Kido dan Neyo, adalah kakak beradik yang sudah lama kehilangan orang tua mereka. Sejak orang tua mereka meninggal karena muzibah, Kido lah yang menjadi tulang punggung bagi adiknya, Neyo, sejak usia tujuh tahun.
Kini, Kido berusia dua belas tahun, dan Neyo masih berusia delapan tahun. Tiap pagi hingga petang, Kido pergi bersekolah bersama Neyo, malamnya ia bekerja paruh waktu.
Berbagai macam pekerjaan dia lakukan, mulai dari mengantar makanan, membersihkan kafe, sampai menyemir sepatu.
Kido akhir-akhir ini rajin menabung, karena tak lama lagi, Neyo akan berulang tahun yang ke sembilan. Tepatnya seminggu lagi.
Ada satu mainan yang sudah lama Neyo impikan untuk membelinya. Mainan yang sedang sangat populer untuk anak seusianya saat itu — BLACK BUNNY. Kelinci hitam karakter sebuah komik yang paling dibicarakan saat itu.
Harganya cukup mahal bagi Kido dan Neyo. Tapi bagi Kido, apalah arti uang segitu untuk senyum Neyo. Ini akan menjadi hadiah ulang tahun yang sangat spesial untuk Neyo.
♦♦♦♦♦
"Yuk, berangkat sekolah," ajak Kido setelah mereka selesai sarapan.
"Hari ini omelet buatan Kakak enak sekali, terima kasih!" Kata Neyo riang.
"Mmm" Kido tersenyum puas...
Mereka lalu berjalan ke sekolah, ngobrol riang seperti biasa. Tapi, tiba-tiba muncul empat anak berandal yang usia nya dua-tiga tahun di atas Kido menghadang mereka.
"Loh, dua anak yatim piatu tolol ini lagi!" Seru salah seorang anak itu.
"Kalian kan nggak punya orang tua, ngapain sok-sokan sekolah? Hahahaha... Goblok kalian!"
"Ja... Jangan ganggu kami!" kata Kido gemetar. Neyo langsung berlindung di belakang Kido. Dia sangat ketakutan.
"Napa? Berani melawan kami? Hah?" Ujar berandal yang paling tua dan paling tinggi badannya di antara mereka. Kermon namanya, dia adalah ketua grup berandalan tersebut.
Lalu Kermon dan kawanannya tidak segan-segan lagi menghajar Kido dan adiknya. Kido memeluk Neyo erat-erat, berusaha melindunginya. Kermon dan antek-anteknya malah semakin beringas memukulinya.
Kermon dan antek-anteknya malah semakin beringas memukulinya
"Kakak beradik bodoh, tolol...!!! Hahahaha!"
Neyo menangis dalam pelukan kakaknya yang semakin babak belur.
♦♦♦♦♦
Malam itu, Neyo mengobati luka kakaknya,
"Kakak, sampai kapan mereka mengganggu kita?"
Kido lalu mengelus kepala adiknya, menghela nafasnya.
"Maaf Neyo, seandainya kakak lebih kuat, seandainya kakak jago bela diri, kakak tentu bisa melindungi kamu."
Neyo menggelengkan kepalanya.
"Kakak sudah melindungi Neyo sekuat tenaga. Besok, kalo mereka mengganggu lagi, kita lawan bersama, Kak!"
Kido tidak sependapat dengan adiknya.
"Jangan Neyo, mreka jauh lebih besar, dan banyak jumlahnya. Tidak ada gunanya melawan."
Neyo hanya bisa duduk dan terdiam. Kido lalu menyelimuti adiknya, mencium keningnya. Kido menunggu adiknya hingga tertidur.
Lalu Kido pun menuju ke kasurnya. Berbaring, mencoba tidur sambil menahan perih di luka-luka yang didapatkan. Ketika berbaring, berbagai macam pikiran campur aduk memenuhi kepalanya malam itu
Lalu Kido mengingat malam mengerikan itu, dimana kedua orang tua nya yang sangat Kido cintai lebih dari apapun, meninggal di depan mata dia.
♦♦♦♦♦
Saat itu adalah malam natal yang indah, ketika salju sedang turun, mereka sedang jalan berempat. Ayah, Ibu, Kido, dan Neyo.
Mereka baru saja selesai berbelanja dengan riangnya di malam penuh kebahagiaan itu. Neyo tertidur setelah menghabiskan snack favoritnya, Kido menggendong dia dengan riang.
Namun tiba-tiba suasana bahagia itu harus berakhir. Tiga kawanan perampok, menodong mereka. Mereka meminta orang tua Kido menyerahkan semua harta mereka.
Mereka sangat ketakutan, Kido pun memeluk Neyo erat-erat. Demi keamanan keluarga, Ayah dan Ibu terpaksa menyerahkan semua harta yang mereka bawa, dan memohon untuk tidak melukai mereka.
Perampok itu tampak tidak puas dengan barang murahan dan uang receh yang mereka terima, tapi hanya itu yang ayah dan ibu punya. Mereka bukan keluarga kaya.
Ibu mencoba menjelaskan dan memohon mereka pergi dengan damai. Salah satu perampok terlihat gusar, marah, dan menampar keras wajah ibu hingga terjatuh.
Ayah yang melihat nya langung emosi nya meledak dan memukul perampok itu sekuat tenaga. Namun luapan emosi itu menimbulkan akibat yang jauh lebih parah lagi...
DOR!!!
Ketua perampok itu tiba-tiba menembak Ayah hingga meninggal seketika. Ibu berteriak histeris memeluk Ayah. Kido tidak tahu apa yang harus ia perbuat. Kido hanya bisa menangis, memeluk adiknya erat-erat.
Perampok itu tampak panik, dan...
DOR!!!
Dia menembak Ibu juga, lalu mereka lari kabur. Kido berteriak memeluk Ibu dan Ayahnya yang terkapar. Dalam keadaan terluka parah, ibu memeluk Kido dan Neyo.
"Jaga Neyo baik-baik, Kido! Jadilah kakak yang kuat dan tegar..."
"Ibu sayang kalian...!"
Itulah kalimat terakhir yang Kido dengar dari ibu, sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya. Kido berteriak, menangis begitu derasnya. Tak lama kemudian polisi datang dan menenangkan Kido.
Esoknya, Neyo bertanya pada Kido. "Kakak, dimana Ayah dan Ibu?"
Tak ingin Neyo terluka hatinya, Kido terpaksa membohongi adiknya,
"Ada urusan yang sangat penting, mendadak, Ayah dan Ibu terpaksa pergi jauh, Neyo. Mulai hari ini, aku yang akan menjaga mu. Kamu harus menuruti kata-kata kakak. Kamu paham, Neyo?"
Neyo mengangguk.
"Adikku yang pintar...," Kido tersenyum, sambil meneteskan air matanya.
♦♦♦♦♦
Perlahan setelah mengingat peristiwa malam mengerikan itu, Kido terlelap. Lalu di tengah tidurnya, Kido bermimpi lagi. Lagi-lagi Ia berada di tengah kegelapan yang mengerikan. Dan mendapati monster itu, di hadapannya, lagi!
Tapi kali ini, monster ini berukuran lebih besar. Kira-kira dua kali besar dari sebelumnya.
"Bagagagagaa, Kido si bocah bodoh! Tak ada gunanya melindungi adikmu, dasar tolol...!!! Kalian berdua akan segera mati! Bagagagaga!" Monster itu tertawa terbahak bahak
Agak ketakutan, Kido memberanikan diri bertanya,
"Darimana kau tau semua itu?"
"Bagagagagagagaga...!" monster itu makin tertawa menjadi-jadi,
"Aku tahu semua tentangmu, Kido! Tak lama lagi aku akan jauh lebih besar, dan besar, dan sangat besar!!! Dan rantai yang membelengguku ini akan terputus. Di saat itulah, aku akan melahapmu sampai tak tersisa...!"
"Oh pasti lezaaat nikmat sekali..! Aku sungguh tak sabar! Bagagagagagaga!"
"TIDAAAAAAK...!"
Kido berteriak histeris, lalu ia mendapati dirinya terbangun lagi, di kasur nya.
"Kakak! Kakak kenapa...?" Neyo berada di depan Kido, terlihat sangat panik.
Kido tak tahan lagi, ia lalu menangis dengan derasnya. lalu memeluk Neyo erat-erat...