Drama ini seperti drama komedi, aga aganwati. Komedi yang diperankan oleh orang-orang yang tidak sadar bahwa apa yang mereka lakukan menjadi bahan tertawaan orang lain. Ya, memang begitu, komedi adalah masalah selera. Begitu juga masalah grup band.

Grup band, agan aganwati, bukan agama lho ya, kalau masalah agama mungkin menjadi masalah yang berbeda lagi. Meskipun sebenarnya, kalau dipikir secara radikal, dua permasalahan ini mirip. Karena bagi para fans, agama mereka ya grup band itu.


Yang jadi lucu lagi, pertengkaran di sosial media ini rame sampai bawa-bawa keluarganya. Katanya calon suaminya tuh polisi, partai Golkar juga dibawa-bawa, trus ayahnya Safa juga polisi, dan bahkan bawa-bawa dosennya segala. Aih, what the fluffing meow?!! Ini ngurusin grup band luar sampai seperti ini?Gimana sih penampakan mereka?


Lalu, ini kenapa orang-orang di twitter yang pada rame ngebela grup band mati-matian. Mereka perlu konfirmasi dulu harusnya kepada manajemennya dulu, mereka tersinggung nggak dengan hal-hal yang katanya menyinggung akibat tweet nya Safa? 

Bolehlah menjadi penggemar setia. Tapi, ayolah, tak perlu sebegitunya. Sampai adu mekanik keluarga, kenalan, calon suami, dan partai segala. Kasihan calon suaminya. Semoga aja dia nggak mutusin tuh cewek karena malu. Bagi orang yang seperti Safa juga begitu, tak perlu-lah mengeluarkan opini negatif terhadap grup band lainnya. Kalau tidak suka, diam saja. Tidak perlu menghina mereka. Selera manusia berbeda-beda, kan. Masa orang nggak suka baso dipaksa makan baso.