakukan tanpa obat bius loh gan.

Tapi seiring berjalannya waktu, para dokter merasa prosedur lama sangat beresiko dilihat dari tingkat luka yang besar dan lambatnya pemulihan, sehingga resiko kematiannya sangat besar. Akhirnya lobotomi sempat mengalami penurunan peminat, karena faktor resiko tersebut. Namun pada tahun 1945 Walter Jackson Freeman, seorang dokter asal amerika akhirnya melakukan terobosan untuk prosedur lobotomi. Ia menggunakan kawat besi untuk membuat luka yang lebih kecil.

Seorang pasien akan dibawa ke sebuah ruangan "penyiksaan" dengan diikat pada sebuah ranjang. Perawat tidak menggunakan obat bius, melainkan mengalirkan listrik pada tubuh pasien hingga ia tidak sadarkan diri (pingsan). Lalu dokter akan memasukan sebuah alat seperti penusuk panjang melalui rongga hidung atau celah mata bagian atas menembus tulang orbital hingga menyentuh bagian Lobus Prefrontal, lalu menggerakannya ke arah atas dan bawah untuk merobek selaput pelindung otak (meninges), terakhir gerakan kanan dan kiri untuk memisahkan antara kedua bagian Lobus Prefrontal.

Mengerikan? Belum gan, penderitaan pasien tidak berakhir disini. Setelah prosedur Lobotomi dilakukan, pasien akan dipindahkan ke ruang perawatan, disinilah penderitaannya dimulai.




.Jangka Pendek.

Beberapa saat setelah otak pasien mengalami trauma benda tajam, selanjutnya tubuh manusia secara alami akan merespon dengan melakukan pembekuan darah agar tubuh tidak mengalami pendarahan. Disinilah pasien mengalami pembengkakan hebat pada bola mata, bahkan tidak sedikit yang langsung mengalami lumpuh karena pembengkakan menghalangi saraf pada otak.
Sakit yang luar biasa akibat lubang dan sayatan pada kepala akan dialami selama 2 sampai 3 minggu. Penanganan yang mereka lakukan pun cukup dengan mengompres pasien menggunakan es untuk mengurangi rasa sakit yang dialami. (Inget yah gan, bukan menghilangkan, tapi HANYA mengurangi saja).

.Jangka Panjang.

Setelah melewati masa "penyiksaan" tadi, pasien memang menunjukan sikap lebih tenang dari sebelumnya. Tapi jangan senang dulu gan, karena orang tersebut bukan benar benar sembuh loh, mereka akan menjadi pasif, benar benar pasif seperti tidak merespon ketika diajak berbicara oleh orang lain bahkan oleh anggota keluarga sekalipun. Kehilangan kemampuan berbicara, tidak dapat berkonsentrasi, sering hilang kesadaran (pingsan), beberapa orang bahkan mengalami down syndrome seakan akan mereka kembali ke umur 2 tahun. Tidak sedikit pula yang mengalami komplikasi kesehatan lalu meninggal dunia.

.Pelarangan Lobotomi.

Sekitar akhir tahun 1980-an, prosedur lobotomi akhirnya diberhentikan dan dilarang dipraktikkan. Selain itu, pada tahun 1950 pengobatan terhadap ODGJ dengan obat-obatan mulai dikembangkan. Pengobatan baru ini akhirnya berhasil menggeser praktik sadis lobotomi.
Mengutip dari Psychology Today, sekarang pengobatan yang ditawarkan bagi ODGJ adalah obat-obatan antidepresan atau antipsikotik, terapi konseling, atau kombinasi keduanya.
Meskipun sampai saat ini belum ada obat atau prosedur instan yang bisa menyembuhkan gangguan jiwa, pengobatan modern saat ini jauh lebih efektif untuk mengendalikan gejala-gejala gangguan jiwa sekaligus meningkatkan kualitas hidup ODGJ.




- Lobotomi diklaim dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, mulai dari diare, sakit gigi, bahkan penyakit penyakit lain yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan Lobotomi. Oleh karena itu sekitar 1948 an peminat lobotomi mulai membludak.
- Pasien Lobotomi menjadi media untuk menghancurkan seseorang, tidak harus Memiliki Gangguan Jiwa. Anak nakal yang normal sekalipun dipaksa orang tuanya untuk melakukan prosedur ini loh, agar orang tua lebih mudah mengendalikan anaknya.
- Pencetus Lobotomi António Egas Moniz, mendapatkan penghargaan nobel loh gan. Padahal menurut banyak aktivis kesehatan seharusnya penghargaan nobelnya dicabut. Karena ia telah melakukan kejahatan medis yang sangat kejam, yang mengakibatkan ratusan ribu nyawa melayang.
- Rosemary Kennedy pernah menjalani lobotomi.
- Howard Dully salah satu pasien lobotomi yang mampu bertahan hingga sat ini, dia dilobotomi saat usia 12 tahun. Lalu ia menulis buku tentang perjalanan hidupnya setelah mengalami prosedur lobotomi, dengan judul MY LOBOTOMI.



Referensi web
Carilahmas|Wikipedia|Journal
Referensi Buku
Messing with My Head: The Shocking True Story of My Lobotomy|António Egas Moniz (1874–1955): Lobotomy pioneer and Nobel laureate
|Big Trouble Of Lobotomy|
Referensi gambar by Google
Little.sirius•Bandung•19 Mei 2022
 


plegukAvatar border
cocotuiuitAvatar border
sambeanAvatar border
sambean dan 37 lainnya memberi reputasi
38
7.6K
73
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Health
Health
icon
24.6KThread9.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.